"Dua minggu lagi kita boleh pulang?"
Hana bertanya pada Anna ketika melihat lagi jadwal kegiatannya di istana selama menjadi kandidat Putri Mahkota.
"Iya Nona."
Lantas Hana melirik pelayannya tersebut, karena suaranya terdengar sedih. Kenapa memangnya dengan pelayannya itu?
"Minggu ini rencananya saya akan keluar istana, untuk menyewa kereta kuda yang akan nona pakai ketika pulang nanti."
"Kita harus menyewa? Aku pikir keluarga Marquess yang akan mengirim kereta kudanya."
Hana itu sangat menyukai novel romansa, entah itu yang modern atau cerita historical. Jadi biasanya didalam cerita itu seorang nona bangsawan di perlakukan dengan baik oleh keluarganya. Apalagi kalau hanya untuk menyediakan kereta kuda. Apa Hana saja yang sok tahu ya? Karena ia tidak membawa ingatan pemilik tubuh asli Hana sebelumya, dan di novel pun tidak menceritakan tentang keluarga Hana karena ia bukan tokoh penting. Pada awal ia merasuki tubuh Hana pun ia bersikap apa adanya, seperti kehidupan seorang Alfa yang ia jalanin sebelumya. Dan karena tidak ada yang menegur atau merasakan keanehan pada dirinya, Hana pikir sifatnya dan Hana dahulu tidak jauh berbeda.
Hah, sungguh merepotkan karena kurangnya informasi seperti ini.
"Istana hanya membatasi maksimal tiga hari, apa kita tidak usah pulang saja?"
"Saya akan mengikuti perintah Nona." Jawab Anna sembari menyelesaikan riasan sang Nona.
"Entah kenapa aku lebih terbiasa tinggal di istana ini dari pada di rumah." Gumamnya pelan tapi masih di dengar oleh Anna, membuat pelayannya itu semakin menampakkan raut wajah sedihnya.
****
Hana hanya seminggu berada di kediaman Marquees Wisteria, jadi dia tidak terlalu paham tentang keluarga barunya itu. Ingin bertanya pada Anna pun tidak mungkin, karena pelayannya itu pasti akan menganggapnya aneh. Hana hanya mengetahui bahwa sebelumnya ia pingsan karena kelelahan lalu setelah bangun jiwa Hana yang asli sudah di gantikan dengan jiwa seseorang dari dunia lain yaitu Alfa.
Bermodalkan informasi dari novel yang sangat terbatas tentang kehidupan Hana Zoe Wisteria, Alfa yang sekarang menjadi Hana bertekad akan berpura-pura menjadi sosok Hana di depan keluarganya, tapi bahkan sampai ia berangkat menuju istana pun Hana tidak pernah bertemu keluarganya selain ayahnya yang pada saat itu hanya menyampaikan berita terpilihnya Hana sebagai kandidat Putri Mahkota. Kalau ditanya apakah ia mengingat wajah ayahnya di dunia ini maka jawabannya adalah NO.
"Bukannya ini udah lewat dari waktu yang di jadwalkan." Gumam Hana saat menyadari si Eugene alias Putra Mahkota tidak kunjung datang. Karena berpikir bahwa Eugene adalah sosok terhormat di dunia ini, karena statusnya yang seorang Putra Mahkota, tentu saja Hana tidak boleh membiarkannya menunggu. Tapi ternyata yang terjadi adalah dirinya sendiri yang mulai menjamur karena keterlambatan Putra Mahkota.
"Nggak nyangka banget ternyata budaya ngaret udah ada dari dulu, ckck padahal dia seorang Putra Mahkota. Kalau gini jadi berasa banget kalau dia lebih punya kuasa." Menghela napas untuk yang kesekian kalinya, Hana pun mengambil satu buku yang memang sudah di persiapkannya. Ia bahkan tidak sadar bahwa kalimat yang di ucapkan ya sudah menyalahi aturan tatakrama seorang bangsawan.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, akhirnya yang ia tunggu-tunggu datang juga. Wajahnya bahkan tidak terlihat merasa bersalah sama sekali padahal sudah membuat Hana menunggu cukup lama.
"Salam kepada yang Mulia Putra Mahkota." Meski dongkol, Hana harus tetap sopan dan menghormati seorang Kaisar masa depan.
Eugene membalas sapaan Hana dengan senyuman formalitas saja. Lalu dengan gerakan isyarat tangan menyuruh Hana agar duduk kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lady
Fiksi SejarahPutra Mahkota Eugene Elston Vermilion mendapat perintah untuk segera menikah. Kekaisaran Vermilion pun ramai membicarakan siapa saja kandidat yang cocok untuk menjadi Putri Mahkota. Seminggu kemudian muncul pengumuman resmi tentang pemilihan calon...