01. Perban dan Obat Merah

15 3 3
                                    

  Di sebuah lingkungan ramai penduduk ada sebuah gang sempit dengan jalan setapak. Terdapat juga sebuah rumah yang terdiri dari empat anggota keluarga yang tinggal dengan kesederhanaan dan mereka hidup dengan kebahagiaan. Seorang kepala keluarga yang berjualan gerobak mie ayam setiap harinya dengan seorang istri yang selalu membantunya untuk berjualan, mereka di karuniakan dua orang anak yaitu perempuan dan laki-laki. Malam ini mereka tengah berkumpul di ruangan yang dijadikan tempat bersantai. Canda tawa sesekali terdengar.

"Pa..nanti adek kalo gede mau jadi dinosaurus aja." kata seorang anak laki-laki yang merupakan anggota termuda di keluarga itu.

"Lho kok adek kenapa pengin jadi dinosaurus?" tanya sang ayah sembari mengelus kepala si bungsu yangs sedang terbaring di pahanya.

"Ih papa kayak ga tahu aja, Zio kan kayak dinosaurus liat tuh badannya yang besar sudah mirip sama dinosaurus." ledek sang kakak.

  Raut wajah kesal sang adik terlihat mendengar ledekan dari sang kakak. Sang ayah ikut tertawa bersama celotehan konyol dari anaknya. Sontak wajah berkaca-kaca ingin menangis dari Zio membuat sang ibu menghentikannya.

"Papa, kakak suka banget sih jailin Zio."

"Hahaha...ulu-ulu sudah jangan nangis dong Ziondra kesayangan kakak."

"Ihh maa..kak Tasya nih, ledek Zio mulu. Jangan ajak bicara Zio lagi, Zio marah sama kakak."

  Natasya semakin gemas ingin menjaili adik kesayangannya, "Mana ada orang marah tapi bilang lagi marah?"

"Ada tuh, buktinya Zio yang bilang."

"Ssttt..sudah-sudah, ayo adek tidur udah malam nanti besok kesiangan lagi." ucap Sang ibu menengahi mereka.

  Anak laki-laki bertubuh gempal itu mengangguk lucu dan berjalan menuju kamar tidur dengan sang ibu di sampingnya. Meninggalkan ayah dan anak sulungnya.

"Kamu di sekolah baik-baik aja kan nak?"

"Iya pa..baik kok."

  Hembusan napas lega terdengar, "Papa sebenarnya khawatir sama kamu, terlebih kamu masuk ke SMA terkenal itu lewat beasiswa. Mengingat kita dari kalangan bawah papa khawatir banyak anak yang ga suka sama kamu."

"Papa bilang apa sih, semuanya baik kok sama Tasya. Papa tau? disana juga Tasya punya teman jadi papa ga usah khawatir sama Tasya." jelas Natasya dengan Senyum cerah yang tidak terlihat seperti tidak ada apa-apa padahal senyuman itu hanyalah penenang semata.

"Iya papa percaya sama Tasya, yaudah sana kamu tidur sudah malam."

"Iya pa, selamat malam pa."

"Malam juga anak papa."

🌹🌹🌹

  Keesokan paginya Nathasya selalu bangun lebih awal untuk membantu orang tuanya mempersiapkan barang dagangan. Dirinya tak merasa terbebani jika hanya membantu berjualan gerobak mie ayam orang tuanya, hanya saja selalu ditolak dengan alasan fokuslah untuk belajar saja. Maka dari itu Nathasya bertekad meskipun tidak dibolehkan untuk membantu berjualan setidaknya dia masih bisa ikut mempersiapkan apa yang diperlukan untuk berjualan.

"Pa..ini kayaknya ban nya kurang angin deh, agak kempes soalnya."

"Lho kok iya yah, yaudah sana kamu mandi biar ini papa yang beresin nanti kamu telat masuk sekolah."

  Natasya mengangguk paham lalu masuk kedalam rumah untuk bersiap -siap. Setelah hampir tiga puluh menit kini gadis itu telah memakai seragam sekolah tak lupa dengan jaket biru kesayangannya.

LAST GOODBYETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang