"Cinta adalah ketika kau menanggung rasa sakit bersama"
_sebelum membaca putar dulu ya biar sambil dengerin lagu menghayati novelnya 🙏🏻_*
Sementara itu, di gedung perusahaan BOUTIQUE YZE, Yunezza, sang CEO, terlihat cemas. Ia memandangi pemandangan dari lantai atas, melihat ke bawah kota.
Pikirannya melayang-layang, terfokus pada putrinya, Casandra. Jantungnya berdetak kencang, seolah memberi tahu sesuatu.
"Kenapa aku kepikiran Casandra lagi?" gumamnya, mengigit bibir bawahnya sendiri.
"Nyonya, rapat akan segera dimulai! Nyonya!" panggil anak buahnya yang terus-menerus memanggil Yunezza yang benar-benar melamun.
Kemudian, anak buahnya itu menghampiri dan segera menepuk pelan pundak atasannya.
"Nyonya, itu kliennya!" ucap perempuan itu, membuat Yunezza tersadar dan buru-buru beranjak dari duduknya untuk pergi ke ruang rapat.
*
Setelah menuntaskan prosesi yang diarahkan Dokter Olive, Farka dengan lembut mengecup kening Fellora dalam-dalam.
🍃
Olive kembali mengusap perut Fellora yang mengeras, sementara Farka mendaratkan ciuman sayang di pipi istrinya yang basah oleh keringat.
Fellora kini telah mencapai pembukaan sempurna, hanya tinggal menunggu sejenak sebelum mereka dapat menyambut sang buah hati yang dinanti-nanti.
"Aaarrghh... Ssshh... Hah, hah, hah," erang Fellora, merasakan kontraksi yang kian menyiksa.
"Uuuhh, sayang... Sakiiit banget," rintihnya, mencengkeram erat jemari Farka yang digenggamnya sekuat tenaga.
"Sebentar lagi, sayang. Bertahanlah, aku tahu kau pasti bisa," ucap Farka, mengecup lembut punggung tangan Fellora.
Fellora merasakan ketubannya pecah, dan dorongan yang amat kuat mulai menyerang.
Olive segera memeriksa, dan ternyata pembukaan Fellora telah sempurna. Dia melihat helaian rambut sang buah hati mulai menyembul di jalan lahir.
Fellora terus mengejan berulang kali, namun setiap kali ia kehabisan napas, bayinya kembali tertarik masuk.
"Enggh... Hah, hah, hah, perih, Mas... Aku nggak kuat lagi," lirihnya dengan suara lemah dan terbata.
"Sayang, kau pasti bisa! Bertahanlah," rengek Farka, tak kuasa membendung air mata yang terus mengalir deras karena ketakutan.
Perlahan tapi pasti, kepala sang bayi mulai muncul. Fellora terus mengejan tanpa henti, hingga wajahnya memerah padam. Akhirnya, kepala bayi pun lahir.
"Bagus, Fellora kau hebat! Tinggal sedikit lagi," ucap Dokter Olive dengan senyum lega, memandang wajah sang buah hati.
"Enggh, enggh, enggh, aakh," Fellora kembali mengejan dengan seluruh tenaga yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Call Me Papa Anka's [TERBIT]
RomanceGue nggak peduli ayah dari bayi ini,benih yang ditanam di rahim lo ini! Yang pasti gue cuman ingin menjadi ayah untuk bayi ini, meskipun ini bukan darah daging gue,gue akan memperlakukan layaknya anak kandung. Dan gue juga nggak bakalan melarang lo...