☬☬☬
.
.
.
Flashback on
Satu hari sebelum kedatangan Yuri, Joanna tengah membaringkan dirinya diatas ranjang sembari mendengarkan Henry yang sedang melaporkan sesuatu padanya.
"Kakak menemui ayahku? Lalu apa lagi?"
"Tuan Mikael sudah tahu tentang anda yang terluka. Tapi ada masalah lagi. Alexander sedang merencanakan untuk membunuh putra keduanya sendiri yaitu Tuan Veta demi menutupi kebobrokan mereka.
Joanna tercekat untuk beberapa saat. Dadanya terasa perih mendengar itu. Bagaimana seorang ayah tega membunuh darah dagingnya sendiri. Meskipun Joanna membenci Veta, ia masih menaruh simpati pada pria itu.
"Sungguh ironis. Bagaimana orang itu tega membuang anaknya jika sudah tidak berguna. Tuan Veta yang malang." Gumam Henry.
"Tapi itu bukan berarti aku akan memaafkannya. Henry, jika Veta harus hancur, maka akulah yang harus menghancurkannya."
"Tentu saja harus begitu kan, Tuan. Saya akan menjalankan semua perintah anda."
"Terus awasi mereka."
"Baik, Tuanku. Ah, Tuan. Nona Lavyette terus menanyakan anda."
"Aku akan menghubunginya sendiri."
"Baik, Tuan."
--------------------------
Dua sosok dengan perbedaan postur yang kentara itu berdiri di tengah jembatan yang sepi. Hanya suara riak air yang mengalir di sungai di bawah jembatan itu dan suara hewan malam saling bersahutan.
Joanna menghela napas melihat Veta yang sudah memasang kuda-kuda untuk menyerangnya. Joanna tak habis pikir jika pria dihadapannya mengira dirinya mengajak duel. Bukan itu yang Joanna inginkan. Meskipun Joanna percaya diri dengan kemampuan bela dirinya, Joanna tidak lupa bahwa kondisi tubuhnya saat ini belum sepenuhnya pulih. Jika bisa, Joanna tidak ingin menggunakan kekerasan.
Ya, awalnya memang begitu. Tapi kata-kata Veta selanjutnya langsung membuat Joanna naik pitam.
"Cepat selesaikan ini, dasar jalang!"
"Ja- lang? jalang katamu?" Sudut bibir Joanna berkedut. Jika kesabaran digambarkan dengan sebesar gunung, maka kesabaran Joanna hanya sebesar butiran pasir.
Dengan sekedip mata, Joanna melayangkan tinjuan telak di hidung milik Veta.
Veta jatuh terpelanting, pria itu langsung memegangi hidungnya yang sudah mengeluarkan banyak darah. Erangan kesakitan pria itu terdengar memilukan, namun di telinga Joanna itu terdengar seperti suara nyanyian serangga.
"Ah, maaf. Tanganku terpeleset." Ucap Joanna dengan nada tak berdosa.
"Berengsek, kau sengaja!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND THE MASK
Novela Juvenil[Genderbender - Penyamaran - Romance ] • Kata-kata kasar ✓ • Bukan BxB / GxG ✓ • GxB ✓ • Bahasa Baku ✓ • Terdapat adegan 18+ ✓