2

2 0 0
                                    

"Tapi dia hanya sekedar teman kerja aku. Itu saja" elaknya.

Aku yang sudah terlanjur sakit hati memutuskan untuk tidur.
Percayalah, tidur dalam keadaan menangis itu sakitnya luar dalam.
Overthinking, insecure, kecewa, sakit hati, campur aduk menjadi satu.
Orang yang selama ini aku anggap rumah, nyatanya gak menjadikan ku tuan rumahnya.

Hari demi hari aku mencoba untuk melupakan semua itu. Dan mencoba untuk memaafkan suamiku. Meski sesekali kejadian itu teringat lagi.
Diam-diam aku menangis di malam yang sepi. Aku selalu bertanya, apa kurangku ? Apa aku seburuk itu sampai dia tega mengkhianatiku?

Mencoba untuk lupa, tetapi kerjadian yang sama datang lagi. Dengan orang yang sama juga.
Wanita tidak tahu malu itu, masih saja suka mengirimkan pesan rindu untuk suamiku. Gila bukan?
Aku coba untuk bertanya apa maunya lewat handphone ku sendiri. Tentu saja wanita itu mengelak dan seolah-olah dia menjadi korban.

Suamiku marah saat tahu aku menangis karna wanita itu.
"Kenapa sih? Aku kan sudah minta maaf!" Ucap suamiku.

Bentar ya. Lagi gak mood nulis. Keinget sama kejadian itu. Padahal sudah 6bulan yang lalu😅

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

pernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang