Pertama.

243 25 10
                                    

Matahari perlahan turun dari peraduannya, meninggalkan jejak kuning keemasan yang indah.

Beberapa orang memilih untuk mengabadikan momen itu dengan berselfi, ada juga mereka yang lebih menikmatinya dengan jalan-jalan sambil bergandengan tangan. Beberapa terlihat mengenakan setelan jas dan tas di tangannya, berjalan cepat menembus kerumunan.

Sementara dirinya hanya duduk lesu di bangku taman sambil meratapi nasibnya. "Huhftt...." Pemuda itu menghela nafas untuk kesekian kalinya.

Orang-orang yang berlalu lalang sesekali melihatnya sekilas. "Apa ada sesuatu di wajahku" Tanyanya pada angin yang membelai wajahnya lembut.

"Hai" Pemuda itu menoleh pada sumber suara. Ternyata itu seorang gadis kecil, dia terlihat kesulitan untuk naik ke bangku yang didudukinya. Tanpa banyak bicara, pemuda itupun mengangkat tubuh kecil itu dengan kedua tangannya, dan mendudukkannya tepat di sampingnya.

"Terimakasih gege-cantik" Lanjutnya dalam hati. Pemuda itu hanya mengangguk pelan, lalu menghela nafas berat. "Gege sepertinya sedang banyak pikiran. Mau cerita ama rara?" Tanyanya sekedar basa-basi. Pemuda itu kembali menghela nafas.

"Aku di tolak lagi" Katanya. Gadis kecil itu terhenyak, ia menatap lamat-lamat pria disamping nya. Apa yang kurang? Dia tampan dan cantik bersamaan. Kulit seputih susu. Matanya sedikit sipit, tapi cukup jernih dengan pupil coklat kepedaran terkena bias matahari. Hidung bangir. Bibir penuh. Alis tebal. Bulu matanya sedikit panjang. Sangat sempurna pikirnya, lantas apa yang membuatnya di tolak? Orang ini sepertinya tidak cacat. Pikir nya mencoba mencari-cari alasan pria itu di tolak.

"Sungguh bodoh" Ucapnya tanpa sadar. Dia mengutuk orang yang menolak cinta pria yang duduk di sampingnya. "Kau benar" Katanya tanpa menoleh.

'Ehhhh.... Apa yang aku lakukan!!!' Pekiknya dalam hati, merutuki mulutnya yang asal bicara. "Lagi pula siapa yang mau menerimaku" 'Aku!!! Aku!!!' ujarnya dalam hati.

"Aku kan hanya lulusan SD" Lanjutnya kembali menghela nafas. Gadis kecil itu ikut menghela nafasnya. Dia sedang berpikir cara untuk membujuk ayahnya agar mau menerima gege cantik itu jadi-

Ehhh??

"Gege mau kemana?!" Melihat pemuda itu tiba-tiba berlari sangat cepat, seperti takut ketinggalan kereta. Dia bahkan meninggalkan tasnya disana.

Huhfttt....

"Bos kecil?" Terlalu asik melamun. Gadis kecil itu bahkan tidak sadar jika ada pria tinggi berjas hitam, berdiri tepat dihadapannya. Menghalangi cahaya keemasan yang menghangatkan tubuhnya.

"Bos kec-" Pria itu berhenti bicara saat melihat gadis itu menunjukkan telapak tangannya. "akh paman ning brisik tau!" Hardiknya. "Maaf bos kecil tuan-"

"Aku tau! Daddy mencariku bukan?!" Sela-nya, seakan tahu maksud kemunculan makhluk tak kasat mata itu. Wen ning menganggukkan kepalanya kaku, "baiklah ayo pulang" Gadis itupun turun dari kursi yang di dudukinya, tak lupa ia juga membawa tas milik pria yang tadi duduk bersamanya. Dan memberikannya pada pria yang menjemputnya.

Skip-

"Markas?" Gumamnya. Dia melihat pria yang menjemputnya turun dari mobil, lalu membukakan pintu untuknya. Dengan lesu bocah yang baru menginjak 7 tahun itupun masuk kedalam gedung terbengkalai itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mafia's BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang