Sebuah kereta kuda membawa wanita muda yang bermuka lega bercampur senang.
Sudah hampir tiga tahun lamanya ia merasa kesulitan untuk tidur. Wajah cantik yang dihiasi dengan rambut berwarna keemasan, sekarang tampak lelah seiring dengan masalah yang menyita pikirannya. Tapi itu tidak membuatnya menyesal.
Menikahi pria yang ia cintai walau tanpa persetujuan ayah dan keluarganya, sama sekali tidak menggentarkan semangatnya untuk terus membujuk ayah yang begitu ia sayangi, Count (Sebuah gelar bangsawan) Hastings agar luluh. Suzanna yakin, ayahnya toh akan menyerah juga, selalu begitu sejak ia kecil.
Ia tahu sang ayah walau terlihat keras dan tegas, ia akan mengiyakan pada akhirnya keinginan Suzanna. Mau tak mau, ia jadi berpikir, kalau sikap keras kepalanya memang turunan dari ayahnya. Begitu ia telah memutuskan sesuatu, Suzanna tidak akan mundur. Dan hasil keras kepalanya inilah yang membuat pada akhirnya, Count Hastings merestui pernikahan mereka.
Suzanna masih mengingat dengan jelas wajah ayahnya di kediaman Hastings ketika melihat Suzanna muncul setelah sekian tahun tidak menginjakkan kaki disana dengan perutnya yang telah membesar.
Wajah sangarnya berubah melembut sambil melayangkan pandang pada perutnya sesekali. Bahkan ayahnya pun mengganti kereta kudanya untuk pulang ke Oak Kecil dengan kereta yang lebih mewah dan nyaman. Suzanna tahu, ayahnya tidak akan marah terlalu lama.
Ia memikirkannya sambil menyunggingkan senyum, mengelus-elus perutnya dengan jabang bayi yang kini telah menginjakkan kaki lima bulan.
Melihat istrinya bisa tersenyum sumringah seperti ini, Anthony yang duduk disampingnya menjadi ikut lega. Sambil merangkul Suzanna, menyentuh lembut pundaknya, ia mencium sekilas rambut Suzanna yang keemasan.
"Aku ikut senang dengan perkembangan ini,"
Suzanna tidak menoleh, ia mengangguk, masih sambil tersenyum.
"Ayah tidak akan melewatkan kesempatan untuk melihat cucunya nanti"
Mendengarnya Anthony setuju. Pria seperti Count Hastings selalu mengedepankan keluarga dan Hastings diatas segalanya. Walau ia pria yang bisa menjadi kejam, tapi ia tidak akan tega pada darah dagingnya sendiri.
Pada awalnya Anthony merasa Count Hastings adalah pria kaku yang haus akan kekayaan dan kejayaan keluarga. Tapi nampaknya ia salah, karena hari ini, ia mampu melihat sisi kemanusiaan pria itu. Di atas segalanya, Anthony merasa Erasmus Hastings adalah pria malang yang sangat menyayangi Suzanna, anak kesayangannya.
Sementara, selepas kepergian istrinya, sebagian anaknya yang lain pergi berperang dan sebagian besar hanya menginginkan harta warisannya saja, hanya Suzanna lah yang lebih banyak peduli padanya dan pria tua itu sangat merindukan Suzanna.
Anthony mengerti perasaan ayah mertuanya itu, bagaimana pria itu melihat Anthony sebagai pria jahat yang menculik anak emasnya begitu saja. Di satu sisi, Anthony merasa tidak enak hati memisahkan keluarga ini, namun disisi lain, ia merasa lega bahwa Suzanna memilihnya, yang hanya seorang Viscount (sebutan gelar bangsawan dengan pangkat yang lebih rendah) di daerah pinggiran yang bernama Oak Kecil.
Sebuah ketukan pelan dari arah depan menyadarkan lamunan keduanya.
"Kita akan segera sampai, Tuan dan Nyonya Illiard," ujar kusir kereta kuda.
Baik Suzanna maupun Anthony, mengalihkan pandangan ke arah jendela, menyajikan deretan pepohonan Oak yang berwarna kuning kecoklatan, beberapa terbawa angin, melambai seperti lukisan di musim gugur.
Anthony mengeratkan bahu Suzanna dalam dekapannya, sementara Suzanna menyentuh perutnya lebih dalam. Tidak ada waktu untuk menyesali masa lalu. Mereka akan segera tiba di rumah kecil mereka yang hangat dan hidup disana dengan bahagia bertiga, Suzanna, Anthony dan calon anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oak Kecil dan Burung Jay Biru
RomanceSemua berawal dari Oak Kecil, wilayah mungil yang indah dan damai. Sarra tidak menyangka, hari-hari indahnya di rumah miliknya akan terusik. Takdir ternyata akan membawa gadis kecil itu ke dalam pusaran pertarungan keluarga bangsawan hingga membuatn...