Prolog

18 1 0
                                    

"Diajeng Anneke Arlutala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Diajeng Anneke Arlutala. Anda siap untuk menjadi pengantin dari Pramoedya?"

Gadis cantik itu mengangguk malu. Senyum manisnya terpancar dengan indah. Mata sebening lautan itu menghanyutkan hati Pramoedya. Lelaki kokoh dan keras itu luluh dengan sikap lembut Anneke. Apalagi tatapan sendu nan sedih yang selalu terpancar dari gadis cantik itu. Membuat watak keras Pramoedya terkikis dengan sendirinya.

Pramoedya menatap wanita yang sebentar lagi sah menjadi istrinya. Ia tidak menyangka bahwa Anneke akan menjadi istrinya. Bahkan ia masih mengingat apa saja yang telah terjadi beberapa bulan yang lalu. Seketika senyum simpul terpancar dari bibir lelaki itu. Mengingat pertemuan pertamanya dengan Anneke yang sangat tidak terduga. Pramoedya benar-benar merasa itu adalah momen indah yang tak akan ia lupakan.

"Jendral Pramoedya pegang tangan saya." ucapan Penghulu itu menarik perhatian Pramoedya dari lamunannya tentang Anneke.

Pramoedya dengan khitmat mendengarkan apa yang penghulu katakan. Menyerap kata demi kata ijab qabul yang sakral. Lelaki itu sangat gugup. Apalagi mengingat Anneke yang selalu senang dengan segala hal tentangnya. Anneke yang sangat mengandalkan dirinya dan Anneke yang selalu menganggap dirinya sebagai pahlwan untuknya. Semua tanggung jawab benar-benar akan menjadi miliknya.

"Kulo tampi nikahipun Diajeng Anneke Arutala, putronipun alm. Sumito Arjuna, kagem kulo piyambak, kanti mas kawinipun emas 5 gram lan alat solat, kulo bayar lunas."

Dengan satu tarikan nafas Pramoedya mengucapkan janji sakral itu dengan fasih. Para saksi mengucapkan kata 'SAH' dengan lantang. Menggemparkan seisi rumah dengan suara tawa dan tangis bahagia. Tak terasa, Pramoedya meluruhkan air matanya. Luka di tangan kanannya yang belum mengering ia usapkan di antara kedua pipinya, mengusap air mata yang entah mengapa turun deras.

Lelaki itu menatap Anneke dengan dalam. Wanita itu sudah benar-benar menjadi miliknya. Tak ada penghalang lagi baginya untuk terus bersama dengannya. Pramoedya teringat dengan janji yang ia ucapkan saat di atas bukit beberapa bulan lalu. Saat dirinya sangat kekeh dengan harga dirinya. Namun kini, takdir berubah sedemikian rupa. Harga diri yang sangat ia agung-agungkan kini luruh sudah dengan kekuatan yang bernama cinta.

Dua pasangan itu berdiri untuk sungkeman. Baju kebaya itu sangat pas di badan Anneke. Gadis cantik itu benar-benar membuat semua orang terpanah dengan kecantikannya. Apalagi senyum manisnya yang selalu timbul di setiap gerak geriknya. Anneke sangat cantik dengan menjadi dirinya sendiri.

Pramoedya dengan pakaian Paes Agengnya yang karismatik. Wajahnya yang tegas dan keras membuat lelaki itu seperti memiliki aura kepemimpinan. Pramoedya sangat gagah dengan pakaian itu. Dan Anneke sangat cantik dengan kebaya putihnya.

Sembagi ArutalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang