Second Life.

175 21 4
                                    

Jika saja hari itu aku tetap diam, hanya abaikan. Apa hari ini akan datang?

Jika saja aku tidak menghampiri nenek tua itu, apa hari-hari ku akan tetap berjalan seperti sebelumnya?

Tuhan,,, apa yang kau coba tunjukkan padaku?...

Apa aku tersesat?

Haruskah ku berhenti? Sebelum semuanya terlambat.

Dimana aku? Kenapa mereka membimbing ku menuju pendeta?

"Ekhem! Tuan?" Aku bahkan tidak menyadari, jika seseorang mengulurkan tangan ku dan memberikannya pada tangan lainnya yang sepertinya sudah menunggu lama.

Apa yang harus kulakukan?

"Psisstt... Tuan" Bisikan itu terdengar lagi dari samping ku.

Tidak! Ini tidak benar

"Tuan... Sadarlah!" Kini kurasakan tubuhku sedikit terguncang.

Ehh...

Sekarang seseorang menarik tanganku, cukup kuat. Hampir membuat ku jatuh, tersandung tangga. Tapi untungnya aku bisa menyeimbangkan tubuh ku kembali.

Huhhh? Altar?

Jadi ini bukan mimpi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jadi ini bukan mimpi?

"Yang mulia pangeran lan, tuan wang. Kalian sudah siap" Pria di sebelah ku mengangguk singkat. Sementara aku masih bingung. Apa yang harus ku lakukan!

"Baiklah jika kedua mempelai sudah siap, mari kita mulai" Ucap sang pendeta memulai acaranya.

"Baiklah, yang mulia putra mahkota Lan Wangji. Bersediakah engkau untuk menjadikan tuan wang yibo sebagai pendamping mu. Bersumpah setia di hadapan tuhan dan jemaat nya. Selalu bersamanya baik dalam senang maupun susah, sehat ataupun sakit. Seumur hidup bersamanya hingga maut memisahkan"

"Saya bersedia" Jawabannya datar, tanpa ekspresi senang ataupun terharu sedikit pun. Meski ini merupakan hari terakhir dia menyandang status lajang nya.

Pertanyaan yang sama di ajukan pada pria satunya yang masih terlihat linglung, entah apa yang dipikirkannya. Tapi dia hanya diam dan tidak menjawab untuk waktu yang sedikit lama.

"Tuan wang?!" Panggil sang pendeta, tapi pemuda itu masih tetap diam. Para tamu undangan, saling bertukar tatap, kebingungan. Kemudian suara bisik-berbisik orang mulai terdengar memenuhi aula pernikahan, yang mana hal itu membuat anggota kerajaan menggerakkan gigi menahan malu.

Pangeran lan wangi atau biasa di panggil hanguan jun, meremat tangan pasangannya itu sedikit kuat. Sampai pasangannya itu tidak hanya sadar dari lamunannya tapi juga meringis kesakitan.

Tanpa pikir panjang pemuda itupun menjawab, dengan suara yang sedikit bergetar. "Saya bersedia" Jawabnya dengan kepalanya tertunduk, pikirannya sedang tak menentu. Itulah yang membuatnya kehilangan fokus.

Mafia's BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang