Ketiga

112 12 5
                                    

"Sekali lagi maaf tuan, kami tidak bisa menerima lamaran anda". Pemuda itu akhirnya menyerah, ia mengambil tas jinjing nya. Kemudian pergi dari toko pakaian tersebut. 

Namanya Wang yibo, ia datang dari sebuah desa terpencil di perbatasan Tiongkok, jauh-jauh sampai ke kota untuk mengadu nasib. Berharap bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, tapi sudah terhitung 10 toko, sejak ia pergi dari kontrakannya untuk melamar pekerjaan. Jawaban yang ia terima selalu sama.

"Maaf dan maaf"

Huhfft,

Melamar pekerjaan ternyata tidak semudah yang di bayangkan. Pikirnya.

Melihat hari yang beranjak senja, iapun memutuskan untuk beristirahat sejenak di bangku taman. Tak jauh dari tempatnya berdiri. Dan disini lah dia berada, duduk termenung sendirian sambil memikirkan masa depan yang masih abu-abu.

Sampai suara cempreng khas anak kecil menyapa indra pendengarannya. Ternyata itu seorang gadis kecil, dia terlihat kesulitan untuk naik ke bangku yang didudukinya. Melihatnya yang bersusah payah untuk naik ke bangkunya, membuat ia mau tak mau membantunya untuk duduk di sebelahnya.

"Terimakasih gege" ia hanya mengangguk pelan,  sebagai tanggapan, lalu kembali menghela nafas berat. "Gege sepertinya sedang banyak pikiran. Mau cerita ama rara?" 

Wang yibo, hanya melihatnya sekilas. Sebelum kembali menghela nafas. Ia menimang apakah ia harus bercerita atau tidak, tapi berpikir jika anak itu hanya gadis kecil- yang mungkin tidak akan dia temui lagi- yibo pun memutuskan membuka suara.

"Aku di tolak lagi" Katanya dengan tatapan kosong kedepan, sama sekali tidak memperhatikan orang di sampingnya yang menatapnya  lamat-lamat.

"Sungguh bodoh" Wang yibo yang mendengar balasan itu, tersenyum getir. "Kau benar" dan ia juga membenarkan hal tersebut.

"Lagi pula siapa yang mau menerimaku"

"Aku kan hanya lulusan SD" Lanjutnya kembali menghela nafas. Saat ia hendak kembali bicara, tiba-tiba terdengar suara kericuhan di belakangnya.

Wang yibo yang penasaran pun menoleh, dan matanya terbelalak ketika melihat seorang nenek tua yang tersungkur diatas kasarnya trotoar. Sementara orang-orang disekitarnya hanya menatapnya dengan iba, tapi sama sekali tidak ada yang berniat membantunya.

Tanpa berpikir panjang, iapun bergegas berlari menghampiri wanita tua itu. Tanpa menoleh kebelakang, bahkan gadis kecil di sampingnya pun tak ia hiraukan, beserta tas berisikan dokumen untuk melamar pekerjaan pun ia lupakan.

Pikirannya hanya tertuju pada wanita tua renta itu yang nampak kesakitan.

"Gege mau kemana?!" Teriakan, itu menjadi hal terakhir yang ia dengar, sebelum takdir tak terduga ia dapatkan.
.
.
.

3 hari sudah terlewati begitu saja, meskipun mereka sudah menikah, tinggal 1 rumah, bahkan tidur di ranjang yang sama. Tapi tidak ada hal yang terjadi pada keduanya.

Pangeran es itu tetap saja bersikap dingin dan acuh terhadapnya, kadang yibo merasa jika suaminya itu tidak pernah menganggap dirinya ada.

Pria yang dielu-elukan keagungan dan kesuciannya itu, hanya akan pulang ke rumah untuk mandi dan tidur. Setelahnya dia akan pergi bekerja sampai larut malam. Selalu seperti itu,

Setelah menikah dengan sang pangeran, yibo kini tinggal di sebuah penthouse yang cukup besar dan mewah. Alih-alih tinggal di istana.

Pangeran agung itu berdalih jika yibo mungkin akan sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan istana. Dan akan lebih nyaman jika tinggal di lingkungan yang lebih sederhana, mengingat jika wang yibo memang datang dari desa. Karenanya lan wangji pun memutuskan untuk tinggal di apartemennya sementara, sampai waktu pengangkatannya menjadi raja tiba. Setelah sedikit berargumen, akhirnya pasangan pengantin baru itupun diijinkan tinggal di luar istana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mafia's BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang