duapuluh

897 82 5
                                    

"Rean ayo cepet turun kebawah, kita sarapan"

Hanin mengetuk pintu bercat putih itu dengan pelan, hingga beberapa detik kemudian sang pemilik kamar keluar dengan setelah seragam sekolahnya yang sudah rapih.

Ya, hanin memang benar kembali tinggal dirumah keluarga cina itu. Dan rean yang saat itu baru saja pulang di antar oleh galen terkejut saat melihat sebuah koper besar yang ia kenal sudah duduk rapih diruang tamu. kakak tersayanganya telah kembali. dan itu sudah terjadi seminggu yang lalu.

"Kakak masak apa?" rean menatap pria mungil didepannya sambil melangkah menuju ruang makan.

"Cuma samyetang, kamu tadi malem request itu kan jadi kakak cuma bikin itu aja"

rean mengangguk, mata menelisik bangku makan yang rupanya belum terisi siapapun.

"Kak zyan belum bangun?" tanya rean, ia duduk di bangku samping Hanin. Ada fakta menarik, hubungan rean dengan sang kakak sudah mulai membaik sejak beberapa hari lalu, tepat setelah hanin kembali tinggal dirumahnya dan zyan menjelaskan semua yang sebenarnya penuh kebohongan, namun rean begitu percaya jika kedua orang dewasa itu sudah kembali bersama seperti dulu.
Mereka berdua benar-benar berakting dengan bagus hingga membuat rean yakin bahwa itu semua benar adanya.

"Udah kok, dia lagi make dasi dulu katanya nanti juga kesini" hanin tersenyum sambil mengambil lauk untung piring si remaja pirang itu.

"Dia make dasi sendiri? emangnya bisa? bukannya dari dulu kakak mulu ya yang makein buat dia?" rean mengrenyit heran, bian cuma diam.

Sebenarnya zyan memang tidak pernah bisa pakai dasi, dan benar kata rean jika hanin lah yang selalu memaikan benda itu di leher jenjang sang pria dominan itu. namun kali ini berbeda, mereka sudah tidak ada hubungan apapun hanya sebatas saling membantu, dan zyan juga bilang diawal saat hanin menjajakan kakinya dirumah itu bahwasannya mereka tidak harus contact fisik setiap hari.

Hanin membalas pertanyaan rean dengan kekehan kecil, " dia udah bisa kok, udah kakak ajarin waktu itu sebelum masalah kemarin. lagian dia udah tua masa iya pake gituan aja gak bisa kalah sama anak sd" ejek Hanin membuat rean mengangguk sambil ketawa.

"Siapa yang kamu bilang udah tua,hm?" oh rupanya yang sedang digosipkan tengah menguping dibalik tembok huh?

Zyan—- melangkahkan kaki jenjangnya guna menghampiri kedua kesayangan—- maksudnya para submisif manis itu. lengan kekarnya langsung mampir ke pinggang ramping milik Hanin. membuat si empu terkejut namun kembali rileks.

Oh! tambahan info lagi, mereka hanya psycal touch jika sedang berhadapan dengan rean. seperti acara makan ini.

"Gak tau tuh tapi inisalnya sih dari keluarga cina" celetuk Hanin asal membuat zyan tersenyum tipis lalu mengecup pelan pipi si manis. ingat, jika ini hanyalah bagian dari akting mereka.

Hanin melepaskan pelukan zyan, " gausah cium-cium dulu, mending sarapan nanti rean telat berangkat sekolahnya" sungut hanin. sejujurnya ia tengah menahan debaran jantungnya lagi gak karuan ini.

Zyan cuma ngangguk, dia duduk dibangku utama layaknya sang kepala keluarga. mata tajamnya menatap kearah sang adik yang bingung karna tiba-tiba diliatin kek gitu.

"Kenapa liat-liat? mau? ambil sendiri lah! kak hanin kan masak banyak!" rean menatap sengit kearah lelaki jangkung itu.

Zyan merotasikan matanya dengan malas, "kamu berangkat sendiri hari ini" cetusnya.

"IH KOK GITU?! AKU KAN CUMA BERCANDA, GAK ASIK BANGET MAINNYA BAPERAN! "

rean melahap ayamnya dengan kesal hingga mulutnya penuh membuat bian panik karna takut anak itu tersedak.

Bocor?! [BXB] slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang