23. Luka dan Penenangnya

4.7K 315 4
                                    


"Duh adem banget kalo gini," Avi menikmati wajah Selena dari dekat. Kesempatan saat wanita itu sedang membersihkan lukanya. "Lo bisa diem ngga sih? Gue jejelin kapas mau?" kata Selena galak. Padahal kedua pipinya sudah memanas sejak tadi.

"Lo bayangin ngga sih Sel? Lo dasteran trus kaya gini pas nikah ma gu—"

Buggg

"Ngimpi lo! Ngga sekalian semua cewek lo, lo bayangin pake daster nikah sama lo? Ha?" kata Selena menggebuk lengan Avi kesal. Berani sekali dia, kalau tidak dikasarin bisa khilaf nanti, apalagi UKS hanya ada mereka berdua. Bu Dewi yang biasanya menjaga sedang ke kantin mengisi perut.

"Tuhkan, gue bayanginnya lo jadi istri cerewet gitu trus ngomelin gue tiap hari. Seneng deh,"

"Otak lo emang perlu di usap cleanser keknya," ucapnya miris. Avi malah tertawa gila merasa gemas. Meraih dua pipi gadis itu lalu memainkan seperti squishy. Yang seketika semakin membuat Selena mengamuk dengan mencubit beberapa kali.

Lalu beberapa saat setelahnya jadi terdiam. Teringat kembali hal yang membuatnya marah sedari tadi pagi. Ah emosi sialan, dirinya kalau marah memang sering menyesal endingnya.

"Lo kenapa?"

"Hm?" Lamunan Avi tersadar. Ia mengangkat kedua alisnya menatap Selena yang sibuk mengemasi obat.

"Tsk, lo kalo ada problem bilang. Jangan tiba-tiba marah, orang lain ngga bisa baca pikiran lo," katanya membalas tatapan Avi. "Orang lainnya tuh elo ya?"

"Iya," Avi berlagak gurau niat mengalihkan pembicaraan, tapi Selena benar bertanya dengan dalam. Matanya berganti menatap serius kearahnya. Tak langsung menjawab, tangan Avi malah mengelus kepala wanita itu. Ia merasa tak biasa saat Selena dengan terang menanyakan keadaannya. Tahu Selena bukan tipe orang yang peduli dengan urusan orang lain.

Ia mengelus kepala Selena sebagai apresiasi wanita itu yang mau menurunkan gengsinya untuk memastikan dirinya baik-baik saja. "Ngga papa, gue cuman pengen cepet balik."

"Boong, lo ada masalah kan?" kata Selena mendesak. Membuat Avisena merapatkan bibir, ragu untuk mengatakan. "Ada, tapi gue ngga mau cerita," jawab Avi.

Selena mengernyit. "Kenapa?"

"Karena cowok gantle ngga mau kliatan lemah didepan cewek yang dia suka," kata Avi pelan. Degup jantung Selena berpacu cepat kembali. Pasokan oksigen disekitar juga entah terasa menipis, diiringi tubuhnya yang terasa lunglai lemas tak kuat menompang tubuhnya.

Iya, Selena ambyar lagi.

Gadis itu mengerjap mengalihkan pandangan. "Najis lo," hanya itu yang bisa Selena katakan untuk menutupi rasa gugup yang melanda.

"Katanya cewek suka cowok badboy, biar kaya di novel kebanyakan. Dimana dia jadi karakter utama di novelnya, dia yang jadi center dalam memimpin hal indah dalam novel," ucap Avi tiba-tiba.

"Kata siapa?"

"Gege, dia kan penulis." katanya. Tanpa diberi tahu sosok Gege itu siapa, Selena sudah paham. Gege yang dimaksud itu Aige si mantan ketos yang dulu sering marahin Avi di sekolah.

"Tapi semua badboy dinovel selalu punya problem yang diceritain sama pemeran utamanya, cewek yang jadi takdir cintanya dalam novel. Trus si ceweknya bakal perlahan ngebantu, nyari solusi dan lukis hal indah yang jadi favorit bagi pembacanya. Berarti elo harus ceritain ke gue... tentang masalah lo."

Avi mengerjap, terpukau begitu saja dengan perlakuan lembut Selena yang jarang ia lihat. Apa ia harus dalam emosi tak stabil terus biar Selena memperhatikan dia?

Pemuda itu menarik nafasnya panjang. Mengumpulkan kekuatan untuk bercerita. Ia tak pernah menceritakan hidupnya pada orang lain. Kalau Aryan, memang lelaki itu tahu kisah hidupnya karena sedari kecil bersama.

Sea For Blue Whales [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang