S a t u

22 4 0
                                    

Seminggu yang lalu dia masih seorang mahasiswa yang menikmati waktu bermain bersama teman-temannya di sela waktu belajarnya yang padat sebagai mahasiswa jurusan psikologi. Namun semua berubah saat ia tidak sengaja menemukan sebuah novel yang menarik minatnya ketika sekilas membaca sinopsis novel tersebut.

Tentu saja isi novelnya bagus, sampai ia merelakan waktu tidurnya. Dan alih-alih bangun di tempat tidur kosnya yang sempit, ia malah di bangunkan oleh perempuan asing yang mangaku sebagai pelayannya. Seumur-umur hidup sebagai manusia tidak pernah ia kepikiran untuk merekrut seorang pelayan, memangnya sekarang abad berapa? Begitu pikirnya sebelum realita menghantamnya beberapa saat kemudian. Karena saat itu ia sudah bukan lagi manusia bernama Alfa tapi berubah menjadi sosok gadis asing yang amat cantik versinya.

Jadi selama dua hari, ia mencari info tentang siapa sebenarnya pemilik tubuh yang ia tempati sekarang, dan yang mengejutkan adalah ia sekarang berada di dunia novel yang semalaman ia baca, lucu sekali. Lebih tidak masuk akal lagi, tiba-tiba datang seorang laki-laki paruh baya yang mengaku sebagai ayahnya menyampaikan pesan kalau dirinya resmi menjadi kandidat calon Putri Mahkota.

"Nona, sudah selesai."

Anna, gadis yang pertama kali ia temui di dunia ini sekaligus pelayan yang mengikutinya ke istana untuk pemilihan Putri Mahkota memutus lamunannya.

Di pandanginya sekali lagi wajah cantik di cermin yang baginya masih terasa asing.

"Nona, ingat anda harus menjaga sikap karena ini adalah pertemuan pertama Nona dengan yang Mulia Putra Mahkota."

Berisik sekali pelayannya ini. Memangnya kenapa kalau ia tidak disukai Putra Mahkota? Kan masih ada sisa dua gadis lagi yang bisa di pilih.

Tolong hidup jangan dibikin ribet, cukup hidupnya saja. Tapi tentu saja ia hanya menggerutu didalam hati.

                            *****

Entah apa alasan Putra Mahkota memilih waktu sarapan untuk bertemu dengan para calon istrinya, tidak mungkin yang di nilai pertama kali itu tata cara makannya kan? Alfa tentu saja akan menjadi yang terbawah secara seumur hidupnya ia tidak pernah belajar etiket bangsawan. Hellow dia kan berasal dari rakyat demokrasi bukan rakyat monarki.

Sampai di ruang makan yang sangat luas itu, ternyata Lady Fuchsia yang pertama datang dan Alfa langsung berdecak kagum melihat cara duduknya yang anggun itu, membuat orang lain minder saja.

Oke maksudnya adalah ia sendiri yang minder.

"Selamat pagi Lady Wisteria." Sapanya ramah.

Alfa, ah tidak sekarang ia adalah Hana Zoe Wisteria membalas sapaan Lady Fuchsia dengan sama ramahnya, tapi percayalah itu cuma formalitas saja.

"Selamat pagi Lady Fuchsia."

Lady Ebony datang tidak lama setelahnya dan disusul kemudian oleh Putra Mahkota, sosok yang dinantikan oleh para calon Putri Mahkota.

Kesan awal Hana ketika melihat sosok Putra Mahkota adalah tampan, kedua tampan, dan yang ketiga tampan sekali. Baiklah sepertinya ia benar-benar harus bersaing dengan dua kandidat lainnya kalau calon suaminya setampan itu.

Karena ia tidak pernah melihat orang setampan itu di dunianya, bahkan idola nya saja tidak setampan itu. Ah, Hana jadi jadi ingin minta tanda tangannya dan juga berfoto bersama.

"Jangan terlalu kaku, bersikaplah dengan santai saja." Putra Mahkota Eugene memberi perintah karena ketiga Lady di depannya terlihat kaku saat menyambutnya.

Hana masih mengagumi paras menawan Eugene sebelum ingatan masa lalu, tidak maksudnya seminggu yang lalu tiba-tiba melintas di otaknya.

"Oh, ternyata aku bukan pemeran utama wanitanya." Gumamnya miris, sepertinya ia harus merealisasikan keinginan foto bersama sebagai kenang-kenangan untuknya.

My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang