Ten

196 17 8
                                    

Setelah kejadian bolos beberapa hari lalu, ntah feeling Jihoon sendiri atau memang rasa yang ia berikan kepada Junkyu semakin menjadi jadi.

Padahal ia sudah berusaha untuk menganggap Junkyu sebagai teman dekat saja, tak lebih.

Tapi mengapa tujuan dan kenyataan sangat berbanding terbalik??

Dan kini, itu yang sedang di renungkan Jihoon saat berada dalah bilik kamar mandi dengan isi perut yang sedang ia keluarkan. You know what i meantㅜㅡㅜ

"Ngeganggu sumpah. Lagian aku kok bisa suka sama dia sih!?" Jihoon mengacak rambutnya frustasi dengan isi kepalanya

Sebenarnya Jihoon mempunyai dua pilihan antara:

> Memendam perasaannya dan membiarkan waktu terus berputar hingga melupakan sosok Kim Junkyu
Atau
>Kembali menurunkan egonya dan berterus terang kepada sosok Kim Junkyu

Intinya!! Jika Jihoon memilih opsi pertama, itu akan menyiksa Jihoon yang terus merasa kewalahan dengan perasaannya sendiri. Namun opsi ini tak akan membuat Junkyu risih

Berbeda dengan opsi kedua. Jika ia memilih opsi kedua, ia akan takut Junkyu merasa risih, dan menjauh. Jadi kedekatan yang telah Jihoon bangun akan sia sia hanya karna segumpal perasaannya pada oknum bernama Kim Junkyu

Jadi harus apa!?

"Capek batt!!" Desah Jihoon kasar sedikit berteriak

Setelah ia menyelesaikan acara di toiletnya segera Jihoon kembali menuju kelas dengan langkah lesu yang di sambut tatapan binggung oleh kedua sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Mashiho dan Yoshi

"Napa sih?? Mukamu kusut banget minta di strikah" tanya Mashiho yang tak di gubris Jihoon yang sedang galau. Jihoon malah berjalan ke arah mereka dan menjatuhkan tubuh lesunya ke atas tubuh dua sahabatnya

"Heh!! Berat Jigongg!!" Keluh Yoshi tapi lagi lagi tak ada tanggapan apapun dari yang menubruk

Mashiho dan Yoshi saling menatap satu sama lain menyalurkan keheranan mereka satu sama lain

Beberapa menit kemudia akhirnya Jihoon bangun dari posisinya setelah beberapa kali di bujuk untuk cerita

Akhirnya Jihoon menceritakan apa yang sedang mengganjal di otaknya. Tentu saja kedua sahabatnya mendengarkan dengan baik

"Trus maunya kamu gimana??" Tanya Yoshi

"Aku saranin opsi pertama dhe, Hoon" saran Mashiho di angguki setuju oleh Yoshi

"Aku juga awalnya mikir kaya gitu, tapi di pikir pikir lagi mana bisa aku lupa di keadaan deket sama dia??" Jihoon menumpukan dagunya pada meja di depannya. Sudah cukup ia lelah memikirkan 'Duyung bernafas menggunakan apa' malah di tambah pertanyaan ini

Kedua temannya sama sama terdiam juga memikirkan hal yang sama

"Apa aku coba nyatain dulu yaa??" Tanya Jihoon setelah beberapa menit mereka terjebak dalah kesunyian

"Jangan dulu. Kamu baru baper masa mau bikin sakit hati??"

"..."

◇◇◇

Semua siswa dan siswi SMA Waiji sekarang berada di aula untuk menunggu guru yang sedang berkata panjang lebar di depan sana

"Ekhem. Sekolah kita akan mengadakan acara berkemah yang di adakan di sekolah kita tercinta ini dengan agenda semester akhir atau kemah terakhir bagi Kaka Kaka kelas akhir SMA Waiji. Nanti kalian akan di berikan surat untuk di berikan kepada orangtua kalian untuk konfirmasi ke sediaan mau pun ke tidak sediaan siswa atau siswi untuk bergabung di acara kemah kita. Dengan ini saya berikan Pak Jiyong untuk berbicara silahkan Pak" begitulah sekilas salah satu guru SMA Waiji menyampaikan dan di lanjutkan oleh kepala sekolah mereka

◇◇◇

Kedatangan berita tentang acara yang mereka rindukan yang di adakan setahun sekali membuat geger para murid SMA ini

Dan tak terkecuali dengan Jihoon, Mashiho, dan Yoshi. Tentu mereka sangat bersemangat untuk hari esok dimana acaranya akan di laksanakan

"Ngapain coba pake surat segala!? Kita bukan anak SD kali yang apa apa harus di gandeng ortu!!" Julid Jihoon menatap kertas itu seakan kertas itulah yang bersalah

"Udah lah Hoon. Ngejulid mulu nanti kena azab mati kao" ucap Mashiho

"Dihh!? Ngedo'a-in. Mental mampus!!"

Bug!

"EH HOON!? KAMU NGGAPAPA" Mashiho dan Yoshi panik karna Jihoon yang jatuh tersenggol batu

Karna is real everybody

"Apasih.. jahat banget batunya.. hiks" ucap Jihoon dengan mata berkaca kaca menatap batu yang tadi ia tabrak

"Makanya, kalau di bilang jangan ngejulid ya jangan!! Ngeyel!!" Amuk Yoshi pada Jihoon

"Yakan ini namanya takdir. Lagian.. SIAPA SIH YANG NARUH BATU DISINI!? HUAAAAAAA"

"EH EH EH!! GEMBROT!!"

◇◇◇

"Nah, udah" Junkyu baru saja mengobati luka pada lutut Jihoon akibat terjatuh tadi

"Makasi.."

"Lain kali liat jalan makanya. Di senggol batu sedikit aja roboh kau Deck Deck" ucap Junkyu terkesan meremehkan Jihoon yang terjatuh karna batu menyebabkan tatapan garang dari oknum yang di remehkan

"Itu tuh salah yang naruh batu di sana!! Udah ah, ngomong sama orang gila mah ngga ada guna!!" Jihoon berusaha berjalan tapi kakinya masih sakit di bagian lutut tetap saja di paksa berjalan. Tapi Junkyu hanya menonton malah sambil menyilangkan lengannya di depan dada

Karna kesusahan untuk berjalan Jihoon menoleh pada Junkyu dengan puppy eyesnya dan menurunkan egonya untuk meminta bantuan Kim Junkyu "Bantuin kek.. orang gila kamu ya.."

Junkyu tersenyum kecil tapi senyum itu adalah senyum kemenangan di atas ke kalahan Park Jihoon. Jihoon memang suka senyum Junkyu, namun tidak dengan senyum itu. Menyebalkan!!

"Gue orang gila ya?? Berarti lebih gila Lu dong" ucap Junkyu saat sedang membopoh Jihoon menuju kelas. Jihoon yang tak mengerti dengan ucapa Junkyu menyerngit meminta penjelasan

"Kalau Lu tau Gue gila kenapa di ajak ngomong?? Kenapa Lu deketin?? Kenapa Lu suka?? Berarti Lu lebih gila dong!!" Ucap si Kim bangga. Tunggu. Mereka sama sama sedang mencerna walau sambil berjalan pelan

'Itu napa ada kata -suka-nya Kim!? Ah ilang image Gue!!' –Kim Junkyu

'D-dia bilang a-pa tadi?? -ssuka-?? Ayo dong, janga bikin harapan doang..' –Park Jihoon

Setelahnya mereka tak ada yang bersuara karna canggung. Seperti awal mereka bertemu

Can't

𝐂𝐚𝐧'𝐭 -𝐊𝐲𝐮𝐇𝐨𝐨𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang