III - They are Claimed

216 20 5
                                    

"Kakak, dimana kakak!"

Evan tersentak, terbangun ditengah hutan saat fajar menjelang. Melihat sekeliling berusaha mencerna apa yang terjadi. Beberapa saat lalu dirinya berada di gunung bersalju bersama seseorang, dan kini ia tertidur dibawah pohon apel yang sudah tumbang.

Berusaha mengingat-ingat apa yang dia lakukan kemarin. Ingatan samar-samar bersama seseorang bermunculan, namun berangsur-angsur ingatan itu semakin pudar nyaris membuatnya pening. Ia rasakan aroma magnolia mengitari dirinya bercampur dengan kayu manis. Rasa dingin berusaha menyatu mengalir dengan darahnya sampai ujung jarinya sedikit membeku. Nafasnya dingin membuat tubuhnya menggigil.

"Kak Evan?"

Panggilan kecil dari belakang membuatnya berbalik. Tampak seorang adik dengan membawa obor dengan pakaian lusuh seperti rakyat biasa. Raut wajahnya penuh kekhawatiran dalam. Menghembuskan helaan napas lega setelah mencari-cari kakaknya selama dua hari.

"Kakak dari mana saja? Aku sudah mencarimu dua hari. Tidak ada binatang yang tahu keberadaanmu setelah mereka bilang bahwa kau memasuki hutan terlarang. Aku khawatir karena kau pergi tanpa memberitahuku" omel sang adik kepada Evan yang pergi tanpa mengajaknya.

"Hosea, aku kedinginan"

Telapak tangan Hosea menyentuh pipi Evan, rasa dingin bagai es mengejutkannya. "Kak, bagaimana bisa sedingin ini. Ayo pergi dari sini. Aku akan memanggil Nenya untuk menghangatkanmu" panik Hosea lalu menuntun tubuh Evan agar tidak terjatuh.

Evan dan Hosea telah sampai dipondok tengah hutan yang berada jauh dari istana. Hosea sejak sampai belum sama sekali istirahat karena merawat sang kakak.

Memasakkannya, membersihkannya dari kotoran, mencari bahan makanan lalu memetik buah-buahan, dan mengangkut air dari sungai disekitat pondok.

Kakaknya telah tertidur dari pagi hingga bulan telah menunjukkan purnanya menyinari gelap malam. Ia terbaring diatas beruang yang bernama Nenya yang setia berusaha menghangatkan sang kakak dengan meminta bantuan sahabatnya si beruang.

"Ada bau lain yang berusaha menyatu dengan kakakmu Hosea" Ucap beruang itu yang sedang mengelus-elus kepala Evan.

Hosea mendudukan tubuhnya setelah menyiapkan ulang teh hangat sang kakak yang telah mendingin karena dia belum juga bangun dari tidurnya. "Saat aku membersihkan tubuhnya, pada bagian scent gland nya terdapat darah yang mengering dengan koyakan cukup besar."

"Apakah dia bertemu dengan mate nya?"

"Aku tidak tahu, tapi jika yang menggigit adalah mate, mana mungkin dia meninggalkan kakakku begitu saja? Sama sekali tidak ada jejak."

"Mungkin ada hal lain yang kau tak tahu. Dia masuk kedalam hutan terlarang dan tidak kembali selama dua hari" balas Nenya yang telak membuat alis nya mengkerut. Ia merasa ada sedikit keraguan disana. Tidak ada hal yang ia tahu. Ayah selalu memberi tahu apapun yang ada disini.

"Apa yang tidak aku tahu?"

"Maaf Yang Mulia, bukan hakku untuk memberitahu"

Hosea melirik sang kakak yang masih setia memejamkan mata. Suhu ruangan telah menghangat karena api unggun yang ia bakar di perapian. Sudah saatnya Nenya untuk pulang. Ia akan menidurkan kakaknya dekat dengan api unggun agar hangatnya terjaga.

🍎🍎🍎


Tengah malam dipuncak dinginnya udara berhembus. Angin dingin menembus jendela pondok kecil Hosea hingga Evan merintih di sela tidurnya.

"ARGH! Hah! Hah!" Teriak Evan saat terbangun dari tidurnya. Lekas menyentuh scent gland yang dirasa seperti dingin membeku tak kunjung hilang hingga cakaran kuku melukai kulitnya.

Wolves || HeejakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang