02

6 1 0
                                    

Jakarta, 2018.


"Beb, bagi jawaban sosiologi dong. Gue belum kerjain tugasnya hehe."

Aku berdecak pelan. Selalu saja Aku yang diminta jawaban, memang nya mereka tidak bisa menjawab sendiri kah? Rasanya sangat menyebalkan.

"Gak ada. Lo kerjain sendiri, gue lagi males, Ca." Sahut ku enggan memberi jawaban kepada Ica. Ica mendengus pelan, "Ga biasanya lo. Ada apa si beb?"

Aku hanya diam dan kembali menatap layar ponsel ku. Merasa diabaikan, Ica pun menarik kursi yang ada di depan meja ku. "Kenapa si? Lo kan baru ketemu si Malik."

Aku mendelik menatap Ica, kenapa semua harus tau kalau Aku suka sama Kak Malik? Entah siapa yang menyebar informasi itu.

"Lo tau dari mana gue ketemu Kak Malik?" Tanya ku seraya menaruh ponsel di meja, menatap penuh Ica yang berada di samping ku.

Ica tertawa, "Heh bocah. Satu kelas itu tau lo suka sama Kak Malik. Banyak kok yang liat tadi lo ditabrak sama dia. Pake acara bengong segala lagi."

"Kok bisa anak kelas tau? Padahal tadi gue jalan sama Indah udah sepi kok."

"Kata siape? Tadi tuh anak kelas ngintip dari jendala. Emang gabutan anak kelas ini." Kata Indah yang tiba-tiba datang dan duduk di depan ku.

"Gimana perasaan lo ditabrak sama Malik Pratama?" Tanya Ica meledek. Aku hanya menghela nafas kasar. Malas menjawab pertanyaan Ica.

"Btw Ca, lo udah kerjain tugas sosio? Gue belum nih, nyontek dong." Ujar Indah

"Nyontek pala lo, gue aja belum. Mau nyontek si bocil ini, gak dikasih sama dia." Sungut Ica

Aku menatap mereka bergantian, "Males ah. Lo kerjain sendiri aja."

Setelah itu, Ica dan Indah melanjutkan kegiatannya dengan berkeliling di dalam kelas untuk menjadi kunci jawaban sosiologi. Aku tersenyum sambil melirik mereka yang meminta jawaban dari teman kelas ku.

Aku kembali menatap layar ponsel, melanjutkan kegiatan yang tadi ku tunda karena Ica. Stalk instagram Kak Malik.

"Kak Malik, mau jadi temen ku gak ya?" Gumam ku.




::

Kring..
Kring..


Bel pulang sekolah berbunyi, Aku segera memasukkan buku dan tempat pensil ke dalam tas.

"Baik anak-anak pelajaran hari ini cukup, silakan kembali ke rumah. Hati-hati di jalan. Selamat sore." Pamit Bu Desi, guru sejarah peminatan.

Teman kelas ku keluar berbondong-bondong, karena sudah lelah. Banyak yang berlarian agar cepat sampai parkiran untuk pulang ke rumah. Tersisa hanya Aku, Ica, dan Indah di dalam kelas. Kami memang suka pulang terlambat, karena di luar masih sangat ramai. Malas berdesakan di gerbang sekolah.

"Eh gue udah di jemput nih, duluan ya Ca, Nar." Pamit Indah.

Aku hanya mengangguk, sedangkan Ica tiba-tiba berdiri, "Tunggu Ndah, gue bareng keluar. Nar, lo gapapa kan gue tinggal? Urgent, harus sampe rumah duluan." Kata Ica

"Santai, bentar lagi juga gue keluar. Duluan aja. Hati-hati di jalan." Balas ku

"Yaudah, ayo Ca. Duluan ya Nar, lu juga hati-hati."

Aku memutuskan untuk duduk di koridor depan kelas. Suasana sekolah sudah tidak begitu ramai seperti tadi, hanya saja masih banyak yang berlalu lalang untuk ekskul. Aku kembali memainkan ponsel untuk mengisi ruang bosan, sembari menunggu jemputan.



Ting!

Kak Aldo
Gue udah di depan



Aku menatap pop up message dari Kak Aldo, kakak ku. Segera ku bergegas ke gerbang sekolah supaya kak Aldo tidak menunggu lama.

Tetapi naas, aku tersandung tali sepatu. Aku langsung duduk sambil merutuki diri yang ceroboh ini. Mau jalan kembali pun sakit sekali.

"Eh ini kenapa? Lo kenapa?" Tanya seseorang yang menghampiri ku tiba-tiba. Aku  mendongak, melihat siapa orang itu.



Kak Malik.



"Lo yang istirahat tadi ga sengaja tabrakan sama gue kan?" Tanya Kak Malik. Aku mengangguk, tidak berani berbicara.

"Kok bisa duduk disini? Jatuh apa gimana? Eh jangan nangis dong," Ujar Kak Malik. Aku menyeka air mata, karena sakit di lutut dan pergelangan kaki.

"Jatuh kak, kesandung tali sepatu." Jawab ku

"Aduh ada-ada aja. Sini gue bantuin berdiri. Lo di jemput atau pulang sendiri?" Tanya Kak Malik, Aku menggeleng. "Di jemput kak, ada di depan."

"Yaudah, ayo gue bantu sampe gerbang."

Berakhir Aku dipapah oleh Kak Malik. Aku tidak menyangka hal ini terjadi. Tidak ada bayangan di dalam pikiran ku bahwa Kak Malik membantu ku berjalan karena kecerobohan ku tadi. Aku senang, sekaligus tidak enak. Pasti Aku mengganggu jam pulang sekolah nya.

Aku melihat mobil Kak Aldo, lalu melambaikan tangan. Tidak lama, Kak Aldo turun dari mobil sedikit berlari menghampiri ku.

"Loh dek, kenapa? Kok sampe dipapah gini." Tanya Kak Aldo, menatap bergantian Aku dan Kak Malik.

"Jatoh bang di koridor tadi, makanya saya bantu." Jawab Kak Malik

"Yaelah dek, ada aja. Yaudah ayo pulang."

Aku segera berpamitan kepada Kak Malik. "Kak, terima kasih sudah bantu Aku." Ujar ku sambil tersenyum

"Thanks ya bro, lo hati-hati di jalan." Sahut Kak Aldo

Kak Malik mengangguk, "Sama-sama bang, lo juga hati-hati."

Aku tersenyum menatap Kak Malik sebelum dipapah kembali oleh Kak Aldo. Hari ini menyenangkan sekaligus melelahkan. Sungguh Aku tidak akan pernah lupa kejadian ini.





——
to be continue.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

4 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang