Rumor

1 0 0
                                    

"Ryn..."

"Ya? Apa?" Auryn menolehkan kepala pada Kirana yang sudah daritadi ingin berbicara padanya.

"Eumm... Lo nggak lagi suka sama seseorang kan?"

"Haha. Kok Tanya gitu?" Auryn geli mendengarnya.

"Gue dibilangin Laras, Ryn. Dia lihat lo ngobatin Renan di UKS. Kayak mesra banget katanya."

Auryn mematung. "Ha? Emang gak boleh ya bantuin teman? Lagian gue berantem terus sama dia. Mesranya bagian mana?"

"Dia nggak nyangka katanya lo bisa kayak gitu."

"Lah anjay? Gue juga manusia kali. Emangnya dia nggak pernah semacamnya kayak gitu? Pasti pernah lah ya sama pacarnya. Letak kesalahan gue mana woy?" Auryn tak terima ia di gosipkan macam itu.

"Lo tuh sekolah tempatnya belajar, bukan tempat buat mesra-mesraan!"

Auryn mengepalkan tangannya menahan emosi. Laras datang dengan tampang songong minta di tampol sama bemper mobil.

"Dengerin ya. Gue bantu ngobatin dia biar tuh luka gak infeksi. Emang salah ya bantu orang lain? Lagian ada mbak Indah di situ, nggak berduaan. Lo gimana sih? Orang lain pacaran depan lo, elo diam aja. Gue bahkan pernah lihat lo pacaran di depan musholla sekolah. Kok gue yang kena? Renan cuman teman gue, dan gue gak ada maksud apa-apa ke dia. Ini urusan gue. Kok lo yang sewot. Kalau mau nyebarin gosip nggak bener mikir dulu lah ya minimal. Gak ngotak tahu! Ya gitu kalau pikiran isinya cuman gaya-gayaan doang. Salah orang lo."

Semua hening mendengar ucapan panjang lebar dari Auryn itu. Tak ada yang bisa membantahnya. Bahkan Laras dibuat kicep dengan perkataan Auryn itu.

"Gue nggak boleh ya deket sama cowok? Gue normal kali. Lo kira hidup gue se flat itu? Lo kira gue bakal habisin waktu buat belajar? Otak gue capek tau. Gue juga pengen nikmatin masa muda gue. Jangan anggap gue gak bisa melawan dan hanya diam aja kalau kayak gini. Dan maaf ya, kalau gue buat lo sakit hati. Tapi fitnah itu nggak baik. Sekedar mengingatkan kalau lo lupa."

Auryn menghela napas berat, sebelum pergi dengan tenang meninggalkan ruang kelas yang hening itu. Auryn mengucapkan sesuatu lagi, "Orang berakal akan merenungi kesalahannya, sedangkan orang bodoh akan tetap berpegang pada pemikirannya."

Ucapan itu membuat Laras diam sediam-diamnya. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ada rasa kesal serta rasa menyesal bercampur jadi satu di hatinya. Orang-orang di sekitarnya hanya diam dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Ia terlihat bodoh di hadapan orang-orang sekarang. Dan itu gara-gara Auryn.

"Sialan!" umpat Laras sambil keluar kelas dengan marah.

gatau iseng isengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang