Menjadi tekenal

6 2 2
                                    


"Aslam apakah kamu sudah siap nak mengemban amanah ini,???" Tanya Abu ayahnya Aslam.

"Insya Allah Aslam siap Abu," Jawabnya sambil menundukan pandangannya.
Dia sadar di mulai saat ini dan kedepannya dia harus berhati-hati lagi dalam bertindak dan juga melakukan sesuatu karena sekali di salah melangkah maka nama nya yang akan tercoreng apalagi saat ini dia sudah menjadi motivator sekaligus dai atau Ustadz muda yang di gandrungi banyak orang di mulai dari anak-anak,remaja hingga orang dewasa.

"Ingat Aslam kamu harus tetap rendah hati dan tawadhu nak jangan bertingkah sombong jika suatu saat nanti kamu sudah sukses ingat pesan umi," Uminya pun bahkan memberikan saran pada putra sulungnya itu, dia takut jika Anaknya nanti sudah sukses perilakunya malah menjadi sombong dan tidak tahu diri.

"Baik Umi Aslam akan selalu mengingat pesan umi, dan Aslam juga akan membuktikan pada Abi kalau Aslam mampu mengemban amanah ini," Jawabnya dengan mantap menatap mengangkat wajahnya menatap ke arah Abu dan Uminya.

"Abu dan Umi bangga padamu nak," Jawab Abu pada Aslam

Dia berjalan ke arah Aslam dan memeluknya dengan Erat begitu juga dengan Uminya mereka berdua kompak memeluk tubuh Aslam dengan sangat Erat.
Sebagai orang tua mereka merasa khawatir pada anaknya apalagi saat ini umurnya masih terbilang cukup muda, tapi jika allah sudah menitipkan amanah pada anaknya apakah mereka harus menolak anugerah yang Allah berikan???
"Aslam sayang pada kalian berdua terutama sama umi, Aslam juga janji akan menyayangi adik-adik Aslam," Ucap menatap ke arah Abu dan uminya secara bergantian sambil tersenyum ke arah mereka berdua.

Setelah acara berpelukan Aslam meminta izin pada kedua orang tuanya untuk beristirahat di kamarnya.

Ceklek
Aslam berjalan masuk kedalam kamarnya menghempaskan tubuhnya di atas kasur, dia menatap langit kamar dengan lekat mungkin raga dan tubuhnya ada di kamar akan tetapi pikirannya melanglang buana entah kemana.

"Terima kasih ya Allah engkau telah mempercayakan amanah ini padaku," gumam Aslam dalam hati.
Aslam bangun dari tidurnya menoleh ke arah nakas dekat Ranjang menatap jam Wekers yang ada di atas nakas.
"Sudah waktunya shalat Isya," gumamnya.
Aslam bangun dari ranjang berjalan ke arah kamar mandi untuk berwudhu dan bersiap untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid.

Sesampainya di Masjid Aslam di sambut dengan para santri yang sangat menghormatinya hanya karena dia seorang anak Ustadz dan pemimpin pondok pesantren, padahal menurutnya derajat orang itu sama di mata tuhannya.

"Ekh ada Ustadz silahkan Ustadz Jadi imam," Ucap salah satu santri di sana.
Aslam hanya tersenyum dan menatap ke arah santri itu.
"Kenapa tidak kamu saja,???" Tanya Aslam.
"Saya tidak berani Ustadz!," jawabnya.
"Kenapa???"
"Karena ada Ustadz yang lebih tinggi ilmunya dari saya,"
"Hey kamu jangan sesekali merendahkan diri kamu sendiri, semua orang di hadapan tuhan itu sama derajat kita sama tidak ada yang membedakan jadi jangan karena ada saya kamu malah tidak berani seperti itu," Jawabnya menasihati salah satu Santri di sana, sungguh dia merasa tidak pantas dan tidak suka jika sesama manusia saling saling memandang rendah derajat seseorang.
"Baik Ustadz saya paham maaf Ustadz,"
"Iya tidak papa,"

Semua orang langsung saja melaksanakan shalat Isya berjamaah di masjid dengan di imam oleh Aslam. Dan setelah itu di lanjut dengan membaca dzikir setelah shalat, murojaah Qur'an dan yang terakhir membaca surat Al-Mulk dan Al-waQiah sebelum tidur.

Kenapa membaca kedua surat itu, karena keutamaan membaca surat Al-Mulk salah satunya adalah di selamatkan dari siksa kubur serta di ampuni segala dosa adapun keutamaan surat Al Waqiah adalah supaya di permudah atau di lapangan Rezekinya dan juga di jauhkan dari kefakiran.
"Sodakallahul admin," Aslam menutup mushafnya berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari masjid untuk pulang ke rumahnya.

Sebagai seoarang Konten Kreator Aslam juga mempunyai kesibukan tersendiri makanya di setiap harinya Aslam harus bisa memenez waktu supaya jadwal dan kegiatan dirinya di setiap harinya tidak berantakan.

Jadi setiap jam sembilan malam Aslam sudah harus beristirahat karena besok di pagi harinya dia akan di sibukan dengan berbagai kegiatan yanb sudah terjadwal di setiap jamnya.
Jadi saran untuk kalian jika ingin sukses maka memenezlah waktu mulai dari sekarang supaya kita tidak punya waktu yang terbuang sia-sia.

Kring Kring Kring

Tepat pukul 3 dini hari Jam wekers Aslam berbunyi dengan Nyaring pertanda bahwa itu Alarm yang sudah di setting oleh Aslam pendiri supaya membangunkan dia di waktu sepertiga malam untuk melaksanakan shalat tahajud.
Setertata itulah jadwal Aslam???
Aslam membuka matanya perlahan mengucek beberapa kali, menatap ke arah jam Wekers yang terus saja berbunyi tanpa henti, tangan Aslam bergerak mengambil Jam tersebut dan mematikan tombol Alarm itu.
Dia bangun dari tidurnya berjalan ke arah Kamar Mandi untuk melaksanakan shalat tahajud.

"Bismillah," Aslam menggelar sejadah di samping ranjangnya, dan setelah itu dia melaksanakan shalat tahajud dengan Khusyuk...

Di sepertiga malam dia berdoa, meminta kepada tuhannya menumpahkan Keluh kesah hatinya tentang segala kesusahannya.

"Ya allah ampuni segala dosaku dan doa kedua orang tuaku, masuklah kami pada jannah mu ya Allah jadikan aku seorang yang lebih baik lagi di setiap harinya. Jadikan aku seorang yang istikomah dalam menyebarkan agamamu permudahlah urusannku dan lancarkanlah usahaku.

Ya Allah ya Jabar

Matikanlah aku dalam keadaan khusnul khotimah meninggal dalam keadaan memeluk agama mu ya Allah, jadikanlah aku seorang anak yang bisa berbakti pada kedua orang tuaku bisa membahagiakan mereka dan membanggakannya, ya allah jika ini memang sudah menjadi jalanku maka pelukan aku lebih Erat lagi ya Allah, tolong kuatkan lagi bahuku ya allah supaya aku bisa tegar untuk menjalani hidup ini, kuatkan lagi mental dan fisik ku yaallah supaya aku bisa berdiri di kaki ku sendiri,
Amiin ya robbal alamin
Robbana atina fiidunnya hasanah wafil akhirothi hasanah wanita adzabannar subhana robbika Robbil idzati ama yasifun wasalamun ala mursalin warhamdulilahi robbil alamin,"
Dengan bahu yang masih bergetar Aslam terus saja mengucapkan Asma allah di setiap putaran tasbihnya.
Bermunajat pada tuhan sang maha pencipta, hingga terbitlah pajar di upuk Timur.

Pesona Seorang ASLAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang