Prolog

29 6 4
                                    

"Hiks..,hiks..., mama....."

Suara tangisan seseorang terdengar jelas di sebuah taman bermain. Seorang gadis kecil berusia sekitar 7 tahun yang sedang bermain ayunan seketika berhenti berayun sembari menoleh ke sekitar nya.

Warna oranye kekuningan perlahan mulai terlihat di lagi biru. Itu tandanya bahwa siang hari akan berakhir dan berganti menjadi sore hari.

Taman bermain juga mulai terlihat semakin sepi, dikarenakan anak-anak yang bermain satu persatu sudah meninggal taman bermain dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Ada juga beberapa anak-anak yang baru saja dijemput oleh orang tua mereka.

Gadis kecil berambut sepinggang itu segera beranjak dari ayunan yang dinaikinya. Ia berjalan mencari dari mana asal suara tangisan tadi.

Tak lama suara tangisan itu kembali terdengar.

"Hiks..,hiks...,hiks..."

Sepertinya itu berasal dari arah perosotan yang berada tak jauh dari ayunan yang dinaikinya nya tadi. Tanpa rasa takut, gadis kecil itu berjalan menuju perosotan tersebut.

Sesampainya di depan perosotan, ia melihat ada seorang anak laki-laki yang sedang menangis di bawah perosotan sambil berjongkok di bawah nya. Anak laki-laki itu terlihat memeluk lututnya di bawah perosotan sembari memanggil ibunya dengan wajah yang berlinang air mata.

Perlahan gadis kecil berambut sepinggang itu pun mendekat ke arah anak laki-laki tersebut. Ia ikut berjongkok dan menghadap ke arah nya.

"Hey, kamu kenapa? Kok, kamu nangis?" Tanya gadis kecil itu lembut membuat anak laki-laki itu sontak mendongak ke arah nya dengan mata yang berair dan hidung mancungnya yang memerah akibat terus menangis.

Gadis kecil itu kembali bertanya. "Ada apa? Apa kamu terluka?" Tanyanya terlihat sedikit khawatir.

Anak laki-laki itu menggeleng kecil. "Gak, aku gak terluka." Jawabnya dengan wajah basah.

"Terus, kamu kenapa nangis kalo ga terluka? Apa kamu tersesat, ya?" Ucap gadis kecil itu bingung.

Anak laki-laki itu kembali menggelengkan kepalanya. "Bukan, sebenarnya.. aku sedang menunggu ibuku datang untuk menjemput ku pulang. Tapi..?"

Ia tidak melanjutkan kalimatnya.

"Tapi apa?" Sahut gadis kecil itu sambil memiringkan kepalanya dengan raut wajah mengemaskan.

Tiba-tiba saja anak laki-laki itu kembali menangis membuat gadis kecil itu seketika gelagapan sendiri.

"Eh, eh.. kok, kamu nangis lagi..?" Katanya terdengar sedikit panik.

Tangan gadis kecil itu perlahan terangkat untuk menyentuh rambut hitam anak laki-laki itu, dengan lembut Ia lalu mengelus-elus kepalanya pelan.

Anak laki-laki itu terlihat lebih tentang dan berhenti menangis setelah ia mengusap kepalanya.

"Terima kasih." Ucap nya malu-malu, pipinya bahkan terlihat sedikit memerah. Sungguh sangat mengemaskan.

Gadis kecil itu tersenyum lebar sampai gigi susu putih miliknya terlihat jelas. "Sama-sama." Balasnya lembut.

Ia terus menatap ke anak laki-laki itu lagi. "Jadi.. tadi kamu kenapa nangis?" Ulang nya.

Anak laki-laki itu terlihat sedikit ragu untuk menjawab. Sebab ia tidak yakin, apakah dia akan percaya dengan perkataan nya nanti.

Saat sedang berpikir untuk berkata yang sebenarnya atau tidak. Raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi tegang. Matanya terus-terusan menatap ke arah belakang gadis kecil berambut sepinggang itu dengan tatapan takut.

Gadis kecil itu terlihat heran dengan sikap nya. Tadi nangis, sekarang diam dan kenapa tatapan nya jadi terlihat takut begitu?

Ia penasaran, kenapa dia terus melihat kebelakang nya? Seperti.. takut akan sesuatu. Apa ada sesuatu di belakang nya sampai-sampai membuat anak laki-laki itu takut?

"Ada apa? Apa ada sesuatu di belakang ku?" Tanya gadis kecil itu sembari menoleh ke belakang.



🍓🍓🍓
Kira-kira ada apa ya di belakang nya? Penasaran ga? Cus lanjut 😋 jangan lupa tekan vote dan kome ya, follow aku juga ya.. see you di chapter ku yang pertama 🤗

The Indigo Story (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang