Hujan deras mengguyur kota Jakarta di sore itu. Sekumpulan orang banyak yang masih berada di luar mulai berdesakan mencari tempat untuk meneduh sejenak. Dari banyaknya orang orang disana terdapat seorang gadis yang jauh dari kata rapi. Seragam abu-abu putih itu terlihat kotor serta basah karna air hujan, tatanan rambut yang berantakan serta terlihat bekas guntingan di rambut itu. Gadis itu menggigit bibir pucat itu menahan rasa sakit dan malu karna pandangan orang terhadap dirinya.
Dering telepon masuk membuat dia menjawab panggilan itu dengan tangan yang menggigil kedinginan. Detik itu juga jantung di dadanya berpacu kencang pikiran di kepalanya mendadak kosong tubuhnya terasa lemas. Tanpa memikirkan derasnya hujan di sore itu, gadis itu tanpa pikir panjang berlari menerobos hujan. Dia tanpa memikirkan pandangan aneh orang orang yang melihat ke arahnya, tujuannya hanya satu yaitu rumah tempat tinggal dia.
Rasa takut dan cemas menyelimuti hati gadis itu sehingga otak di kepalanya tidak bisa berpikir untuk lebih tenang. Jalanan yang kala itu tengah padat oleh pengendara tak sempat untuk gadis itu berhati-hati saat menyebrang tanpa menghiraukan kanan dan kiri jalan hingga..
Cittt....
"SHIT! CARI MATI LO! UNTUNG GUE REM KALO GA UDAH GUE TABRAK LO!
Gadis itu sontak berdiri dan menundukkan kepalanya seraya berkata, "Maaf."
Lelaki pengendara mobil itu ingin meluapkan rasa emosi meluap-luap namun, perhatiannya tertuju pada kedua lutut yang berdarah bahkan darah itu sudah mengalir di kaki gadis didepannya.
"Ayo ikut gue ke rumah sak.." sebelum menyelesaikan ucapannya gadis itu sudah memotong pembicaraannya.
"Maaf aku harus pergi." ucap gadis itu setelahnya berlari menerobos hujan tanpa memikirkan luka di kedua kakinya.
Lelaki itu memandang aneh dengan mulut yang ingin mengeluarkan sumpah serapah terhadap gadis tadi. Saat hendak masuk kedalam mobil matanya melihat sebuah benda pipih yang terletak tak jauh darinya.
"Hp?" kata lelaki itu sembari memasukkan ponsel yang terlihat sedikit retak karna mungkin terjatuh tadi kedalam saku celananya dan berjalan masuk kedalam mobil putihnya.
"Shit, jadi basah kan baju gue..."
Pada akhirnya gadis dengan nama Nathasya Eve itu sampai di depan rumah tempat tinggalnya. Seketika tubuh itu mendadak membeku di tempat melihat banyak tetangga di sekelilingnya bahkan ada juga saudara dari ayah tengah menatap dirinya dari teras rumah.
"Tha-thasya? kamu kenapa berantakan kayak gini?"
"Ada apa ini? kenapa banyak orang disini?" tanya Thasya tanpa menghiraukan pertanyaan dari tantenya.
"Kamu yang sabar ya, ikhlaskan kepergian papa sama mama kamu biar te-"
"MAKSUD TANTE APA BILANG KAYAK GITU!?" tanpa sadar gadis itu sedikit membentak tanpa babibu gadis itu menerobos masuk ke dalam rumah yang sudah ada adik laki-laki tengah menangis di pojok ruangan melihat kedua orang tuanya telah berbaring kaku berdampingan.
Tubuh Thasya merosot jatuh melihat pemandangan di depan matanya, jadi ini pesan yang di sampaikan seseorang lewat telfon tadi. Pesan tersirat yang berisi suruhan untuk dia pulang karna ada hal penting. Tubuh gadis itu mencoba mendekati kedua orang tuanya tak lupa membuks penutup kepala mereka.
"Ga..ga mungkin ini pasti bohong, pa..ma bangun ini Thasya. Kalian kenapa cuma diam? kenapa papa mama di pakein ini? Dek? ayo bantuin kakak bangunin papa sama mama mereka ga mau bangun hiks."
"Thasya udah ya kasian mama sama papa kamu udah ya sayang ikhlaskan." seorang wanita yang merupakan tetangga dekat rumah itu mencoba menenangkan sembari memeluk Thasya yang menangis tersedu-sedu.
"Ga mama sama papa cuma tidur Thasya mau bangunin mereka.."pelukan itu kian erat banyak pasang mata melihat itu merasa iba dan kasihan.
Isak tangis kian keras terlebih seorang anak kecil berumur dua belas tahun menangis keras melihat kakak perempuan.
"Ini semua pasti mimpi buruk, aku mohon tuhan bangunkan aku dari mimpi buruk ini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST GOODBYE
Teen Fiction❝𝑫𝒐𝒏'𝒕 𝒕𝒂𝒌𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒏 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒕𝒓𝒖𝒕𝒉 𝒂𝒏𝒅 𝒎𝒂𝒌𝒆 𝒊𝒕 𝒊𝒏𝒕𝒐 𝒂 𝒃𝒂𝒅 𝒎𝒆𝒎𝒐𝒓𝒚❞ -𝑵𝒂𝒕𝒉𝒂𝒔𝒚𝒂 𝑬𝒗𝒆- ©Glorieux