*24*

134 17 2
                                    


Reiga menyadari dengan pahit bahwa Regar hanya mengangkatnya sebagai anak semata karena tak ingin menerima Casandra.

Namun, rasa sakit yang tak terelakkan menghantam Reiga ketika ia menyadari bahwa dirinya hanyalah anak angkat yang dianggap sebagai pengganti Casandra oleh Regar, anak angkat yang disayangi oleh Regar dengan sepenuh hati.

Setibanya di rumah, Reiga langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur di kamarnya. Ia memandangi langit-langit kamarnya dengan perasaan janggal atas kematian kakaknya.

Tok tok tok
terdengar ketukan dan pintu perlahan terbuka. Yunezza memasukkan kepalanya melalui celah pintu untuk melihat keadaannya.

"Sayang, Rei mau makan? Biar bunda masakin" tanya Yunezza dengan lembut.

Reiga menggelengkan kepalanya, merasa sangat lelah setelah perjalanan yang melelahkan.

"Ga usah bun, Rei pengen tidur aja" balasnya sambil memejamkan matanya.

"Baiklah, Good night sayang," pamit Yunezza sambil menutup pintu perlahan.

Namun, tiba-tiba Reiga duduk tegak di atas ranjang dan memanggil ibunya agar tidak menutup pintu.

"Bunda!" panggilnya, membuat Yunezza terhenti dan memalingkan wajahnya.

"Bunda! Dimana makam kak Casandra?" tanyanya dengan suara berbisik. Dia tahu bahwa jika ayahnya mendengar, pasti tidak akan memberitahunya dan tidak akan mengizinkannya pergi untuk melayat ke makam Casandra.

Suara jangkrik yang mengisi udara pagi menandakan bahwa hari baru telah tiba. Pukul 4 pagi, Farka terlelap dengan nyenyak, tubuhnya terlentang di atas tempat tidur dengan sebelah tangannya yang tak sengaja menindih tubuh istrinya.

Fellora terbangun karena merasakan dorongan yang kuat. Ia membuka matanya pelan-pelan, dan pandangannya langsung tertuju pada sosok suaminya yang sedang tertidur pulas di sampingnya.

Ia merasa hasrat yang tak terbendung, dan dengan lembut ia mencoba membangunkan Farka untuk memenuhi keinginannya.

"Sayang!" panggil Fellora sambil menggoyangkan tangan Farka yang ia genggam erat.

"Hmmzz!" Farka berguling, membalikkan tubuhnya, dan tanpa sadar membelakangi istrinya karena masih dalam tidur yang lelap.

"Ih sayang!" keluh Fellora dengan suara manja, tak mau menerima suaminya mengabaikannya begitu saja.

Farka menggeliat, mencoba mengusir rasa kantuk yang masih menghantui dirinya. Ia kemudian memutar badannya, menatap istrinya dengan wajah yang masih setengah sadar.

"Kenapa sayang!? Mau dipijat?" tanya Farka dengan lembut.

"Aku lapar! Tapi pengennya makan masakan kamu!" ujar Fellora dengan suara manja, sambil memainkan dada bidang suaminya dengan jari telunjuknya, membentuk lingkaran kecil yang menggoda.

"Yaudah mau makan apa?" gumam Farka, matanya masih terpejam rapat.

"Lobster bakar madu!" ungkap Fellora dengan senyum manis, membuat Farka terkejut dan hampir terjatuh dari tempat tidur karena kagetnya.

"Bakar lobster?" ucap Farka, matanya terbelalak, lalu ia melirik ke arah jam dinding.

"Sayang, pagi-pagi begini Nyari dimana lobsternya" Farka menggaruk kepalanya, mencoba memahami situasi yang sedang terjadi

Namun, Fellora yang tak tergoyahkan dengan keinginannya hanya tersenyum dengan tatapan penuh rayuan, membuat Farka tergoda.

"Hmm, sayang kamu gamau..?" goda Fellora dengan muka cemberut.

"Ma- Mau...! Siapa bilang aku tidak mau!" jawab Farka dengan cepat, segera bangkit dari tempat tidur dengan sikap yang tegas, seperti seorang pria yang siap melaksanakan tugasnya.

"Aku siap! Aku akan mencarinya, bahkan jika harus menyeberangi samudra!" ujar Farka dengan penuh semangat, sambil memperlihatkan rasa hormatnya dengan mengangkat tangannya di atas kepala.

Ia hanya mengenakan celana boxer itu lalu berjalan mantap menuju lemari untuk mengambil pakaiannya.

Tak sampai satu jam kemudian, Farka kembali memasuki rumah dengan membawa dua ekor lobster berukuran besar yang masih hidup.

Dengan terburu-buru, ia segera membawanya ke wastafel untuk dicuci. Tubuhnya basah kuyup karena menangkap lobster sendiri di kolam penjual di kampung sebelah, membuatnya menggigil kedinginan.

Tanpa sengaja, ia menyenggol gelas seng yang jatuh dan menyebabkan keributan kecil, membuat Fellora terbangun dari tidurnya. Ia segera beranjak menuju dapur setelah mendengar suara gaduh.

Farka terpaku saat melihat istrinya berdiri di ambang dekat meja makan,

"Loh kok kamu basah kuyup?" tanya Fellora khawatir, lalu ia buru-buru mengambil selimut kecil yang ada di sofa untuk mengeringkan Farka yang basah.

"Ya... Karena masih gelap dan penjualnya keganggu jam tidurnya, jadi terpaksa aku yang menangkap lobster-nya sendiri!" jawab Farka sambil menjelaskan bahwa ia pergi ke peternakan lobster di kampung sebelah.

Fellora tersenyum dan terharu, lalu dengan lembut mengusap rambut Farka menggunakan selimut itu. "Gara-gara aku... Terima kasih ya?" ucap perempuan itu dengan penuh perhatian, mencoba mengeringkan suaminya.

Farka tersenyum dan merasa tak keberatan sama sekali.

"Itu adalah kewajibanku. Kamu duduk saja, biar aku yang menyiapkan semuanya!" ujar Farka sambil meminta istrinya untuk duduk di kursi dan menunggu dirinya memasak.

Bersambung
Jangan lupa like dan komentar

Please, Call Me Papa Anka's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang