CHAPTER 2

326 41 1
                                    

Happy reading^^

.

.

Pagi yang dinanti-nantikan oleh Becky akhirnya tiba, dia merasa kegembiraan dalam dirinya dan sedikit rasa gugup. Ini adalah hari pertamanya masuk kuliah, sebuah langkah penting dalam perjalanannya untuk menemukan kebenaran di balik kematian kakaknya. Meskipun hatinya sedikit gemetar karena akan beradaptasi dengan lingkungan baru, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia harus melawan rasa gugupnya demi kelancaran misinya.

Saat dia sedang sibuk memasak sarapan di dapur sebelum berangkat ke kampus, bel unit apartemennya tiba-tiba berdering, memecah keheningan pagi itu. Becky menghentikan kegiatannya sejenak, mematikan kompor, dan berjalan menuju pintu untuk membukanya. Di sana, dia disambut oleh wajah kaget Daren, yang seolah-olah tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Kenapa, Ren?" tanya Becky, sedikit heran dengan reaksi Daren.

Daren, yang tampak bingung, menatap Becky dengan penuh kebingungan. "Lu siapa?" ucapnya dengan penuh kebingungan dan panik.

Becky, merasa sedikit bingung dengan reaksi Daren, mencoba menjelaskan. "Gw Becky," ucapnya dengan mantap, meskipun dirinya sendiri merasa aneh dengan pertanyaan itu.

Daren kemudian mendekati Becky dengan hati-hati, seolah tidak yakin dengan apa yang dia lihat. Dengan cepat, membuat Becky membelakangi dirinya dan mengunci kedua tangan Becky dengan kuat.

"Lu siapa, kok bisa ada di unit ini?" tanya Daren dengan nada tegas.

Becky mencoba menjelaskan dengan tenang. "Gw beneran Becky, Daren. Becca Rebecca Patricia Armstrong. Gw Cuma ubah penampilan aja," ucapnya, berusaha meyakinkan Daren.

Setelah beberapa saat yang penuh dengan ketegangan, Daren akhirnya melepaskan cengkeramannya pada Becky. Tatapan matanya masih penuh dengan ketidakpercayaan. "Kamu beneran Becky?" tanyanya dengan ragu.

"Iyalah, siapa lagi," jawab Becky, sedikit frustasi dengan pertanyaan yang terus-menerus.

Daren kemudian menawarkan untuk mengantarkan Becky ke kampus. Namun, Becky menolak dengan ramah. "Ga usah, aku berangkat bareng Irin. Oh iya, sini masuk, cobain masakan gw," ajaknya sambil berjalan kembali ke dapur.

Daren pun masuk ke dalam unit Becky, ia duduk di sofa sambil menunggu Becky selesai memasak. Beberapa menit kemudian, aroma harum nasi goreng pun menguar di seluruh ruangan. Becky menghadapkan dua piring nasi goreng ke hadapan Daren dengan bangga.

"Nih, udah jadi. Cobain deh," ucapnya, menunggu reaksi dari Daren.

Daren pun mencoba makanan itu dengan ragu

"gimana enak ga?" ucap becky sambil tersenyum

dia tersenyum terpaksa saat melihat ekspresi berharap dari Becky. "E-enak sekali, Becky," ucapnya dengan terpaksa karena masakan Becky sangat lah asin.

Tiba-tiba, bel unit apartemen mereka berdering lagi, mengakhiri momen mereka. Becky tersadar bahwa itu mungkin Irin yang telah datang. Dengan cepat, Daren berdiri dari kursinya, menawarkan untuk membuka pintu.

"Eh, ga usah, biar aku aja, Ren," ucap Becky, berjalan menuju pintu dengan cepat dan membukanya.

Dan betul saja, di balik pintu itu, Irin sudah menunggu dengan senyum cerahnya.

"Eh, lu siapa kok mirip Becky?" tanya Irin, terkejut melihat penampilan Becky yang berbeda.

"Ya, emang Becky. Udah ayo masuk," ucap Becky, sambil menarik Irin masuk ke dalam unitnya.

Forgiveness in Love (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang