Bagian 1: Pertemuan di Bawah Pohon Ek

3 1 0
                                    


Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, menyisakan langit yang terbakar dengan palet warna oranye dan merah yang memudar menjadi ungu dan biru pekat. Cahaya sore hari yang hangat perlahan-lahan tergantikan oleh kesejukan malam. 

Di tengah perubahan ini, Elena, dalam wujud gadis manusia yang cantik, berjalan menyusuri jalan setapak yang ditutupi daun-daun yang gugur dalam hutan yang terpencil. Dia menghirup udara sore yang segar, mengisi paru-parunya dengan aroma musim gugur; campuran tanah basah, pinus, dan sesekali semburat wangi bunga liar yang masih bertahan meski musim telah berganti. Daun-daun di bawah kakinya berbisik dengan lembut setiap kali ia melangkah, melantunkan simfoni alam yang tenang namun merdu.

Ketika langit semakin gelap, cahaya bulan yang purnama mulai bercermin di permukaan danau kecil yang terletak di jantung hutan. Bulan purnama, bulat dan terang, melayang di langit seperti sebuah lampu gantung alami yang menerangi seluruh hutan dengan cahaya perak yang lembut.Elena mendekati tepi danau, tempat bulan menciptakan jalur cahaya di atas air yang menyerupai jalan menuju dunia lain. Kilauan cahaya di atas air itu menariknya untuk berhenti sejenak dan menatap refleksi yang berkilauan. Itu adalah momen kedamaian; momen dimana waktu seakan berhenti, dan hanya keindahan alam yang berbicara.

Namun, kedamaian malam itu terganggu oleh sebuah melodi yang mengalir melalui udara — suara biola yang memainkan lagu yang menggetarkan jiwa. Melodi itu penuh dengan kesedihan namun memiliki kekuatan yang aneh, seolah memanggil Elena untuk mengikuti suaranya. Dengan rasa ingin tahu yang mendalam, dia berjalan mengikuti arah suara tersebut, meninggalkan jalur cahaya bulan di danau.Langkahnya membawanya kembali melintasi hutan, mendekati sebuah padang rumput terbuka di mana pohon ek kuno berdiri dengan gagahnya. Di sana, di bawah kehangatan cahaya bulan, duduk seorang pemuda dengan biola di tangan. Rambutnya yang panjang dan hitam terurai, menutupi sebagian wajahnya yang tampak khusyuk dalam permainan musiknya.Elena berhenti sejenak di pinggiran padang rumput, tak ingin mengganggu si pemusik atau menghentikan aliran melodi yang kini telah menawan hatinya. 

Namun, saat melodi itu berakhir, pemuda itu membuka matanya dan menoleh ke arahnya. Matanya, yang tampak lelah namun penuh keingintahuan, bertemu dengan mata Elena."Siapa kamu?" suaranya lembut namun terdengar jelas di keheningan malam.Elena tersenyum, merasa sebuah jembatan tak terlihat telah terbentang di antara mereka. "Aku Elena," jawabnya dengan suara yang serasi dengan musik hutan malam itu.Pemuda itu menaruh biolanya dengan hati-hati di sampingnya dan berdiri, menghadapinya dengan sikap hormat yang seolah-olah mengakui keberadaan sesuatu yang ajaib dalam diri Elena. "Aku Lysander," ucapnya, "dan tampaknya malam ini hutan mempertemukan mereka." Di bawah sinar bulan dan di tengah bisikan daun, sebuah pertemuan sederhana itu pun berubah menjadi awal dari sesuatu yang misterius dan penuh keajaiban, di mana musik dan alam menjadi saksi bisu atas pertalian yang baru saja mulai terjalin.

🌙🎻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bisikan Hutan di Terang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang