Serendipity 1

410 23 8
                                    




BRAK
KLONTANG

"Pfffttt...."

"He's in New York!"

"Damnit!" Diusapnya dagu yang basah karena teh herbal yang tersembur sebelum sang pria menelannya.
Jackson mengatupkan kelopak mata lelah setelah hiasan kucing perunggu itu terguling di lantai untuk kesekian kalinya.
"Siapaaa? Dosen kamu?"

"Bukan...iya...bukaannnn...."
Namjoon berjalan serampangan, menarik kursi makan lalu mendudukkan dirinya dengan deretan gigi yang terpampang rapi menghias senyum lebarnya.

"Akhir minggu ini anak-anak jurusan aku mau field trip ke galeri nasional, Jack!"

"Okaaayyy...." Jackson memungut hiasan kucing itu dari lantai lalu berjalan membetulkan letak meja kayu kecil yang menjadi penampangnya beberapa menit lalu.

"Terus dosen aku bilang ada seorang art enthusiast yang sering banget donasiin uangnya buat galeri-galeri seni gitu, Jack..."

"Dia yang biayain semua kegiatan kita...."

"Dan katanya dia bakal ada disana, Jack!" Kedua mata Namjoon membelalak, senyumnya semakin melebar dengan tubuh mencondong ke arah sang sahabat.

"Aku bakal ketemu dia!" Ia berdiri, berjalan cepat menghampiri Jackson yang segera melindungi kucing perunggu itu di belakang tubuhnya.

"S-siapaaa?! Siapa Namjoonnn? Cerita jangan setengah-setengah gituuuu...." Pria yang lebih pendek itu terpaksa memundurkan badan seiring langkah sang sahabat yang semakin mendekat.

"Seokjin......" Matanya berkaca-kaca seiring dengus senyumnya.

Tak langsung menjawab, perlahan kedua bola mata itu turut membesar. "S...."

"Seokjin di New York, Jack!"
"Aku bakal ketemu dia sebentar lagi!" Desah keras tak sengaja meluncur seiring air mata yang menitik diantara senyum lebarnya yang tak sedikitpun memudar.

"N-Nammm....." Jackson meraih kedua tangan gemetar yang terulur hendak mengguncang bahunya.
"Nam!" Ditariknya pria itu ke pelukan dan didekapnya erat.

Jackson tahu betul betapa hancurnya sang pria tiga tahun lalu.

Ia ada disana saat Namjoon memeluk kotak cokelat merah berbentuk hati dengan pita perak di atas tempat tidur barunya. Menangis tak henti dengan tubuh meringkuk bak seorang yang kesakitan.

Ia ada disana saat Namjoon kembali dari apartemen kosong yang berulang kali didatanginya setiap pulang bekerja. Dan berulang kali itu pula bahunya lah yang selalu menjadi tempat Namjoon mengadu.

Lalu melihatnya hari ini, kembali dari kegiatan belajarnya dengan wajah berseri secerah musim panas benar-benar membuatnya lega. Jackson terkekeh, tertawa pelan dan mengeratkan pelukannya.

"It all paid off, brother...."
"Semua kesedihan kamu, semua kesepian kamu akhirnya kebayar juga..." Ia mendengus tersenyum mengusap belakang kepala sang sahabat yang mengangguk-angguk tanpa berbicara.

"Tapi...." Didorongnya dua bahu bidang itu perlahan.

Namjoon memiringkan kepalanya bingung.

"You might wanna shave and trim your fluffy hair a little" Mata memicing dengan dahi berkerut itu melirik pada puncak kepala juga rambut-rambut yang mulai menebal di sekitar dagu juga rahangnya.

Senyum sang pria kembali terulas. "I will....."

"I will, Jack"

"I'm gonna see him again!" Ia melompat-lompat kegirangan kemudian berlari kembali menuju kamarnya.

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang