Chapter I

42 2 0
                                    

"Mimi ibu mohon sama kamu nak. Tolong bantulah ayah sama adikmu itu nak!".

Bu Iis terduduk lunglay di kursinya menatap kondisi anak bungsunya yang kian lemah di bangsal rumah sakit. Terlebih suaminya juga sedang dilanda musibah penyakit stroke yang membuat pikirannya kian berkecamuk memikirkan banyak hal.

"Baiklah jika memang tidak ada cara lain. Mimi mau bersedia deh untuk menikah dengan lelaki pilihan ibu itu." Bibah melangkah memeluk sayang tubuh lesu ibunya itu.

Bu Iis mendongak dan tersenyum. "Terimakasih Nak, terimakasih kamu mau berkorban. Ibu harap ini merupakan jodoh yang baik untukmu ya nak."

Bibah tersenyum seraya mengucap aamiin dalam hatinya, ia berharap meskipun belum melihat bahkan mengenal pria yang akan menikahinya itu adalah seorang lelaki bertanggung jawab dan lelaki bersifat setia, itulah prioritas harapan Bibah untuk saat ini.

"Kalo begitu lebih baik ibu pulang aja kerumah, ibu istirahat, makan ya!. Kasian juga ayah sendiri di rumah. Biar Mimi aja yang jaga adik."

Ibu Iis mengangguk mengiyakan lalu pamit keluar meninggalkan sepasang anaknya itu.

Bibah menghela nafas panjang meratapi keadaan keluarganya yang bisa dibilang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Sebulan lalu ayahnya mengalami stroke akibat mengalami penipuan investasi bodong, lalu kini, sudah dua hari penyakit asma adiknya kembali mengamuk bahkan membuatnya tak sadarkan selama dua hari.

"Semoga lekas sembuh ya dek." Ujar Bibah lirih mengelus sayang surai hitam adik laki-lakinya itu.

***

Sebulan setelah acara pernikahan berlangsung, Bibah seorang gadis yang kini telah resmi berstatus sebagai seorang istri merasa dongkol sekaligus senang secara bersamaan.

Bibah senang setelah ia menerima pernikahan ini, semua biaya pengobatan adik serta ayahnya sudah ditanggung lunas oleh suaminya itu, bahkan biaya untuk makan dan ini itunya pun ia sudah tak risau memikirkannya,karena lagi-lagi suaminya itu menawarkan diri untuk menanggung semuanya.

Dan letak dari dongkolnya adalah setelah akad selesai lelaki tersebut malah pulang kampung dengan alasan ada pasien yang menunggu harus diobati katanya. Bibah sih sebenernya, ya merasa senang juga karena dengan itu ia tidak jadi di unboxing. Tapi rasa dongkolnya itu adalah karena sebulan kemudian suaminya itu menyuruhnya untuk menatap tinggal bersamanya, Bibah sih fibe-fine aja dan menerima dengan legowo bahwasannya memang sepasang suami isteri ada baiknya untuk tinggal bersama, iya kan. Yang jadi masalah Bibah adalah, ia harus pergi sendiri kesana, kekampung suaminya itu, Bibah kan jujur aja mana tahu menahu dimana kampung Cigareng itu, letaknya sih memang daerah Bandung, tapi kan Bibah takutnya kesasar dan salah jalan, mana cuma di kasih alamatnya doang, itulah yang menjadi kedongkolan Bibah selama di perjalanan yang menempuh kurang lebih tiga jam itu.

"Sampai sini aja ya bang. Terimakasih."

Ujar Bibah berterimakasih pada akang dari aplikasi Ojolali yang mengantarnya itu, Bibah bangkan menambah tip dua kali lipat sebagai pertanda rasa berterimakasihnya yang begitu besar atas effort nya, karena hampir beberapa kali mereka hampir kesasab dan untungnya akang Ojek itu masih berlapang dada dan mau mengantarkan Bibah menuju kampung CIGARENG INI. Kampung suaminya.

"Sama-sama Neng Geulis." Balasnya, Bibah mengangguk tersenyum salting mendengar pujian dari si akang tersebut. Ya, Bibah jujur , seneng aja gitu denger ada yang manggil geulis, secara kedengaran ditelinganya Bibah kayak tulus plus pastinya jujur ya kan.

Bibah tersadar dari kesaltingannya itu dan menatap gapura setinggi 8 meter yang bertuliskan 'Welcome To Kampung Cigareng'. Bibah merasa wow melihatnya dan segera masuk kedalam kampung yang keliatan masih asri yang disebrang kanan-kiri jalan yang berpanorama berjajar sawah-sawah luas yang membuat siapa saja melihatnya merasa damai dan adem, termasuk Bibah.

"Segala puji tuhan semesta alam, sungguh indah sekali kampung ini." Bibah bergumam sesekali membalas para warga yang tersenyum kepadanya.

"Punteun bapak. Ehem, mau ijin bertanya boleh?".

Si Bapak yang dihampiri Bibah tersenyum lalu mengangguk sembari mencopot dudukuinya. "Boleh neng. Mau tanya apa atuh?".

"Bapak tahu tidak rumahnya Pak Ilyasa? Yang katanya orang terkaya di kampung ini itu ?".

Si Bapak keliatan agak shock mendengar kata Pak Ilyasa, ia keliatan sedikit grogi namun segera menutupinya.

"Ta-tahu neng. Tuh rumahnya didepan." Tunjuknya pada rumah yang gak keliatan mujudnya karena dihalangi pagar setinggi 4 meter. " Memangnya neng mau apa kalo bapak boleh tahu? Mau pengobatan ya?".

Bibah tersenyum. " Saya istrinya Pak Ilyasa pak. Saya Bibah dari Bandung Kota." Bibah memperkenalkan diri itung-itung sebagai mengakrabkan diri pada warga Kampung Cigareng ini.

Si bapak-bapak lagi-lagi keliatan shock mendengar penuturannya Bibah. " Oh istri barunya. Ya-yasudah kalo gitu saya lanjut ya neng. Hati-hati." Ujarnya lalu pergi dengan tergesa-gesa.

Bibah tak ambil pusing melihat tingkah si bapak, Bibah berpositif thingking aja kalau si bapak buru-buru mau pergi kerja.

"Permisi. Assalamualaikum, punteun!."

Bibah mengetuk pagar besi itu, lalu tak lama keluarlah seorang ibu paruh baya berstylan kebaya jadul.

"Waalaikumussalam. Eh ENENG toh, ayo-ayo masuk. Den Ilyasa udah nunggu itu dari tadi pagi." Si Bibi sumringah dengan semangat ia mengambil koper ditangan Bibah dan menjurungkan Bibah untuk segera masuk.

Bibah tersenyum kaku, melihat tingkah si Bibi namun tak urung ia melangkah menuju pintu utama. Sebelum masuk sesekali Bibah menilik sekitarnya yang tampak sunyi dan gelap karena banyaknya pohon-pohon mangga yang menutupi pekarangan rumah, membuat suasana kian berbeda saat diluar gerbang dan didalam pekarangan. Terasa lembab dan sunyi namun ada ademnya.

"Ayo neng masuk. Den Ilyasa udah nunggu di dalam." Ujar si Bibi menyimpan koper Bibah di depan pintu lalu pergi menuju belakang entah kemana. Mencurigakan batin Bibah.

Bibah mengetuk beberapa kali pintu utama yang sangat tinggi itu, namun tak urung akan ada yang membukanya. Dengan terpaksa akhirnya Bibah pun mendorong pintu jati itu dan

Blamm

"Ahhhhhhhhhhhh."

Teriak Bibah kaget melihat pemandangan yang akan membuatnya tak akan pernah ia lupakan sama sekali dalam hidupnya.









Bersambung.....

Dimulai : 17-04-24

Halo aku kembali dengan cerita baru, doakan semoga aku konsisten ya dalam menulis cerita baru ini.

Selamat beraktivitas!!!

Dukun Itu SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang