03. Rumah Sakit

2 1 0
                                    

"Rumah sakit, tempat di mana kebahagiaan sekaligus kesedihan mendera hati,"

-A. A. Nyoman Aksara Raktabumi Adiningrat.

"Abang pulang!" seru Laksamana saat memasuki rumah, ia berjalan menuju lantai atas meninggalkan Rakta yang kini membasuh wajahnya di wastafel.

Langkah ringan Laksamana berhenti kala menyadari bahwa semua saudaranya minus Rakta dan Andre berada di kamar Chita. Perlahan Laksamana masuk berusaha untuk tidak menimbulkan suara. Saat berhasil menyembulkan kepalanya Laksamana diam menatap saudaranya yang sedang membujuk Chita untuk makan dan minum obat.

Setelah tau permasalahan yang ada di kamar itu Laksamana kembali menutup pintu dan berjalan ke arah dapur. Dengan lihai tangannya memasak sepanci kecil bubur dan sebuah telur rebus untuk Chita. Selesai dengan urusan buburnya Laksamana lantas mengambil sebuah mangkuk dan menuangkan hasil masakannya. Setelah meletakkan bubur itu Laksamana mengupas telur yang sudah matang dan dalam kondisi dingin. Laksamana membawa bubur hasil masakannya pada Chita.

"Dek, makan yok?" ujar Laksamana pada Chita.

Chita menoleh dengan tatapan bingung ia bertanya, "Bang? Sejak kapan Abang pulang?"

"Udah dari tadi sih, sekarang ayo makan biar Abang suapin," ujar Laksamana pada Chita. Chita mengangguk lemas, ia pasrah dengan Abangnya satu itu.

"Ren, Teh Luna mana?" tanya Laksamana sembari meniup bubur di dalam sendok.

"Kamar A Rakta, lagi nempelin kompres," balas Rendy yang kini sedang mengoleskan minyak di tangan dan kaki Chita. Alis Laksamana mengerut, ia merasa heran habisnya tadi Rakta baru saja selesai menangis di pelukannya tapi kenapa sekarang dia bisa demam?. Kembali ke adiknya kini Rendy berjalan menuju lemari Kakaknya itu untuk mengambil sebuah hoodie.

"Ren, tolong ambil hoodie yang custom aja biar semuanya sama di sana. Andre bawain aja hoodienya," ujar Chita saat melihat Rendy yang menyiapkan pakaian untuknya. Rendy mengangguk mengikuti permitaan Kakaknya tanpa protes. Chita terdiam menatap Rendy dengan tatapan aneh. Rendy menoleh kala merasa ada yang memperhatikan nya.

"Kenapa Teh?" tanya Rendy pada Chita, ia heran mengapa Kakaknya satu itu menatapnya seolah ada keajaiban yang baru terjadi.

"Engga, udah lanjut aja," balas Chita kemudian kembali menatap Laksamana yang masih tampak fokus mengurangi suhu buburnya. Setelah selesai makan siang Chita akhirnya meminum obat miliknya kemudian bangkit menuju kamar mandi. Rendy serta Laksamana yang telah memastikan bahwa Chita telah meminum obatnya kini berjalan menuju dapur untuk kembali memasak bubur.

"Rendy, tolong ambil apel sama pir ya. Abang mau bikinin bubur apel pir buat A Rakta. Kamu tau kan butuh berapa buah pir sama apelnya?" ujar Laksamana pada Rendy. Rendy menurut, ia selalu menjadi anak penurut jika dalam kalimat yang diucapkan ada kata 'tolong' nya.

Laksamana tersenyum kemudian menyiapkan panci dan mulai melakukan apa yang harus dia lakukan. Tangannya yang jarang memasak kini mulai kembali bermain dengan peralatan dapur setelah sekian lama. Waktu demi waktu berlalu bubur yang Laksamana masak pun telah matang. Ia mengambil sebuah mangkuk kemudian menuangkan bubur itu. Laksamana berjalan ke arah kamar Rakta sembari membawa sebuah air jahe hangat.

"Ren tolong potong buah strawberry ya, nanti Abang balik lagi. Kita bikin bubur strawberry buat makan siang, mumpung ada banyak buahnya," ujar Laksamana saat menuju kamar Rakta. Rendy mengangguk dan kembali bergutat dengan buah-buahan.

Sementara Rendy memotong strawberry di dapur, Laksamana berjalan menuju kamar Rakta. Sesampainya di sana Laksamana menyerahkan bubur apel pir itu ke tangan Lunaria. Setelahnya Laksamana tersenyum menatap wajah sembab Rakta yang kini tengah menatapnya dengan senyum sumringah. Setelah selesai Laksamana kembali berjalan menuju dapur dan mulai memasak makan siang.

ʚKeluarga Unik : Keluarga Pak HadiɞTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang