☬☬☬
.
.
.
"Kenapa kamu tidak bilang jika kesini, Joan?"
Di ruang tamu kediaman Noland, Thomas menatap Joanna yang baru saja memasuki pintu. Rambut perak pendek acak-acakan seolah Joanna bergegas datang tanpa bersiap-siap. Dan iris biru dengan sorot dingin itu membuat Thomas mau tak mau merasa khawatir tentang pertikaian Lavy dan Rezef tempo hari.
"Maafkan saya, Tuan Thomas. Karena biasanya anda tidak ada di rumah, saya jadi kurang ajar kesini tanpa ijin untuk menemui tunangan saya."
"Bu- bukan begitu maksudku, Joan!" Panik Thomas.
"Apa saya bisa bertemu Lavy? Saya dengar dia sakit."
"Darimana kamu dengar omong kosong itu? Tidak, lupakan. Lavyette sedang tidak ada di rum-"
"JOAN, KAMU DATANG..!!"
Teriakan Lavy membuat Thomas dan Joanna menoleh ke arah suara. Tampak Lavy yang berlari menuruni anak tangga dengan tak sabar. Setibanya di bawah, Lavy langsung melemparkan diri dalam pelukan Joanna dan Joanna tentu membalas pelukan dari Lavy.
"Astaga, kamu berantakan sekali, Joan. Apa kamu buru-buru kesini, huh?" Ucap Lavy dengan nada imut.
Iris sebiru lautan milik Joanna mengecil saat melihat wajah tanpa make up Lavy yang terlihat lebam. Joanna tahu pasti bahwa ini memang rencana Lavy demi meminta bantuan darinya. Mengulurkan tangannya, Joanna menyentuh sebelah pipi Lavy. "Lavy, kenapa ini?" Ucapnya dengan nada khawatir, namun tidak dengan matanya yang terlihat sangat bosan.
"Tidak apa-apa, Joan. Aku hanya terjatuh."
Thomas cemas, pria itu tidak menyangka bahwa akan ada kejadian seperti ini. Dengan sedikit kikuk , Thomas berkata. "Be- benar yang dibilang Lavyette. Ngomong-ngomong, Joan. Bagaimana jika kamu duduk dulu."
"Benar. Duduklah, Joan. Bukankah kamu bilang akan memberikan proyek Zeline pada Ayah sebagai hadiah ulang tahunku, hm?" Lavy bergelayut manja dalam pelukan Joanna.
"Proyek Zeline?" Joanna mengerutkan keningnya. Sungguh, lagi-lagi Joanna langsung paham jika ini ulah Lavy. Menggeser bola matanya, Joanna melirik Thomas. Wajah pria itu seperti mengharapkan sesuatu dari Joanna dan Joanna merasa sangat jijik dengan orang-orang seperti Thomas.
"Anda masih mengharapkan proyek Zeline setelah membiarkan Lavy terluka seperti ini?" Joanna melepaskan pelukannya, kemudian dilepaskannya mantel longcoat berwarna hitam yang dipakainya dan memakaikannya ke pundak Lavy. Setelah itu Joanna menakupkan tangannya ke wajah tirus Lavy. "Tegakkan kepalamu, Lavy. Kamu adalah tunanganku. Aku akan selalu berdiri dibelakangmu. Jadi jangan takut, hm?" Ucap Joanna yang dibalas anggukan Lavy.
Setelah itu dirangkulnya tubuh kurus Lavy. "Aku akan membawamu ke Rumah Sakit." ucap Joanna yang kembali ditanggapi anggukan Lavy.
"Joan.. tunggu, Joan. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan!" panik Thomas.
Joanna memasang wajah marah, kembali diliriknya pria paruh baya itu dengan acuh tak acuh. "Tidak seperti yang saya pikirkan? Uh, baiklah."
Thomas membeku sekejap. Napasnya seolah tercekat. Jawaban Joanna yang seperti itu berarti Joanna tidak akan memberikan Proyek besar Zeline padanya.
Di sisi lain, Joanna tak membuang waktu. Ia segera mengajak Lavy pergi tanpa berhenti atau berbalik meskipun teriakan Thomas semakin keras memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE MASK
Teen Fiction[Genderbender - Penyamaran - Romance ] • Kata-kata kasar ✓ • Bukan BxB / GxG ✓ • GxB ✓ • Bahasa Baku ✓ • Terdapat adegan 18+ ✓