0.1

61 10 1
                                    

"Aku juga tidak bisa memilih, aku hanya berdiri diam seperti orang dungu, tidak melakukan usaha apapun kendati aku tahu benar bahwa kehancuran akan segera datang ke hadapanku, pada akhirnya aku harus kehilangan segala yang aku punya."





Edgar mengikuti pembelajaran di sekolah baru nya dengan baik. Dia sudah mendapatkan banyak teman. Salah satunya adalah Alta, teman sebangkunya yang terlihat pendiam namun sebenarnya cukup berisik.

"Ayo ke kantin! Kita gabung bareng abang gua gpp kan?" Alta menoleh ke arah Edgar yang sibuk memperhatikan sekitarnya dengan pandangan berbinar.

Edgar mengalihkan pandangannya, dia mengangguk kecil, "Ga masalah kok, hehe..."

Alta menggigit pipi bagian dalamnya untuk menahan gemas. Ingin sekali dia menggigit pipi putih teman barunya itu.

Mungkin kapan-kapan dia harus coba.

"Wahh ramai nya..." Gumam Edgar saat mereka tiba di kantin sekolah.

Kantin sekolah ini besar dan luas, Edgar memandangnya dengan pandangan berbinar. Alta menepuk pundaknya, mengkode agar segera mengikutinya membelah keramaian untuk sampai pada meja di bagian pojok yang terdapat beberapa pemuda sedang berkumpul ria di sana.

Edgar menipiskan bibirnya saat dia melihat keberadaan seseorang di antara pemuda-pemuda itu.

'Ahh kita bertemu juga,'

"Yo bang! Kenalin, anak baru nih." Alta menggeser Edgar ke hadapannya.

Semua mata memandang ke arah Edgar dengan intens membuatnya tersenyum kikuk. Edgar menggaruk pelipisnya kemudian menunduk kecil.

"Edgar Elvanio." Ucapnya pelan dengan senyum tipisnya.

Yugo, kakak dari Alta berdeham kecil untuk menyadarkan teman-temannya yang masih menatap Edgar dengan raut penasaran.

"Gua Yugo, abangnya Alta. Duduk aja," ucapnya ramah.

Edgar mengangguk, dia duduk di sebelah Alta. Berhadapan dengan remaja laki-laki bertubuh kecil yang menatapnya dengan pandangan polos.

"Kean, berhenti menatapnya begitu. Tidak sopan." Tegur Alta pada si remaja bertubuh kecil.

Alta kurang menyukainya, sejak di kelas tadi, Kean sudah menatap Edgar dengan pandangan aneh.

Kean terhenyak, kemudian menunduk sambil bergumam maaf.

"Tidak perlu begitu, Al. Dia hanya penasaran." Itu Aston, teman Yugo yang cukup emosian.

Alta berdecih, dia memilih memakan makanannya yang sudah datang. Edgar mengikuti saja. Dia masih baru, main-mainnya nanti aja dehh.

Kecuali...

Jika ada yang mencari masalah dengannya,

"Kak Ed, aku mau minta kulit ayamnya boleh?" Suara Kean menyapa gendang telinga Edgar yang sibuk memakan ayam gorengnya.

Edgar menunduk, menatap kulit ayam goreng yang sengaja dia sisihkan ke pinggir.

"Ga boleh, itu kan kamu punya masih ada." Tunjuk Edgar pada piring Kean yang masih terdapat kulit ayam. Toh, Yugo dan teman-temannya sejak tadi secara suka rela memberikan bagian kulit ayam mereka pada Kean.

Kean menunduk, "Tapi mau itu juga." Cicitnya.

"Udahlah, kasih aja gpp, lo juga ga makan kulitnya kan." Ucap Aston santai.

Edgar mengukung piringnya, "Makan, ini tuh bagian terakhir! Paling nikmat! Kamu mana paham!" Kesal Edgar dengan kening berkerut tanda dia cukup kesal.

Gio yang duduk di samping Alta menggeser piringnya ke arah Kean, "Makan." Ucapnya dingin.

After Ending [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang