Xavier kini berada di kamar mandi club, club yang lumayan terkenal di kalangan atas. Masih dengan setengah wujud nya, membuat Xavier kesal setengah mati.
"Yang benar saja, targetku sekarang anak muda? ANAK MUDA SEKARANG SUDAH BISA MENJADI MAFIA ASTAGA, benar benar mengerikan."
Kali ini Xavier memutar otaknya agar dapat membunuh sang target. Membunuh sang target tanpa membuat kegaduhan. Ingat bahwa dia masih memakai hoodie itu yang membuatnya tampak seperti anak kecil.
"MASA AKU HARUS MEMAKAI TEKNIK ITU SIH? Ah sial.. tidak ada pilihan lain.."
Xavier mulai melangkah keluar dari kamar mandi. Menelisik seluruh ruangan klub guna mencari target nya.
Oh itu dia!
Dengan tertatih-tatih Xavier mendatangi orang itu, membuat Xavier seperti orang yang sedang mabuk.
"Ah, apa kamu tidak apa-apa?" Tanya orang itu saat mendapati Xavier terjatuh di pelukannya
"K-kepalaku.. kepalaku pusing sekali..."
"Tunggu-tunggu, biar ku antar kau ke mobil ku terlebih dahulu."
Mereka pun pergi ke mobil si target. Saat sudah di dalam mobil, si target melajukan mobilnya dan mencari daerah yang agak jauh dari club. Mobil itu pun berhenti di pinggir jalan.
"Hei anak manis, sekarang kita sudah aman. Kau minum terlalu banyak ya?~" Kata sang target, sambil mengelus-elus kepala Xavier
"Sepertinya aku tinggal menunggu saja.
1
2
3."DORR
Darah bercucuran dari belakang kepala sang target, dia mati tertembak. Dari kejauhan, terlihat dua orang yang kini mendekat ke mobil itu. Membuka pintunya dan mengeluarkan Xavier.
"Kalian benaran datang yaa, haha." Ucap Xavier
"Bagaimana kau tau?" Tanya Vergo
"Kau pikir aku tak tau, kau menyelipkan pendeteksi lokasi di hoodie ini kan?" Jawab Xavier
"Ah kau memang pintar rubahku." Ucap Jovan sambil mengelus pelan kepala Xavier
Xavier malu.
NEDEDENG NEDEDENG
Suara nada dering dari hp Vergo.
"Iya halo. Oh, ah, iya iya. Baiklah baiklah, saya akan ke sana. Terima kasih."
"Kenapa Vergo?" Tanya Jovan
"Aku disuruh ke tkp."
"Lalu kau akan pergi dengan apa? Kita kan hanya punya satu kendaraan." Bingung Jovan
"Satu? Kita punya dua."
"Astaga Vergo, maksudmu kau akan mengendarai ini?" Tanya Jovan sambil menunjuk mobil sang target
"Hehe." Ucap Vergo dengan smrik
"Dah kesayangan ku, aku akan pergi." Vergo mengatakannya sambil mengelus kepala Xavier
"Yah, hati hati." Jawab Xavier
Vergo pun membuang mayat itu ke sembarang arah. Lalu naik ke mobil itu.
"DAH CINTAKU SAYANGGGG!"
"YA PERGILAH SANA." Jawab Xavier
"Ayo masuk ke mobil." Ajak Jovan
"Ah, iya."
Mereka pun masuk ke mobil dengan Jovan yang mengendarai dan Xavier di sampingnya. Saat sudah agak lama berkendara, Xavier pun membuka percakapan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassin and Two Policimen
FantasyXavier, si pembunuh bayaran yang masih berumur 19 tahun. Semasa hidupnya ia hanya tau membunuh, namun semua berubah ketika ia bertemu dengan dua polisi. Hidup Xavier berubah.