#O3

78 22 2
                                    

Selama perjalanan Jeongin terus mengumpat dalam hati, bagaimana tidak? Orang yang mengaku bernama Hwang Hyunjin itu terus membawa motor dengan kecepatan penuh, tangannya memeluk pizza take away di hadapannya dengan mata terpejam takut, bingung harus berpegangan dengan apa lagi, “Kak Hyunjin, boleh pelan-pelan gak ya? aku kurang terbiasa naik motor yang joknya tinggi gini…” Ujar Jeongin takut-takut.

“Tinggal di rumah atau ngekos?” Tanya Hyunjin menghiraukan ucapan Jeongin, tapi perlahan ia menurunkan kecepatan berkendaranya.

“Aku sewa flat… tapi tadi udah kelewat tempatnya.” Jawabnya sembari tertawa canggung.

“Ah, oke. Jeongin punya soulmate?” Tanya Hyunjin pelan, karena ragu, nyaris terdengar seperti berbisik.

“Apa, kak?! anginnya terlalu kenceng aku gak denger!”

“Soulmate!” 

“Oh, Soulmate? Kenapa sama soulmate, kak?”

Begitu sampai ke perempatan Hyunjin memutar balik arah jalan motornya, kembali menuju flat Jeongin yang terlewat, “Kamu udah ketemu? sama soulmate kamu.” 

“Belum, kak.”

“Oh…” Suara Hyunjin menurun.

Benar, kenapa ia tidak memikirkan kemungkinan kalau itu bukan Jeongin? kemungkinan kalau bisa saja reaksinya datang terlambat bersamaan dengan tersesatnya Jeongin ke kelasnya? Sekarang ia merasa bodoh.

“Kak Hyunjin ada keperluan sama aku?” Tanya Jeongin.

“Tunggu sampai tempat kamu dulu ngobrolnya ya, dimana?”

“Itu, kak. Di depan kiri jalan.” Tunjuk Jeongin pada tempat bertuliskan Green Garden, dibalas anggukan oleh Hyunjin.

Begitu sampai Hyunjin dengan cepat turun lebih dulu dari Jeongin, kemudian menuntun yang lebih muda untuk turun dengan hati-hati, tangannya bergerak melepas helm yang digunakan Jeongin, kemudian mengusak rambut di kepalanya yang berdiri berantakan, merapikannya dengan penuh sayang, membuat Jeongin salah tingkah dan heran, sementara Hyunjin pun tak sadar saat tengah melakukan itu.

“Kak?”

“Eh, sorry lancang.” Hyunjin menarik tangannya, “Maaf ya gue langsung maksa lo naik motor gue gitu aja.” 

“Gapapa kak, aku jadi dapet tumpangan gratis dan ga jalan kaki.” Jeongin tersenyum, “Kak Hyunjin ada keperluan sama aku?” Ulang Jeongin penasaran.

Dada Hyunjin berdetak cepat, sebelumnya ia yakin Jeongin soulmate nya. Tapi, sepertinya ia salah orang dan sekarang bingung setengah mati harus mengatakan apa.

Jeongin yang merasa canggung dengan keheningan dari Hyunjin yang tak kunjung menjawab pertanyaan darinya mencoba memutar otak. Seingatnya kakak tingkatnya tadi membahas soal soulmate, kan? “Mmh… soal soulmate, aku sebenarnya tadi ngerasain hal aneh! menurutku sih itu kaya reaksi pas ketemu soulmate.” 

Mendengar itu Hyunjin mengangkat kepalanya, menatap penuh harap dan keseriusan pada Jeongin, “Tapi, tadi pas aku mandi aku gak bisa nemuin tanda hatinya… mungkin aku salah.”

Kali ini rasanya seperti hati Hyunjin baru saja dijatuhkan dari gedung lantai tertinggi di dunia, “Ah… begitu?”

“Iya, kak. Emang soulmate kak Hyunjin kenapa?”

Hening beberapa saat, mendadak Hyunjin menjatuhkan badannya, ia berjongkok; bertumpu dengan dengkulnya, wajahnya dibawa menunduk menyembunyikan paras rupawan di antara kakinya, kemudian ia menghela nafas panjang penuh frustasi.

“Kakak sakit?” Tanya Jeongin panik, tangannya tertahan ragu ingin meraih pundak kokoh itu, “Aku ada obat di kamar, ayo masuk dulu, kak!” Pinta Jeongin.

saviour ; hyunin / hyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang