22. Bos Geng

4.7K 291 0
                                    


"Nih, dinginin dulu otak lo," Aryan menyodorkan sekaleng minuman kepada Avi.

"Thanks," Avi membuka kaleng sebelum ia teguk isinya. Menyimpan rokok keduanya yang ia selipkan pada jari. Menikmati semilir angin yang menerpa kulit putihnya.

Aryan dan Avi sedang membolos pelajaran pertama saat ini. Roftoop adalah pelarian yang menjadibtempat aman. Awalnya hanya Avi, tetapi mengetahui sahabatnya sedang tak baik, Aryan yang sangat jarang membolos itu rela menemani Avi. Setidaknya ia memastikan Avi cepat tenang.

"Gue tadi denger obrolan lo sama Aige," Aryan membuka obrolan. Avisena juga tahu, pertengkaran dirinya dengan Aige tadi memang lumayan keras.

"Menurut lo... gue jahat ngga sih ngomong gitu? Gue kakak jahat ya? Kasian ya Lara, dia punya kakak modelan gue. Yang ngga becus jagain dia, selalu nyalahin dia, ngga merhatiin dia..." ucap Avi mengeluarkan isi kepalanya.

"Dia kecelakaan kemaren aja karna gue. Gue selalu bikin dia diposisi susah. Bahkan dari kecil, pas kejadian di kamar mandi..."

"Vi, udah." Aryan menepuk pundak Avi. Menyuruh lelaki itu untuk tak melanjutkan perkataannya. 

"Lo tau kan Yan? Waktu itu bukan cuma Lara yang ngerasa kehilangan Bunda, gue juga. Bukan cuma Lara yang kehilangan arah, bukan cuma Lara waktu itu yang rusak mentalnya, tapi gue juga. Lo paham kan, Yan? Kenapa Gege selalu mandang salah gue tentang kejadian itu?" suara Avi berubah menyendu.

"Bukan Aige yang nyalahin elo. Tapi lo nya sendiri yang beralibi kalo itu salah lo. Pernah Aige bilang itu salah lo? Lo sendiri yang nyalahin diri lo sendiri Vi. Lo harusnya fokus sama pemulihan Lara, bukan sibuk nyalahin diri lo sendiri."

Avi terdiam, urat wajahnya terlihat menonjol menahan gejolak di dadanya. Dia selalu emosional jika mengingat kejadian itu. Antara sebuah penyesalan dan penyangkalan kalau itu bukan salah dia. Tanpa sadar, tangannya sudah bergerak ke mulut, menggigit kukunya sendiri dengan gigi depannya.

Melihat itu Aryan segera menepis tangan Avi dari mulut lelaki itu. Avi tak terkendali, ia nampak cemas saat emosional. "Bukan cuma Lara, lo juga butuh pulih," ucap Aryan dengan intonasi menekan.

Duarr

Suara pintu besi roftoop terdengar nyaring. Nampak Reksa, Alvin dan Jeva dengan terburu-buru menghampiri mereka dengan wajah panik. "Lo kemana aja sih! Gue samperin ke kelas ngga ada anjir,"

Melihat ekspresi mereka yang seperti baru saja dikejar hantu iut memhuat Avi mengernyit penasaran. "Kenapa?"

"Itu Taka kena razia sama Pak Ruswan. Kegep bawa korek. Sekarang anaknya lagi di BK," jelas Reksa terpongoh-pongoh.

"Lagian ngapain bawa korek hari kamis? Pak Ruswan kan kalo jaga gerbang suka nandain orang bandel buat dirazia," Aryan dengan cepat menyambar. Ia hafal dengan gerak-gerik guru BK untuk mengantisipasi teman-temannya. Tentunya karena Aryan adalah ketua OSIS yang pasti mendapatkan kabar terlebih dahulu tentang keberadaan guru saat jaga gerbang pagi.

"Razia biasanya 'kan jumat, mana tau," sergah Jeva mengerutkan alisnya, sama panik.

Aryan merapatkan bibirnya setelah mengehela nafas panjang. Berusaha sedikit sabar. "Makannya, Va. Kalo sekolah yang dibawa bukan rokok ma korek aja, otak juga," katanya yang membuat mata Jeva sedikit melebar bersama mulutnya yang mengumpat samar.

"Koreknya warna apa?" Avi tau, kalau seperti ini hanya dia saja yang bisa berkutik. Menyelamatkan temannya.

Aryan seketika berdecak, menahan lengan Avi yang hendak pergi. "Vi!"

"Item, ada gambar apinya dipojok," jelas Alvin ikut menimpali.

"Balik kelas, biar gue yang urus," kata Avi, dengan cepat dia pergi meninggalkan roftoop. Berlari kencang menuju ruang BK di lorong kosong yang sepi itu. Jelas karena ini masih jam pelajaran sekolah. Kedatangan Avi di ruangan BK akan menjadi pertanyaan juga 'kelas kamu pelajarannya siapa? Sudah ijin?' 

Sea For Blue Whales [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang