II

215 25 12
                                    

"Oh Sion"

Mendengar namanya di panggil membuat Sion mendelik kesal. Sion mulai menghampiri Ma'am dengan wajah bahagianya yang di buat-buat "Ya, Ma'am" Ucapnya

"Beri salam pada tuan Jaehyun" Wanita itu menuntun Sion maju untuk menyapa donatur di pantinya.

Sion mendongak menatap pria dewasa di depannya. Tubuhnya yang tegap dan tinggi serta rahang yang tegas membuat Sion menelan ludah. Orang ini berwibawa sekali, pikirnya.

"Selamat siang" Sion membungkuk dengan hormat.

Pria itu memasang senyumnya, berusaha menyamakan tingginya dengan Sion "Namamu Oh Sion?"

Sion mengangguk.

"Berapa umurmu?"

Sion memperlihatkan sembilan jarinya.

"Kamu pendiam sekali" Pria berwibawa itu mengusap rambutnya. Sion bingung, apa yang dipikirkan tuan ini?

Jaehyun berdiri sambil membenarkan kerah kemejanya "Apa dia yang paling tua disini?" Tanya nya pada Ma'am.

"Iya, tentu saja. Sion adalah yang paling tua disini meski begitu dia sangat pintar. Dia juga pintar menjaga anak anak di panti ini-" Omongan wanita itu terpotong

"Saya hanya menanyakan satu pertanyaan singkat. Mengapa anda harus repot-repot menjelaskan semua nya? Tinggal bilang 'iya' saja, kan?"

Sion menyukai ini, melihat wanita pengasuh panti yang kejam itu terdiam ketika sang tuan memotong kalimatnya. Tanpa sadar seulas senyuman licik terlihat di wajahnya.

"Oh Sion"

Sion mengalihkan pandangannya. Begitu terkejutnya dia ketika mendapat wajah sang tuan tepat di depannya. Dengan cepat ia memejamkan matanya, karena merasa takut.

"Nak, apa kamu mau menerima beasiswa dari saya?"

Tunggu, apa? Sion membuka matanya. Beasiswa?

"Apa?" Jawabnya

Jaehyun memperlebar lagi senyumnya "Sekolah. Kamu mau sekolah? Nanti disana banyak yang bisa kamu pelajari. Kamu bukan hanya belajar di kelas, tapi juga di luar"

'Di luar', Mata Sion melebar begitu mendengar kata itu. Di luar? Dia bisa keluar? Dia tak harus terus berada di dalam sangkar jelek ini? Sungguh dia bisa keluar dari sini begitu sekolah? Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Sion bergeming memikirkan nya.

Jaehyun merasa heran dengan itu "Sion-"

"Ah, maaf tuan sepertinya Sion kurang sehat. Saya akan antar dia ke kamarnya dulu" Ma'am dengan tidak sopannya memotong, lalu segera menarik Sion ke dalam

─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Bughh

Bughh

"CEPAT BERDIRI OH SION, SIAPA YANG MENYURUHMU DUDUK DI LANTAI?!"

Wanita itu dengan kejamnya memukul Sion berkali-kali menggunakan buku tebal membuat Sion tersungkur tak bisa bangun.

Ma'am mengangkat dagu anak itu membuatnya menoleh ke arahnya "Dengar, kenapa kamu tersenyum ketika tuan donatur itu memprovokasi saya padahal saya berusaha menunjukan kebaikan kamu di depannya?!" Bentaknya di akhir kata.

"Ma'am-"

Bughh

"CEPAT"

Bughh

"JAWAB, SIAPA YANG MENGAJARIMU TENTANG HAL TIDAK SOPAN SEPERTI ITU?"

"Maaf, sa-saya tidak bermaksud seperti it-"

Bughh

Buku di tangannya sudah reyot. Pinggiran kertas dihiasi oleh bercak merah yang wanita itu buat.

"Ingat, jangan pernah menerima tawaran apapun dari tuan Jaehyun. KAU HARUS MENOLAKNYA, DENGAR!"

Plak

Tamparan terakhir yang diberikan wanita itu sebelum ia pergi melempar buku yang di pakainya untuk memukul tadi. Meninggalkan Sion terkapar tak berdaya.

.𖥔 ݁ ˖

Jam sebelas tengah malam Sion terbangun. Suara meringis terdengar dari mulutnya. Sion melepas baju yang di pakainya, kemudian melihat ke cermin.

Lihatlah kulit halus itu, tersebar dimana-mana luka yang di torehkan oleh Ma'am membuat tubuhnya tak lagi indah.

Sion tak bisa mengobatinya sendiri. Ia memutuskan untuk meminta tolong lagi pada Riku besok.

Sejenak matanya melihat keluar jendela menyaksikan langit malam yang bersih tanpa awan. Kalau bisa ia ingin menjadi kelelawar saja agar bisa bebas di malam yang dingin ini.

Cahaya rembulan menyinari wajahnya. Bolehkah ia berharap hari ini?

'Tuhan, atau siapapun itu. Aku ingin keluar dari tempat ini'.

Harapan || NCT WISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang