Hari sudah menjelang sore Eisher tetap menemani Zio di halte sekolah dasar itu. Sedari tadi dia mengajak anak itu untuk pulang bersamanya hanya saja anak itu menolak dengan berkata dia harus menunggu sang kakak menjemput dia.
"Woy cil, kayaknya kakak lo lupa deh sama lo. Makanya dia belum jemput lo, ayo sama gue aja daripada lo mau disini sampe malem?"
Zio menggeleng cepat, dia tidak mau disini hingga malam tiba namun disisi lain dia tidak mau kakaknya marah karna tidak mendengar perkataannya.
"Tapi nanti kak Tasya, gimana?"
"Tenang aja..kakak lo kan udah gede pasti bisa pulang sendiri."
"Ga mau, Zio mau sama kak Tasya huwaa." tangis anak itu pecah.
Eisher panik dibuatnya dia takut orang-orang salah paham terhadap dia.
"Jangan nangis elah, yuk kita ke kak Tasya.""Kak Eisher emang tau kak Tasya dimana?"
Lelaki itu menggaruk kepalanya, "Ya gak tau"
"Tapi kita cari dulu di sekolahnya nanti kalo ternyata ga ada, gue anterin lo ke rumah."
"Ayo kak, Zio tahu jalan ke sekolahnya kak Tasya."
"Iya-iya sabar napa." kata Eisher
Lelaki itu menyalakan mesin motor sport nya tak lupa dengan Zio yang duduk di depannya.
"Motor kak Eisher keren." puji Zio
"Yoi dong orang keren harus punya motor yang keren juga." sombong Eisher
Motor yang Eisher kendarai membelah jalanan sore dengan Zio sebagai petunjuk arah. Tunggu dulu, bukankah ini jalan menuju sekolahnya?
"Kak itu sekolahnya"
'Lah bener anjir ternyata disini'
Motor yang Eisher kendarai berhenti tepat di gerbang sekolah ZENITH HIGH SCHOOL.
"Mau apa kamu?" todong satpam di sana.
Satpam berkepala botak itu terlihat sedikit menyeramkan oleh karna itu Zio berlari untuk bersembunyi di belakang badan Eisher. Kebetulan Eisher bersekolah disini dia memiliki alasan yang bagus untuk pertanyaan ini.
"Itu pak ada buku yang ketinggalan mau saya ambil." ucap Eisher dengan sopan.
Satpam berkepala botak itu memandang tak percaya, karna melihat penampilan acak-acakkan Eisher tak lupa wajah yang sudah babak belur. "Kenapa bawa anak kecil?"
"Biasa lah pak, adik saya nangis pengin ikut."
"Baiklah kamu boleh masuk jangan lama-lama sekolah ini mau saya tutup sebentar lagi." Eisher mengangguk paham dan segera menggendong Zio untuk masuk, tak lupa mengucapkan terimakasih.
Di lorong kelas Eisher dan Zio bergandengan tangan karna suasana sepi dengan pencahayaan kurang membuat anak itu merasa takut.
"Kakak lo kelas berapa cil?"
"Kelas dua belas"
"Apa?"
"Kelas dua belas kak"
"Kelas dua belas itu banyak, maksud gue kelas dua belas apa, gue ga secongek itu cil." gemas Eisher
"Ga tau, Zio cuma tau kakak kelas dua belas." nambah lagi sudah beban Eisher dia harus mencari di setiap kelas dua belas.
Setelah hampir dua puluh menit bahkan Eisher dan Zio sudah mencari di semua kelas namun tak mendapatkan hasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAST GOODBYE
Teen Fiction❝𝑫𝒐𝒏'𝒕 𝒕𝒂𝒌𝒆 𝒆𝒗𝒆𝒏 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒕𝒓𝒖𝒕𝒉 𝒂𝒏𝒅 𝒎𝒂𝒌𝒆 𝒊𝒕 𝒊𝒏𝒕𝒐 𝒂 𝒃𝒂𝒅 𝒎𝒆𝒎𝒐𝒓𝒚❞ -𝑵𝒂𝒕𝒉𝒂𝒔𝒚𝒂 𝑬𝒗𝒆- ©Glorieux