12: Rencana Eksib di Depan Mas Bagas
Aku rasa semua perempuan sama saja. Kita suka dipuji. Tetapi bukan pujian yang palsu dan penuh dengan kebohongan yang biasa dikatakan laki-laki yang hanya bisa bilang cantik ke semua perempuan yang ia temui. Itulah kenapa kami, perempuan, lebih suka dipuji oleh sesama perempuan.
Karena seperti yang kamu tahu, perempuan kalau sudah ngomongin sesama perempuan, omongannya bisa pedes banget. Yah, walaupun banyak juga orang yang aku kenal yang memuji-muji di depan, tetapi nusuk dari belakang. Tapi tetap ajaa, pujian dari sesama perempuan itu jauh lebih baik daripada pujian dari laki-laki.
Misalnya saja, laki-laki itu memuji perempuan dengan sangat flat, template yang sama yang dipakai dari ratusan tahun. Kamu cantik sekali. Kamu manis sekali. Dan banyak pujian-pujian lainnya yang sebenarnya, sebagai perempuan yang cantik bagi banyak orang, sudah sangat sering kudengar. Maka laki-laki, cobalah untuk memuji seperti perempuan. Tidak usah memuji langsung bilang kamu cantik atau kamu manis, cobalah puji make upnya, katakan make upnya flawless, misalnya. Hargai kami yang sudah capek-capek berdandan untuk kamu. Emangnya kamu pikir make up murah dan mudah hah?
Hihihi...., walaupun begitu aku juga tetap suka dipuji laki-laki, tau. Lebih ke ada sensasi yang tak bisa kamu rasakan ketika kamu dipuji oleh perempuan. Kamu bisa dengan mudah tahu kapan pujian dari laki-laki itu hanya sekadar formalitas, kapan benar-benar karena kamu tampil cantik mempesona. Kuncinya lihat saja ekspresi wajahnya. Jangan fokus ke kata-katanya, coba lihat bagaimana matanya, mulutnya, dan hidungnya berubah ekspresi ketika melihatmu. Itu jauh lebih jujur dibanding kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Yah, harus aku akui perasaan itu candu. Tak heran kakakku sering sekali memamerkan tubuhnya di tempat umum, seperti di minimarket, di pantai, hingga di taman kota kemarin. Perasaan ketika melihat tubuhku sendiri dan mengagumi keindahannya membuatku besar kepala. Kusadari wajahku cantik, tubuhku proporsional dan indah, dan semua laki-laki normal di dunia ini tentu sulit untuk menolak pesonaku.
Ini yang membuatku juga sering bertelanjang di rumah, sekadar memamerkan tubuhku di depan cermin dan memuji keindahanku sendiri. Ahhh..., setiap kali melihat tubuhku di cermin, aku selalu membayangkan bagaimana tiap jengkal tubuhku ini dilihat oleh banyak orang, tentu mereka akan dipenuhi hasrat yang menghilangkan akal sehat mereka. Membayangkan bagaimana ekspresi para lelaki ketika melihat tubuh telanjangku membuatku semakin bergairah. Sayangnya, aku tak seperti kakakku. Aku masih sangat takut untuk memamerkan tubuhku di tempat umum walaupun aku sangat ingin itu.
Semenjak tinggal bersama kak Laras, aku selalu melampiaskan nafsuku dengan bermasturbasi. Perasaan nikmat dari orgasme demi orgasme yang kudapatkan itu selalu membuatku horny setiap saat. Candu sekali. Seperti sekarang ini, pikiranku dipenuhi oleh berbagai fantasi nakal yang membuat kemaluanku basah walaupun belum kusentuh.
Meskipun pikiranku dipenuhi oleh fantasi-fantasi liar, aku tetap masih punya batasanku sendiri. Aku sadar tentang resiko yang kuhadapi. Telanjang di depan kamera dan di media sosial adalah hal yang sangat terlarang bagi yang masih mau punya masa depan. Sekali tubuh telanjangmu tersebar, maka tidak akan bisa terhapus lagi. Cepat atau lambat, orang sekitar yang melihat akan mengenalimu. Dan kamu tidak akan pernah tahu siapa orang yang pernah melihat foto telanjangmu.
Meskipun pikiran bahwa tubuh telanjangku dilihat oleh banyak orang adalah fantasi yang menggairahkan, pada kenyataannya, aku masih ragu dan takut dengan segala resiko yang harus ditanggung.
Tapi...., aku sudah terlanjur basah.
Akal sehatku sudah hilang setengah. Hari-hari ini aku menjadi sangat horny. Fase ovulasiku ini memang sangat mengganggu. Uhh..., sudah sejak pagi tadi aku bertelanjang di rumah sendirian. Kak Laras sedang pergi ke kampus dan aku hari ini tidak ada kelas. Aku bangun lalu mandi dan tak memakai baju lagi setelahnya. Kubiarkan tubuh telanjangku diterpa sejuknya angin di rumah ini. Aku beraktivitas seperti biasa, beres-beres, mencuci baju, dan makan dengan telanjang bulat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sisters
Teen FictionKakak beradik, Laras (21) dan Rania (19) mengeksplor fantasi-fantasi mereka memamerkan tubuh indahnya di berbagai tempat umum. Mereka bertualang, dari tempat ke tempat, dari orang ke orang, memenuhi gairah muda mereka dengan tetap berusaha menyembun...