Suara perut lapar membuatnya terbangun. Sion menerjapkan matanya, kemudian terbangun memegang kepalanya yang teramat pusing. Ia ingat belum makan apapun kemarin.
Kondisi perutnya yang kosong membuat ia berjalan dengan tertatih-tatih.
Cklek
Pintu terbuka menampakkan anak laki-laki dengan rambut berantakannya sambil membawa makanan.
"Abang udah sembuh?"
Sion hanya mengangguk, kemudian kembali berjalan ke kasurnya dibantu anak itu "Sssttt" bisiknya dengan telunjuk menempel di bibir.
"Tadi Riku ambil ini pas Ma'am gak ada di dapur. Abang cepetan abisin biar gak ketahuan, nanti Riku cuci sendiri" Ucapnya sambil menyerahkan piring berisikan laukpauk.
Sion tersenyum simpul, lalu mengusap rambut Riku. Empunya langsung tersenyum begitu sang kakak mengelus rambutnya dengan lembut, membuat ia merasa semakin bisa diandalkan.
Riku fokus melihat Sion yang makan dengan lahap, tak sadar air liur keluar dari mulutnya, kemudian dengan cepat mengelapnya kembali. Itu seperti hiburan bagi Sion, dirinya tertawa lepas. Apalagi melihat Riku dengan wajah polosnya membuatnya terasa semakin lucu.
"Abang kenapa ketawa?" Tanyanya heran melihat Sion yang tiba-tiba ketawa.
Sion mengelap matanya yang berair "Kamu jorok banget" Kekehnya. Sementara yang dimaksud hanya cengengesan tidak jelas.
"Hehehe, udah, kan? Riku cuci, ya." Anak itu segera berlari meninggalkan Sion. langkahnya memelan begitu mendekati area dapur.
Dengan hati-hati ia menyalakan keran tempat cuci piring. Karena tempatnya sedikit tinggi, Riku harus berjinjit agar bisa mencucinya.
"Ugh, capek" Keluhnya, tapi tetap melanjutkan tugasnya.
Sudah selesai mencuci, Riku mengembalikan piring itu ditempat semula agar tidak dicurigai oleh Ma'am
Drap
Drap
"Maeda Riku."
Tubuhnya seketika menegang. Perasaan Riku yang tadinya lega melenyap kala suara yang tak terdengar asing di telinganya menyapanya. Sontak ia berbalik mendapati Ma'am berada di depannya. Sorotan mata wanita itu membuatnya takut, mau tak mau ia harus menundukkan kepalanya.
"Ya, Ma'am" Ucapnya terbata-bata.
Ma'am tetap pada posisinya, melihat bocah berumur delapan tahun di hadapannya berada di dapur kesayangannya membuat suasana hatinya memburuk. Dia selalu was-was. Takut kejadian seperti tempo hari, ketika Yushi memecahkan barang berharganya.
"Apa yang kamu lakukan disini dan kenapa kamu memegang piring tadi? Apa kamu mau mencuri seperti kakak kamu kemarin?" Cerocosnya. Sorot matanya tak luput melihat dahi anak itu telah berkeringat.
"CEPAT JAWAB!"
Hening.
"Maeda Riku, jawab pertanyaan saya"
Lagi-lagi hening.
Wanita itu maju menarik kedua pipi Riku dengan kasar "APA KAMU BISU?! CEPAT JAWAB! KAMU MAU SAYA PERLAKUKAN KAMU SEPERTI KAKAK KAMU KEMARIN?!"
Riku menahan rasa sakit, ketika tangan wanita itu menarik pipinya dengan keras tanpa ampun. Membuatnya diam seribu bahasa, hanya bisa mengeluarkan isak tangis.
Ma'am jengkel menatapnya "Dasar tidak berguna!" Bentaknya, melempar Riku ke-sembarang arah, kemudian segera berjalan dengan cepat menuju kamar Sion. Sementara Riku mengusap pipinya yang lecet mengeluarkan cairan merah.
Anak-anak yang berada di panti hanya melihatnya dengan takut tanpa berani berbuat apa-apa. Semuanya segera menghindar begitu wanita itu berjalan dengan hentakkan kaki yang kuat.
"OH SION!"
Brakk
Pintu kamar langsung di dobrak, hingga Sion terlonjat kaget.
"Kamu tidak ada kapok-kapoknya. IKUT SAYA!" Teriaknya dengan lantang. Tangannya menyeret Sion secara paksa. Sang empunya meringis, ketika tangan itu menggenggam kasar. Kuku-kukunya yang panjang dan tajam meninggalkan baret di pergelangan tangannya.
"Orang yang berbuat kesalahan tiga kali berurut-urut harus di hukum agar jera. Ada apa dengan kamu?! Sampai berani-beraninya menyuruh orang lain untuk mencuri hanya demi kamu?!" geramnya terengah-engah menaiki tangga
Ma'am menyeret Sion ke loteng panti. Tangan lainnya digunakan untuk membuka pintu loteng. Debu mulai berhamburan keluar, kala pintu di buka.
Di lemparnya Sion ke dalam. "Akhh" rintih Sion.
"Saya tidak sudi merawat anak yang mempunyai hobi mencuri seperti kamu! Sebaiknya kamu introspeksi disini. PIKIRKAN SEMUA KESALAHAN YANG KAMU BUAT KALAU KAMU MASIH BISA BERPIKIR!" Bentaknya.
"SAYA TIDAK BERSALAH, MA'AM! APA SALAH SAYA?!" Untuk pertama kalinya Sion membalas dengan deru napas yang menggebu-gebu.
Ma'am yang hendak keluar dari loteng menoleh "Lihat anak ini, bahkan tidak tahu apa salahnya?" Jawabnya, lalu melanjutkan melangkah keluar.
Pintu di banting dengan keras, membuat Sion yang berada di dalam terbatuk, ketika debu berterbangan.
"Pintu ini tidak akan saya buka, sebelum kamu mengingat apa saja kesalahan yang kamu perbuat! CAMKAN ITU!!" Peringatnya.
....
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan || NCT WISH
De TodoHarapan ke-enam anak untuk menjadi bintang yang paling terang [NCT WISH] (HIATUS)