Tidak harus sempurna

33 4 2
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jangan lupa vomen yaa, maaf ceritanya agak belibet... Beri kritik dan saran untuk kelanjutan kedepanya















"Tuhan tak pernah memintamu untuk sempurna. Manusianya saja yang kelewat gila."

_Lesmana Aksara Sebasta Hansen_







Embusan angin pagi dapat dirasakan dengan jelas saat menginjakkan kaki di luar rumah. Entah kenapa pagi ini lebih sejuk dari biasanya, membuat bulu kuduk berdiri karena saking sejuknya. Masih banyak bangunan yang pintunya tertutup menandakan ini masih sangat pagi. Hanya beberapa orang yang bangun dan siap menjalankan aktivitasnya. Tiada suara ayam berkokok atau kicauan burung sehingga menciptakan suasana hening.

Ketenangan itu dimanfaatkan oleh remaja laki-laki yang sudah lengkap mengenakan seragam sekolah favorit di kota itu untuk menjernihkan pikirannya. Kenapa harus di luar? Bukannya bersembunyi dibawah selimut yang tebal lebih nyaman untuk menjernihkan pikiran? Jawabannya sederhana,  bersembunyi dibalutan selimut tidak cukup menjernihkan pikiran melainkan mengantarkan kehangatan. Sedangkan jika keluar rumah dapat menghirup udara pagi yang belum tercampur dengan napas orang-orang munafik. Selain itu ketenangan di luar lebih nyaman dirasakan daripada ketenangan di dalam rumah.

"Penjaga gerbang sama gue aja kalah. Jam segini gaada yang buka gerbang ck" Gerutunya sambil bersandar digerbang. Matanya terpejam sejenak, berusaha merilekskan tubuhnya

"Rajin amat Sa, bapak aja kesiangan bangun gara-gara udaranya dingin. Ga kayak biasanya" Mata Aksara terbuka dan melihat penjaga gerbang yang dia tunggu mulai membukakan gerbang untuknya. Aksara hanya terkekeh pelan lalu mengucapkan terima kasih
"Makasih, saya duluan ya pak" Penjaga gerbang itu mengangguk untuk menanggapi Aksara

Sekitar 15 menit tangan yang dibalut plester dibeberapa bagiannya itu mampu menyelesaikan 95 dari 100 soal yang diberikan di lesnya. Matanya terlihat lelah namun kepalanya mengatakan tidak. Fokusnya terganggu karena suara bising dari siswa siswi yang siap memulai pembelajaran hari ini. Teman sekelasnya mulai datang secara bersamaan, keramaian di kelasnya mungkin lebih parah daripada tempat wisata.

"Hidup lo bosenin banget sih Sa. Belajar belajar mulu" Cibir salah satu teman yang tiada akhlak bemarga Agijaya

"Kalau gue tolol dari lahir yang ada mati"

"Itukan prinsip bokap lo. Sehari aja kaga belajar hidup lo juga gaakan berubah, kek gue ga belajar kecuali ujian" Ucap Defano dengan bangga sambil menepuk dadanya

"Tolol kok dipelihara, mana bangga lagi hadeuh, dasar Tampaneo aneh" Kali ini Anna yang bersuara, mewakilkan teman-teman sekelasnya

Mata Aksara menatap wanita yang sebangku dengan Anna, kecantikan yang terpampang diwajahnya terlihat jelas. Dilihat dari manapun Anaska benar-benar cantik, tidak hanya dari segi wajah, melainkan sikap, dan kecerdasan
"Ska, ayo jalan sama gue nanti" Tak ada jawaban dari Anaska yang membuat tekad Aksara semakin kuat

"Gue jemput. Gue ga Terima penolakan"

"Gue ga suka dipaksa" Ucap  Anaska dengan nada ketus, berusaha mematahkan tekad laki-laki aneh dibelakangnya

"Oh? Bodoamat intinya lo harus siap waktu gue jemput"

"Gue gaakan keluar rumah" Senyum masam tercetak jelas dibibir Aksara,   sebelum akhirnya terganti dengan seringai

"Lo pikir gue gabisa nyulik?"

Mata Anaska melebar mendengar penuturan gila Aksara. Badanya berbalik mengarah laki-laki bemarga Hansen, ekspresi wajahnya tak bisa diartikan sampai Aksara kembali membuka suara

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lesmana AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang