Suatu malam, ketika angin berhembus kencang melewati ladang, Haechan terjaga dari tidurnya. Angin malam yang memukul-mukul dinding kayu rumahnya, menciptakan suara yang menyeramkan. Gesekan daun dan ranting di luar menambah kesan mencekam. Dia duduk di ranjang tuanya yang kini terasa asing, merasakan getaran ketidaknyamanan yang menjalari tubuhnya.
"Kenapa suara-suara ini begitu mengganggu? Aku sudah terbiasa dengan kebisingan kota, tapi suara alam ini membuatku tidak nyaman"
Bunyi rerumputan yang berdesir, derit pintu kandang yang bergoyang ditiup angin, dan suara air yang menetes dari ember dekat gudang tua di halaman belakang rumahnya terdengar jelas, menggema di telinga Haechan. Semuanya terasa begitu dekat, seakan-akan alam sedang berusaha mengingatkannya tentang sesuatu yang pernah dia lupakan.
“Shibal, aku butuh sesuatu yang menenangkan”
Dengan langkah malas, dia bangkit dari kasurnya, menuju dapur yang masih gelap. Lampu gantung tua bergoyang pelan ditiup angin, menimbulkan bayangan yang bergerak-gerak di dinding. Haechan mulai mencari teh di lemari dapur, Ia menggerutu saat tak menemukannya.
“Bahkan di saat seperti ini, teh pun tidak ada. Aigo, aku harus secepatnya kembali ke kota”
Ia menyerah dalam pencarian tehnya dan hanya mengambil segelas air dari tong air di dapur. Saat dia sedang meneguk air, tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu depan. Haechan terdiam, memfokuskan pendengarannya. Ketukannya lembut, nyaris tidak terdengar, namun cukup jelas untuk membuatnya waspada.
Tok.
Tok.
Tok.
“Apakah aku hanya berhalusinasi?”
Tubuhnya mulai bergidik merinding ketika suara ketukan itu terdengar lebih jelas.
“Apa sebaiknya aku periksa? Bagaimana kalau itu ternyata seorang penjahat? Ah, mungkin hanya benda kecil yang tertiup angin dan membuat bunyi ketukan dari luar”
Tanpa rasa curiga yang berarti, Haechan berjalan ke pintu depan. Angin semakin kencang, membuat hawa di dalam rumah perlahan terasa dingin dan lebih dingin lagi. Ia meraih gagang pintu dan membukanya perlahan. Saat itu juga, nafasnya tercekat.
Di depan pintu, berdiri sosok yang tidak mungkin ada dalam kenyataan. Sesosok makhluk tinggi dengan tubuh berbulu lebat dengan kepala serigala yang menatapnya dengan mata kuning menyala, serta taring panjang yang mencuat dari bibirnya. Bau anyir darah menguar di udara malam yang dingin.
“M-monster!”
Haechan berteriak, lalu dengan cepat membanting pintu. Tubuhnya gemetar hebat, keringat dingin mengalir di dahinya. Tubuhnya terhuyung beberapa langkah ke belakang. Makhluk itu mulai menggedor-gedor pintu dengan kekuatan yang menggetarkan seluruh rumah.
“P-pergi! J-jangan ganggu aku!”
Haechan lemas bukan main, Ia mundur menjauh dari pintu yang kelihatannya akan hancur dalam waktu singkat. Suara lolongan mengerikan terdengar dari luar, menggema dalam kegelapan malam.
Brak!
Sebuah cakaran besar menembus pintu. Kuku hitam yang panjang dan tajam mencengkram dindung pintu dengan kuat.
“Kau harus jadi santapanku”
Suara makhluk itu dalam dan berat, bergema dengan nada yang menyeramkan. Wajah serigalanya menyeringai ganas di balik celah pintu yang kini berlubang besar.
Haechan langsung berlari menuju dapur, ingat bahwa ada pintu belakang yang bisa menjadi jalan keluar. Namun sebelum tangannya mencapai knop pintu, dia merasakan cakar besar mencakar punggungnya. Rasa sakit luar biasa menjalar di sekujur tubuh saat cakar tajam itu merobek kulitnya.
“AHHH!”
Haechan menjerit, tubuhnya terjatuh ke lantai dapur. Darah mengalir deras dari lukanya, membuat lantai kayu mulai basah dan lengket.
“Barangsiapa membukakan pintu untukku akan menjadi santapanku”
Sosok itu tertawa jahat, kemudian melolong panjang. Suaranya bagaikan kilat yang menyambar memekakkan gendang telinga.
“Tidak! Tidak!”
Haechan berusaha bergerak, tetapi tubuhnya sudah terlalu lemah akibat darah yang telah banyak keluar. Pandangannya mulai buram, kesadarannya perlahan sirna. Nafasnya juga melambat.
Makhluk itu mendekat, menatap Haechan yang kini tergeletak tak berdaya di lantai. Dengan sekali gerakan cepat, dia merobek kepala Haechan dari tubuhnya. Darah memercik di dinding dapur yang gelap. Sang serigala kemudian melahap tubuh Haechan dengan rakus, setiap gigitan disertai suara tulang yang patah dan daging yang terkoyak.
Hanya dalam beberapa menit, Haechan hilang termakan, menjadi bagian dari kegelapan malam yang mencekam. Suara angin yang berhembus seakan menyatu dengan lolongan panjang makhluk itu, melantunkan nyanyian kematian yang menyeramkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Halloween 0.1 [√]
FanficKumpulan kisah pendek horror untuk menemani malam harimu. [Status] Completed, Revised. [Credit] angelove_