Saingan?

35 5 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jangan lupa vomen yee? Maaf klo masih banyak typo dan alur ceritanya bosenin mungkin? Boleh banget saran dan kritik~


















"Percaya diri itu perlu,tanpanya hidup kita takan pernah maju."

_Lesmana Aksara Sebasta Hansen_







Suasana kelas sangat ramai, penuh dengan tawa dan candaan. Bahkan setelah Aksara melangkahkan kakinya ke luar dari kelas suara bising masih terus terdengar. Meskipun di sini ramai jauh dihatinya benar benar sepi, sangat bertentangan dengan pikirannya yang saking banyaknya terkadang memicu rasa nyeri dibagian kepalanya.

Akhirnya dia berhenti di ruang guru, tempat guru pembimbing Olimpiade yang akan dia ikuti hari ini. Senyum tipis dan menunduk sebagai bentuk penghormatan, dengan sopan dia mulai meminta info terkait kelanjutan Olimpiade yang akan ia ikuti
"Maaf mengganggu waktu bapak-" Seakan paham apa yang akan ditanyakan oleh muridnya, pak Farhan atau kerap dipanggil pak botak yang padahal tidak ditemukan tanda kebotakan dikepalanya tersenyum  tipis dan beranjak dari kursinya. Tangan laki-laki tampan berstatus guru mulai merangkul bahu Aksara, membawa anak didiknya keluar dari ruang guru dan berjalan santai ke luar sekolah.

Tepat saat Aksara melewati kelas  MIPA 12C dia tak sengaja saling bertatapan dengan wanita cantik bemarga Arkasya. Sebelum akhirnya Anaska memutus kontak mata diantara keduanya. Senyum kecil tersungging dibibir siswa berprestasi yang dirangkul Farhan karena berhasil kontak mata dengan Anaska.

"Kemungkinan besar lawan terberat mu itu Sagean dari Sekolah Melati, tapi bapak yakin kamu yang meraih juara 1" Mata Aksara melebar saat nama Sagean disebut, lalu dengan cepat dia menetralkan wajahnya seperti  semula.

"Sagean? Bapak yakin dia lawan terberat saya?"  Ucapnya sambil tertawa remeh. Sedangkan Farhan mengernyit mendengar pernyataan Aksara yang percaya diri, 2 menit kemudian tawa khas bapak bapak keluar dari mulut Farhan.

"AHAHAHAHA kamu sangat percaya diri ya , bagus itu bagus"

"Percaya diri itu perlu, tanpanya hidup kita takan pernah maju." Nada bicara Aksara mendadak sok bijak membuat Farhan kembali tertawa lebih keras. Dasar anak didiknya memang 11/12 darinya.

"Bapak yakin ayahmu pasti bangga luar biasa" Ucapan Farhan sukses membuat senyum tipis keluar dari bibirnya. Tanganya mengepal kuat dibalik jaket yang ia kenakan.

Bangga? Mungkin itu hanya harapan Aksara belaka. Karena nyatanya ayahnya tidak akan pernah puas akan hasil murni darinya. Olimpiade selalu Aksara menangkan, tapi apa? Apakah hukuman yang selalu menimpanya bentuk apresiasi dari ayahnya? Rangking 1 di kelas, hanya itu yang ayahnya mau. Namun lagi dan lagi ada yang lebih pintar dari Aksara, dan Aksara bukanlah laki-laki gila seperti ayahnya. Apapun yang dia dapat setidaknya hasil murni dari bentuk kerja keras dan keringatnya. Gampang saja baginya untuk memanipulasi nilai dan rangking, terlebih dia keturunan Hansen dan cucu Sebasta, tapi dia tidak menyukai hal yang dilakukan pecundang.

Kenapa? Bukankah jika Aksara memanipulasi rangking nya akan lebih mudah terhindar dari hukuman  yang selalu menunggunya?

Karena Aksara berpegang teguh pada prinsip jangan menjadi pecundang untuk kepuasan seseorang atau bahkan diri sendiri. Tuhan tidak pernah mengajari makhluknya menjadi pecundang dan merugikan banyak orang.

Lesmana AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang