01

93 11 1
                                    

Jakarta, 18 September 2018

“Sekarang giliran kamu. Pukul bolanya.”

Aku memandang bola kasti yang ada di depan ku. Bola itu akan dilempar oleh teman ku. Sungguh, Aku sangat gugup. Ini pertama kali Aku belajar memukul bola kasti.

“Lo pasti bisa, Nar.” Kata teman ku. Aku hanya menoleh sebentar, lalu kembali menghadap teman ku yang sedang mengambil ancang-ancang melempar bola tersebut.

1,

2,

3,

Tak!

Aku berhasil!

Teriakan teman ku menggema menyuruh ku untuk lari ke benteng 1. Secepat mungkin Aku lari ke arah tersebut sebelum tubuh ku terkena lemparan bola kasti yang dilempar oleh lawan.

Grap! Hebat Nara.

:::

“Keren banget asli, pukulan lo jauh banget. Kakel yang lagi pada istirahat banyak yang liatin.” Kata Indah, teman kelas ku. Aku hanya tersenyum menanggapi. Entah sejak kapan, hari ini Aku sangat senang. Mungkin menjadi hari yang paling bahagia di minggu ini.

“Ada Ka Malik sama Ka Daffa, ngelirik pas lo mukul. Tapi please jangan kegeeran dulu,” Timpal Indah.

“Ya enggak lah , Ndah. Gini-gini gue jarang geer sama orang.” Balasku sambil tertawa walau sedikit salah tingkah karena ucapan Indah.

Ka Malik dan Ka Daffa adalah kaka kelas ku. Mereka orang yang pandai, Aku sangat mengakui itu. Public speaking yang bagus, relasi luas, dan masih banyak lagi. Tidak jarang, banyak yang kagum dengan mereka, termasuk Aku.

“Ya tapi kan lo suka sama si Malik, kali aja lo geer gitu. Semangat ngejar cinta nya Malik deh, Nar. Gue sih sama temennya aja.” Ujar Indah lagi.

Aku tertawa, “Haha, sama yang mana sih?? Kayanya banyak banget yang lo sukain. Kaya gue dong, konsisten sama Ka Malik doang.”

Berbicara tentang Kak Malik, dia ini salah satu anggota ekskul pramuka. Ekskul pramuka diadakan setiap hari Jum'at, bersamaan dengan paskibra dan pmr. Kebetulan, Aku memilih ekskul pmr. Awalnya Aku ingin masuk ekskul pramuka karena ada Kak Malik. Tapi, Aku mengurungkan niat ku, akhirnya Aku memutuskan untuk ikut pmr saja. Lagipula hari nya sama.

Indah menarik tangan ku pergi dari area lapangan. Siang ini lumayan terik. Teman-teman ku yang lain juga sudah banyak yang ke kelas untuk beristirahat.


Bruk!


"Aw—"

"Eh aduh maaf. Lo gapapa? Maaf ya, soalnya buru-buru." Ucap orang yang menabrak ku. Aku bangkit dibantu oleh nya dan Indah.

"Lain kali hati-hati kalo jalan," Sahut ku tanpa melihat orang itu. Aku masih sibuk mengusap tangan ku yang sakit karena jatuh tadi.

"Iya, tapi sorry ya gue ga bisa lama-lama. Nama gue Malik Pratama. Kalo ada apa-apa, samperin aja ke kelas 12 IPA 1. Permisi."

Kepala ku reflek mendongak saat orang itu menyebut nama dan kelas nya. Astaga, Aku ditabrak Kak Malik. Dia langsung pergi saat aku menatapnya.

"Kedip Nar. Gue juga kaget pas liat dia yang nabrak lo." Ujar Indah.

Aku berbalik, memandang Kak Malik yang berlari ke lantai dua. Sepertinya dia mau ke ruang guru. Malik Pratama 12 IPA 1. Yap, Aku mendapatkan nama lengkapnya.



———
To be continue.

4 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang