31 Prom

156 12 1
                                        

Arden tidak tahu mengapa Aya berangkat duluan tanpa memberitahunya. Arden hanya keluar sebentar untuk memotong rambut. Tahu-tahu Aya sudah berangkat. Bibi Tera bilang Aya pergi dengan seseorang. Mobilnya baru pertama kali dilihat oleh Bibi Tera, sehingga Arden makin panik. Aya pergi sama siapa? Jasmir atau Dave?

Dave bilang taruhan mereka malam ini akan selesai, jadi Aya pasti sudah memutuskan. Siapapun di antara keduanya, Arden akan memukulnya jika mereka benar-benar ingin berpacaran dengan Aya.

Di parkiran hotel Aya didorong oleh Citra. Perempuan itu menunjuk-nunjuk wajah Aya sehingga Arden langsung membanting pintu mobilnya. Citra itu gila. Pasti dia marah, karena tahu Dave mengincar Aya. Meskipun di sini Aya yang dipertaruhkan, tetap saja bagi Citra pasti Aya yang salah.

"Dasar murahan! Lo jelas-jelas tahu Dave punya pacar, tapi masih aja mau dideketin sama dia."

"Citra, tahan." Arden menarik tangan Aya agar berlindung di belakang tubuhnya. Sementara itu Dave juga sudah menahan tangan Citra.

"Gue pikir cuma gosip, ternyata lo benar-benar murahan. Lo jalan sama Jasmir. Terus lo juga jalan sama cowok gue dan gue denger lo udah pernah tidur sama Kakak tiri lo ini. Sebenarnya lo butuh berapa cowok? Gue punya kenalan di bar. Lo bisa tinggal di sana dan dipake banyak cowok. Bagusnya lagi lo bakalan dapat uang untuk membeli sepatu baru."

Citra menatap hina sepatu Aya yang bahkan baru Arden sadari ternyata seusang itu. Aya tidak pernah meminta dibelikan apapun. Sekarang hubungan Aya dan Melisa juga buruk, jadi Melisa mungkin tidak memberikannya apapun lagi.

"Lo bisa diam dulu, enggak?" Wajah Dave mengeras. Baru kali ini Arden lihat Dave semarah itu kepada Citra.

"Oh, sekarang lo mau belain perempuan murahan ini. Udah dikasih apa aja lo? Dapat jatah tiap malam, kah?"

"Iya, gue bakalan ngebela Aya. Aya enggak salah dan Aya terlalu berharga untuk gue."

Citra pasti akan menampar Dave jika saja Dave tidak menangkap tangan Citra.

"Yang lo tahu selama ini cuma mastiin gue cuma jadi milik lo. Gue harus nurut. Rasanya gue enggak lebih dari boneka buat lo, kan. Siapa yang peduli waktu kehilangan Nyokap gue? Gue down dan butuh temen ngobrol. Lo tahu siapa yang ada buat gue saat itu? Cuma Aya!"

Arden ingat Ibu Dave meninggal tiga bulan yang lalu. Meskipun mereka teman-temannya, mereka adalah sesama laki-laki. Tabu rasanya membicarakan soal perasaan semacam itu. Arden hanya sering mengunjungi Dave dan memintanya bersabar. Tidak tahu sama sekali jika Dave ingin mendapatkan lebih dari itu.

"Hebat, ya! Lo udah main sama dia sejak tiga bulan yang lalu. Lo anggap gue apa?"

"Lo pacar gue. Gue minta maaf setiap salah. Gue ngelakuin hal-hal yang lo mau. Sementara Aya temen gue. Orang yang ada di saat gue butuh. Orang yang bisa mendengar keluh kesah gue tanpa menganggap gue terlalu dramatis seperti lo."

Citra menatap Aya. "Itu yang mau lo denger, kan? Well, ambil aja cowok ini. Ambil juga Jasmir dan Kakak Tiri lo. Pakai aja semuanya. Lo, kan, perempuan murahan. Mau gue kenalin sama cowok lain enggak? Gue kenal banyak cowok, loh."

Aya hanya menatap Citra, tapi Arden tahu perasaan perempuan itu tidak baik-baik saja. Dia selalu berusaha hidup dengan benar, tapi Citra malah membuat Aya seolah-olah hidup dengan sebaliknya.

"Gue denger ada yang ribut." Jasmir harus turun lagi dari ballroom, karena teman sekelasnya bilang Citra baru saja melabrak Aya.

"Hai, Jas. Bagus lo di sini. Ini angkut cewek lo. Pakai aja bareng-bareng."

"Mulut lo jangan sembarangan, Anjing!"

"Astaga, kenapa pada marah-marah, sih. Kalian, kan, menikmati perempuan murahan ini."

RED | Step Sister [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang