Cinta terjadi begitu singkat, namun melupakan memakan waktu begitu lama - Pablo Neruda
Orang bilang waktu akan menyembuhkan lukanya. Pertanyaannya, mungkinkah luka itu akan benar-benar sembuh sedangkan bayang-bayang kenangan selalu terlintas dipikiran?
Luka tidak seremeh itu untuk bisa sembuh secepat itu, bukan?
Malam itu, tepat pukul 19.00, ruang tamu yang sudah dirias seindah mungkin dengan deretan bunga-bunga yang bertengger di dinding-dinding. Dua keluarga sudah berkumpul di sana. Terdengar sedari tadi obrolan para orang tua dan cekikikan anak-anak yang sedang bergurau. Semua manusia di ruangan itu tersenyum lebar, menggambarkan betapa bahagianya mereka.
Namun, didalam kebahagiaan mereka ternyata ada satu wanita yang sedari menunduk sembari menyeka air matanya.
Azra, wanita yang sudah tujuh bulan ditinggal mati oleh suaminya malam ini akan melangsungkan akad. Yang artinya Azra akan menikah untuk yang kedua kalinya. Beberapa menit lagi akad itu akan dimulai, namun raut wajahnya tak melihatkan bahwa malam ini dia sedang bergembira.
"Sah!"
Azra mendongakkan kepalanya kaget. Pikirannya terlalu penuh sampai dia tak menyadari jika ijab qobul sudah dilakukan. Kembali Azra memejamkan matanya. Sungguh perih rasanya. Tangan kanan Azra meremas dadanya, merasakan rasa sakit didalamnya. Sungguh, Azra tak menginginkan ini terjadi. Namun, keadaan memaksa dia untuk menyetujui semuanya.
Menikah untuk yang kedua kalinya? Padahal belum genap satu tahun suaminya meninggal. Azra tak pernah menginginkan ini terjadi. Percayalah hatinya masih belum bisa melepaskan Zein. Apalagi sampai mencari pengganti suaminya.
Azra lari menuju kamarnya dengan air mata yang tak henti-hentinya menetaskan air mata. Semua orang yang ada di ruangan itu tertuju pada Azra, namun tidak ada satu orangpun yang berani menghentikan Azra. Mereka tahu dan memahami apa yang Azra rasakan saat ini. Pasti berat, maka dari itu orang-orang di sana membiarkan Azra sendirian di kamarnya untuk sementara waktu.
Perbuatan Azra yang tiba-tiba berlari ke kamar itu tak luput dari perhatian Kafka. Hati kecilnya meringis kecil saat melihat Azra berlarian dengan matanya yang bercucuran air mata.
***
"Hari ini saya sudah menepati permintaan anda. Lalu, apakah sekarang anda sudah merasa senang di sana? Jika iya, saya mohon pergilah dari ingatan Azra. Wanita itu sangat menderita"
Kafka menarik nafasnya dalam-dalam, lalu membuangnya pelan.
"Jika anda berpikir jika saya bisa menjaga Azra. Saya pikir anda salah, karena yang azra butuhkan adalah anda bukan saya---tapi, tidak masalah, saya akan mencobanya".
"Bersamaan dengan kepergian anda. Tolong bawa pergi juga sosok anda di ingatan Azra. Anda tidak perlu merasa khawatir sekarang. Azra bersama saya"
Kafka membalikkan badan lalu pergi dari tempat dimana Zein dimakamkan. Kafka masuk ke dalam mobil dan mengendarainya untuk pulang.
Tadi setelah acara pernikahannya dengan Azra selesai, Kafka memutuskan untuk berziarah ke makam Zein. Sendirian tanpa Azra.
Sesampainya di rumah Azra. Kafka tak langsung membuka kamar Azra yang sekarang sudah menjadi kamarnya juga. Tangannya terasa berat untuk membuka gagang pintu itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dilain Kesempatan
Любовные романы"Bahkan jika Tuhan memberikan ku ribuan kesempatan. Aku akan tetap memilih mu dalam setiap kesempatan yang sudah Tuhan beri".