Pertemanan yang Semu

6 1 1
                                    

 Auryn menaiki tangga menuju kelasnya di lantai dua. Pagi ini tiba-tiba hujan. Auryn sebenarnya malas membawa payung. Rambutnya basah terkena guyuran hujan. Auryn membuka pintu kelas. Teman kelasnya menyapa dengan senyum yang mengembang. Auryn hanya mengangguk ketika disapa.

"Hei napa rambut lo basah?" tanya Kirana menghampiri Auryn. Auryn menunjuk keluar jendela. Kirana menyernyit. "Apa? Hujan?" tebak Kirana sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Auryn mengangguk. Ia malas berbicara.

"Lo tau kalau nanti anak basket sekolah kita tanding sama sekolah kota sebelah?" kata salah satu siswi di kelas itu. Teman-temannya terlihat antusias. Auryn mendengkus mendengar pembicaraan mereka. Tidak tertarik sama sekali.

"Lo enggak mau ikut Ryn?" tanya Kirana yang juga sama antusiasnya. Auryn menggeleng. "Ayo Ryn! Please deh. Ayo!" paksa Kirana sambil menggoyang-goyangkan tubuh Auryn.

"Oi apaan sih Kir! Dah tau Auryn orangnya malesan gitu lo tetap maksa." Kata salah satu siswi di kelas itu. Kirana berhenti menggoyang-goyangkan tubuh Auryn. "Kalo lo mau ikut lo sama kita saja, yakan?" kata siswi itu sambil meminta pendapat pada teman-temannya. Temannya mengangguk.

"Pergi lah. Katanya mau liat." Kata Auryn sambil mendorong Kirana ke gerombolan siswi-siswi itu. "Gue nggak papa. Males gue." Kata Auryn yang sudah menaruh kepalanya di atas meja. Kirana terpaksa bergabung ke gerombolan siswi-siswi itu. Kirana terus melihat ke arah Auryn sampai salah satu siswi itu menolehkan kepala Kirana kearah mereka. Selalu saja begini, pikir Kirana.

Siang ini masih hujan. Auryn melihat Kirana ditarik salah satu siswi itu lagi. Padahal tadi Auryn mau mengajak Kirana ke warung bakso depan sekolah yang pas untuk kantong murid SMA. Pasti enak dingin-dingin makan yang hangat. Auryn diam sambil memandangi hujan.

Suara langkah kaki membuyarkan lamunan Auryn. Ada seorang siswa yang berhenti di sampingnya. Siswa itu terlihat capek. Auryn tidak peduli dan terus menatap lurus ke depan.

"Eh, lo enggak pake kan itu payung? Boleh gue pake enggak?" Tanya siswa itu ngos-ngosan. Auryn langsung menyerahkan payungnya ke tangan siswa itu tanpa menoleh sedikitpun. Ia lalu berlari menerobos hujan. "Lah baru gue mau nanya nama, udah lari duluan." Kata siswa itu kebingungan. "Gue enggak tau mukanya lagi. Ini payung gimana nasib?" kata siswa itu sambil memakai payung dan langsung berjalan di tengah derasnya hujan. "Aneh itu cewek

*******

Hari ini Sabtu. Ada kegiatan ekstrakulikuler di SMA Tunas Bangsa. Walau tidak wajib banyak dari mereka yang ikut ekstrakulikuler. Auryn tentu saja tidak ikut. Malas katanya. Kirana ketua KIR. Pasti sangat sibuk. Hari ini Auryn pulang sendiri lagi. Terlihat dari jauh ada seseorang yang menuju Auryn.

"Siang pak!" sapa murid-murid yang melewati Pak Anton. Pak Anton tersenyum.

Pak Anton termasuk salah satu guru yang terkenal di SMA Tunas Bangsa. Umur Pak Anton baru 25 tahun. Beliau sangat tegas dan disiplin. Beliau juga tak pilih kasih. Semua murid bermasalah kalau sudah ditangani oleh Pak Anton akan habis walau ia anak pejabat atau orang yang penting sekaligus. Auryn pernah berpikir, kalau Pak Anton nggak berpenampilan galak gitu aslinya ganteng. Banyak siswi-siswi yang ngefans sama Pak Anton. Termasuk Kirana.

"Auryn kamu saya suruh ke perpus kenapa tidak datang?" kata Pak Anton yang menahan amarahnya. Auryn panik. Keringatnya bercucuran. Mampus.

"Maaf Pak, saya enggak kedengeran." Kata Auryn yang mencoba untuk tenang.

"Alasan saja kamu." Kata Pak Anton dengan tegas. Auryn semakin menciut. "Kamu saya hukum mengerjakan Kimia yang nanti saya kirim melalui WA. Dikumpulkan minggu depan. Kalau tidak mengerjakan kamu akan saya suruh lari keliling lapangan 10 kali. Paham?!"

Auryn hanya mengangguk pasrah. Pak Anton berlalu dengan sok keren. Auryn melengos. Banyak orang yang melihat Auryn dimarahi tadi. Tu Pak Anton ngapain marahin gue di tengah lorong dah.. Batin Auryn. Ia berjalan dengan perasaan malu di lorong. Banyak yang menjadikan momen tadi sebagai barang bercandaan.

"Duh asyiknya dimarahin." Kata salah satu siswa. Auryn tidak peduli omongan siswa itu. Masih banyak lagi ocehan dari orang-orang.

Auryn menuju kelas Reiza. Reiza dan teman-temannya sedang rebahan di lorong. Auryn dengan tak sabar menendang pantat Reiza. Reiza yang kaget hanya diam sambil mengelus-elus pantatnya yang sakit.

"Eh eh guys. Pawangnya Reiza datang!" seru salah satu teman Reiza yang membuat lainnya ikut bangun.

"Apaan lo nendang-nendang!?" marah Reiza pada Auryn.

"Ya biar lo bangun." Kata Auryn dengan santai.

"Nggak gitu konsepnya anjir." Kata Reiza yang masih nggak terima.

"Eh lu berdua pacaran ya?" kata teman Reiza yang kepo.

"Nggak." Kata Auryn dan Reiza serempak.

"Ih ngaku lo. Kayak orang lagi pacaran lo." Kata teman-temannya yang mulai menggoda Reiza dan Auryn. Reiza lalu melotot kearah teman-temannya.

"Dia adek gue." Kata Reiza sambil menunjuk-nunjuk Auryn.

"Cuih. Sapa yang mau jadi adek lo." Sahut Auryn tak terima.

"Jahat lo Ryn." Kata Reiza yang sok sedih.

"Ish bacot amat jadi orang. Ayo cepet." Kata Auryn sambil menarik-narik Reiza.

"Iye anjir. Tas gue masih di kelas." Kata Reiza sambil mengambil tasnya. Teman-temannya di luar ramai menggoda Auryn. Terdengar juga beberapa tanggapan Auryn yang membuat teman-temannya semakin gaduh.

"Apa tuh Za rame-rame?" kata seseorang yang terbangun dari tidur.

"Nggak tau tuh. Mungkin ada ondel-ondel kali. Duluan." kata Reiza sambil pergi keluar. Temannya hanya mengangguk-angguk."Yok." Kata Reiza sambil menarik tangan Auryn untuk pergi. Auryn tertarik pasrah. Setelah berjalan agak jauh, salah satu teman Reiza ada yang baru keluar.

"Napa nyet rame-rame kayak pasar senen. Kan gue nggak jadi hibernasi." Kata orang itu sambil menguap.

"Itu ada pasangan baru." Kata Daniel sambil menunjuk Reiza dan Auryn yang ribut di koridor. "Tidur mulu lo."

"Ooo kirain." Kata orang itu yang juga ikut rebahan. Ia lalu menatap lekat-lekat Auryn dan tersenyum. 

gatau iseng isengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang