Prolog

69 9 19
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, sebelum membaca alangkah baiknya follow yaa? Jangan lupa VOTE KOMEN nyaa karena aku perlu huhu

Ini murni dari pemikiran sendiri tanpa ada unsur plagiat🙏🙏
Hindari plagiat sekalipun cerita yang diplagiat kurang atau bahkan ga terkenal. Okey?

*******

Tubuh laki-laki bemarga Hansen itu terbaring lemah, napasnya tersenggal senggal. Pikiranya kacau, seakan-akan kepalanya akan pecah detik itu juga.

"Tuhan? Jika semesta tidak berpihak padaku, jangan sampai engkau meninggalkanku"

Rasa sakit dibatinya lebih terasa daripada luka yang ada diraga. Luka lama yang terus tertambah dengan luka baru, dari orang yang sama, atau bahkan berbeda. " SAYA GAAKAN PERNAH SUDI PUNYA ANAK KAYA KAMU! CUKUP AKSARA! KAMU BENAR-BENAR SUMBER SENGSARA! "

" Hansen cukup! " Laki-laki paruh baya yang dipanggil 'Hansen' menoleh ke sumber suara, terpampang  jelas senyum mengejek diwajahnya.

" Kenapa? Ayah tidak terima ? Dia sudah tau semuanya. Sampai ke dalam dalamnya, ayah. "

Kalau Aksara itu anak ayah, bukan saya.

*******

Rumah Aksara tidak pernah sepi jika kedua orang tuanya di rumah. Berbeda dari orang lain, rumah Aksara penuh dengan cacian dan tamparan. Tentu saja itu ditujukan untuk Aksara.

" BODOH! ANAK GATAU DIRI, DILESIN SANA SINI. MANA HASIL BELAJARMU?! KAMU PIKIR NILAI 100 BISA BIKIN KAMU PINTER HAH?! "

"Yah? Aksa cape " Aksara melenggang pergi menuju kamarnya, berusaha menghindari laki-laki paruh baya yang biasa ia sebut 'ayah'. Tapi sayangnya Hansen lebih cepat melayangkan tendangan yang lumayan kuat, tepat mengenai kaki jenjang anak sulungnya. Tak peduli entah perlakuan nya memberikan luka bahkan memberikan bekas yang sulit sembuh. Ditubuh maupun dibatin anak laki-laki itu.

Seusai menerima hukuman, dengan cepat Aksara memasuki kamarnya. Badanya merosot karena kakinya yang lemas, hatinya kembali sakit. Keringat dingin terus mengucur membasahi tubuh Aksara. Dia berusaha berdiri  meski terhuyung - huyung demi menemukan obat andalanya.

Akhirnya Aksara menemukan obat andalanya, tanpa pikir panjang dia meminum 2 tablet sekaligus. Berharap efek obat yang dia minum lebih cepat dari biasanya. Terkesan bodoh, tapi itulah Aksara.

Anak sulung Hansen merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya,  menatap langit langit kamar nya dengan tatapan kosong. Saking banyaknya dunia bercanda padanya, membuat nya kadang berpikir semesta sumber luka. Tepat sebelum mata itu tertutup dia berdoa dalam hati , penuh dengan harapan. Karena dia yakin, Tuhan tidak akan pernah mengecewakan hamba hambanya. Sekalipun berdo'a yang mungkin mustahil dibenak orang-orang . Sekali lagi, karena berharap kepada Tuhan itu tepat. Tentu saja karena itu Tuhan. Bukan manusia yang selalu menciptakan luka.

Doanya cukup sederhana namun besar bagi Aksara.
Tuhan... Tolong hadirkan seseorang untuk menghargai dan mencintaiku, keluargaku sudah hancur.

Senyum terukir jelas dibibirnya, dia merasa lega karena berhasil berdoa dan mencurahkan rasa sakitnya. Kepada Tuhan yang selalu ada untuknya.

*******

Kaki jenjang Aksara memasuki kelas MIPA 12C . Hampir saja dia menendang kaki temanya, padahal Aksara bukan tipe yang gampang marah maupun main tangan. Tapi kalau soal temanya, mungkin terkecuali. " Tumben berangkat telat? Btw gue habis jadian sama Alea mantanya Dilan . Lo minat gue kenalin mantan gue? Si lyo- "

Lesmana AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang