II - The Land of Esmerée

213 20 2
                                    

Sinar matahari menerpa indra kulitnya. Mengganggu matanya yang setia tertidur sejak sore kemarin. Tangannya mencari-cari selimut berusaha menutupi wajahnya dari sinar matahari. Namun rasa lapar menekan perutnya memaksa tubuhnya terduduk diatas kasur. Menyadari bahwa ia berada tidur ditempat orang. Melihat seluruh ruangan kamar yang ia tiduri. Furnitur seperti bangunan istana tetapi dalam bentuk yang lebih sederhana, ukiran-ukiran tembok tertutup oleh dedaunan rambat yang menempel dan beberapa berbunga dengan sulur-sulur yang menghiasi. Ruangan kamar ini luas dibingkai Jendela besar tanpa kaca yang sisinya diberi tirai yang disampirkan membentuk lengkungan.

Ia lupa bahwa dirinya jatuh pingsan karena apel yang di lempar Alpha itu. Membuka pintu aroma magnolia dingin menyapa penciumannya. Rupanya ini rumah Alpha itu. Di sebelah kanan pintunya terdapat pintu bewarna coklat tua sama seperti pintu kamar yang ia tempati. Dengan perbedaan pintu itu memiliki pahatan pohon magnolia besar di tengah-tengah. Setelah berdiri sesaat memandang pintu itu, lalu melanjutkan langkahnya menuruni tangga dengan piyama kusut acak-acakan.

Sedangkan di ruangan bawah, suasana dapur dan ruang makan tampak ramai sebab beberapa orang antusias dengan kehadiran seseorang yang dibawa oleh Abel. Mereka membantunya masak dan menata piring hingga merapikan meja. Sebenarnya kegiatan ini sudah biasa terjadi. Namun lebih ramai dari biasanya.

Beberapa kali Omega itu memarahi Abel karena Enigma yang ditemuinya melukai kakinya, menyuruh agar mengusirnya dari sini. Namun Abel tetaplah Abel, dirinya pun juga khawatir karena membuat seseorang pingsan karena tidak berbagi saat tau orang tersebut kelaparan.

"Ezra, dia itu serigala, sepertiku. Jadi berilah daging yang tidak terlalu matang" Jelas Abel yang sedang memotong apel yang kemarin ia petik.

Laki-laki omega itu termangu. "Bagaimana kau tahu, aku bahkan tidak menciumnya baunya"

"Entahlah, aroma nya begitu pekat walau memiliki feromon yang sama pekatnya. Aura seseorang yang bisa merubah dirinya menjadi makhluk lain itu begitu terasa, namun yang aku rasakan kali ini 'dia' seperti sedang bersembunyi,"

Keningnya berkerut, "Maksudmu?"

Abel menaruh piring berisi apel itu ke meja bagian tengah, menjejernya dengan piring berisi steak yang masih bewarna merah pudar. "Seakan hal tersebut memang sengaja disembunyikan-"

Ucapan Abel terpotong karena kedatangan sosok Enigma yang berdiri di tepi pintu dengan wajah khas bangun tidurnya. Abel meringis melihat dahi pria itu memiliki belas memerah sebab apel yang ia lempar cukup kuat. "Makanlah, aku sudah menyiapkan daging steak, kau lapar dari kemarin."

Menyusul Enigma itu duduk, Abel segera melahap makanannya. Sesekali melirik dahi pria didepannya dengan rasa khawatir. "Ngomong-ngomong siapa namamu?" Ucap pria itu, merasa tertangkap basah karena memperhatikannya.

"Abel Casphia, panggil saja Abel. Lalu siapa namamu?"

"Evane Lancaster, panggil saja Evan"

Abel tersenyum, "Nama yang bagus, Evan"

"Terima kasih,"

Mata Evan berpendar mencari seseorang yang beberapa saat lalu bersama Abel. "Dimana temanmu?"

Abel pun mengikuti arah mata Evan yang berhenti pada pintu belakang diujung dapurnya. "Ezra, karena dia adalah Omega, feromon Enigma sangat menyesakkan mereka."

"Maafkan aku" balasnya lirih, Abel lihat piring Evan yang telah tandas dihabiskannya. Bersisa jagung yang sedikit gosong. Sejak kapan jagung itu gosong?

"Tidak usah minta maaf, ingin berjalan-jalan?"

🍎🍎🍎


"Disini, Esmerée berada. Kau tahu tempat ini?" Tanya Abel disela perjalanan mereka berkeliling. Maniknya melirik Evan yang setia memasukkan tangan kedalam kantung celana. Evan menjawab dengan gelengan lalu menyadari Abel yang berjalan dengan terseok-seok. Seketika dirinya menyadari bahwa Abel lah yang membawanya kesini seorang diri.

Wolves || HeejakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang