20: FIRST KISS

683 44 18
                                    

"Bawa dia kemari," ucap Ruka pada Asa.

Gadis berkulit putih itu tersenyum kemudian pergi memanggil seseorang. Sesaat kemudian akhirnya mereka datang, Asa berdiri di samping pemuda jangkung itu.

"Ini," ia menunjuk pemuda itu, "Namanya Nishimura Riki, biasa dipanggil Niki atau Riki. Dia bisa menjadi petunjuk kira untuk menemukan jalan keluarnya," jelas Asa.

Ruka menyipitkan matanya, "Bukan pacarmu?"

Asa menggeleng, "Dia temanku, eonni! Lagian aku sudah menyukai seseorang." Rajuk gadis itu dengan wajah cemberut.

Sementara itu di sisi lain, seorang gadis berambut cokelat sedang menyiram tanamannya dengan ceria dan senyuman indah.

"BABY I'am MONSTER,,," ujarnya sambil bersenandung kecil. Ia mengelus-elus daun-daun kecil sambil berkata, "Semoga sehat selalu sayangnya Chiki," ucapnya.,

Ia berbalik kemudian membereskan peralatan berkebunnya. Saat ia berbalik untuk melihat bunga-bunga kesayangannya itu, ia terkejut bukan main. Bagaimana tidak? Bunga itu kini mulai muncul kuncup dan perlahan-lahan membuka menjadi bunga yang sangat cantik dan bersinar, mirip dengan bunga mawar tapi mirip juga dengan melati.

"Loh? Kok bisa?" Tanya Chiquita cengo pada dirinya sendiri.

Chiquita perlahan memegang bunganya. Ia merasa sesuatu yang besar memasuki dirinya melalui sentuhan. Sesuatu yang membuatnya takjup dan lega.

"Apa ini?"

***

Malam itu. Setelah pulang dari kafe, Ruka berjalan di trotoar dengan cepat. Bagaimana dengan motor yang ia bawa? Itu disita oleh Jeonghan, kakaknya. Dengan pasrah, Ia memilih berjalan kaki untuk pulang dan harus mencari buku Dark Moon dan membaca isinya lagi. Sesuai dengan apa yang dikatakan Ni-Ki, ia harus cepat mencari tahu tentang dirinya dan buku itu mengetahuinya.

Setetes air menyentuh kulitnya, ia menatap ke arah langit. Dan perlahan mengambangkan tangannya, "Hujan? Sial!" Ujar Ruka pasrah.

Ia berlari kecil. Namun, sebuah jaket kulit hitam tiba-tiba melindunginya dari hujan rintik-rintik.

Ruka menoleh. Matanya bersitatap dengan mata elang seorang pemuda. "Kau meninggalkanku di kafe." Ucap Jay.

Akhirnya mereka sampai di salah satu halte. Jay mengibaskan jaketnya yang basah, sedangkan Ruka hanya bisa menatapnya.

"Maaf, aku harus cepat." Ujar Ruka menunduk.

Jay menatap wajah gadis itu dengan senyum. Tatapannya turun ke tangan Ruka yang menggigil, ia segera memakaikan jaketnya kepada Ruka.

"Tidak perlu meminta maaf, Ruru," ujarnya tersenyum menatap ke netral Ruka, "Aku memang ditakdirkan di sampingmu."

"Ruru?" Cengo Ruka.

"Nama panggilan sayang. Lucu tidak?" Tanya Jay.

Ruka tersenyum tipis. "Lucu," ujarnya.

Jay menatap langit diatas, "Malam ini bulan tidak terlihat karena hujan," ucapnya random, ia menatap Ruka, "Kau mau dengar kisah kekasihku?" Tawarnya pada Ruka.

"Mau. Katakan." Ujar Ruka girang.

"Tapi, jangan kaget ya," peringat Jay dan Ruka hanya terlihat mengangguk dengan senyuman.

Sesaat semuanya terdiam bahkan suara hujan terdengar sangat deras. Malam itu, bulan purnama bersinar terang dan memancarkan cahaya yang mengenai kalung liontin yang melingkar di leher gadis itu, Ruka.

Jay menyesuaikan tingginya dan menatap manik gadis itu. Ia memiringkan kepalanya sedikit ke samping kemudian tersenyum tipis. Memajukan wajahnya secara perlahan.

Gadis itu, Ruka, bahkan dapat merasakan suara nafas yang menghembus mengenai telinganya. Kemudian dengan lembut berbisik, "Tutup matamu, Ruka," pintah pemuda itu.

Refleks Ruka memejamkan matanya, membiarkan apa yang terjadi setelahnya. Sedikit demi sedikit, ia merasakan nafas pemuda itu semakin kuat tapi ia tidak tahu kenapa ia tidak bisa melakukan apa-apa, seolah tangannya terkunci.

Hidung mereka kemudian bersentuhan. Detak jantung Ruka semakin tak karuan. Kemudian, bibir keduanya menyatu tapi ia masih menutup matanya, tak berani menatap wajah pemuda di depannya itu.

Sedetik kemudian ciuman tersebut kembali ditarik. 'cepat sekali!' pikir Ruka.

"Kau mau yang bagaimana? Lebih lama? Disini tidak aman."

Tiba-tiba suara Jay memasuki pikirannya. Ia menatap pemuda itu, "Kau bisa membaca pikiran ku?" Panik Ruka.

"Telekinesis." Jawab Jay santai.

'Kurasa aku harus berhati-hati dalam berpikir. Dia bisa membaca pikiran orang.' pikir Ruka.

"Bagaimana first kiss mu?" Tanya Jay mengalihkan topik.

Seketika pipi Ruka memerah sempurna, ia mengambil ponselnya dan melihat jam. "Wah sudah setengah sebelas. Aku harus pulang." Ia berusaha mengalihkan pertanyaan dari Jay.

Tanpa diperintah, Jay berjalan ke depan dan meraba-raba keadaan di luar. "Hujan sudah berhenti. Ayo kuantar." Ajaknya.

"Tidak! Aku akan naik bus." Tolak Ruka.

"Tidak baik seorang gadis sendirian tengah malam seperti ini. Ayo atau kucium lagi," ucapnya.

"Baiklah. Aku akan naik." Dengan wajah cemberut, Ruka terpaksa naik.

"Mau ku antar pulang atau ke motel?" Candanya.

Ruka menepuk helm pemuda itu, "Aku bukan gadis murahan!"

"Iya, Ruru sayang."

***





Sementara itu di sebuah perumahan elit, seorang gadis baru saja selesai membuang sampahnya dan berjalan kembali ke asrama.

Di perjalanan ia bertemu dengan sahabatnya, "Ritaaaa!" Teriak gadis berambut blonde itu dan kemudian tiba-tiba memeluknya.

"Ada apa sih, Ram?" Tanya gadis itu, Pharita.

"Ahyeon diculik!" Beritahunya.

"Diculik bagaimana?" Tanya Pharita heran.

Rami menarik tangan Pharita, "Ayo kita bicarakan di asrama saja." Tapi, Pharita tidak bergerak dan malah mengomentari.

"Di asrama ada Chiquita. Menurut mu bagaimana reaksinya jika dia tau Ahyeon hilang?" Tanya Pharita sekali lagi.

"OK. Disini saja." Ujar Rami kemudian duduk di salah satu beton di samping mereka.

"Sepulangnya dari kafe kakaknya Ruka, Ahyeon baik-baik saja dan dia masih meneleponku tapi tiba-tiba ponselku error dan ia berteriak meminta tolong. Kupikir itu hanya candaan tapi saat aku tiba di rumahnya, dia tidak ada padahal kata kakaknya dia masuk kamar." Jelas Rami.

"Sudah lapor polisi?" Tanya Pharita berusaha tenang.

"Sudah. Tapi menurutku ini bukan hal biasa, ini sepertinya memiliki hubungan dengan dunia yang tak kita ketahui." Rami berspekulasi.

"Aku juga berpikir seperti mu, Rami." Seseorang pemuda jangkung tiba-tiba datang, usianya sekitar dua puluhan keatas.

Rami tiba-tiba berdiri dan melakukan bow, "Ouh, Kak Yeonjun, kami tidak tau kau ada disini." Minta maafnya.

Sedangkan Pharita yang sudah menyukai Yeonjun dari saat ia SMP hanya bisa menatap kagum wajah kakak dari sahabatnya tersebut. Ngomong-ngomong Yeonjun adalah kakak tertua dari Ahyeon.

***








BERSAMBUNG










Ada shipper baru nih? Phajun, cocok gak? Btw aku terinspirasi dari reaksi Pharita pas ngelirik Yeonjun di M Countdown. Itu gemesin, sumpah!

Gimana kiss scene nya? Kurang ya? Ini pertama kalinya aku ngebuat adegan romantis.

ETERNAL NEXUS (EN-BABY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang