Kedua. Dia Yang Cemburu

596 70 15
                                    

Husen menggigit bibirnya menahan rasa malu yang begitu dalam. Dia ingat sekali saat marah-marah ke bos lalu tiba-tiba malah ciut saat petir datang.

"Najis banget Husen tololll!"

Pria itu memukul kepalanya sebelum di bersinggungan dengan seseorang.

"Duh, sakit!"

"Akh, Husen! Kamu pake mata gak?!"

Wah ini, suara bajingan yang Husen kesalkan.

Marshall Edwin Lembang. Si dicktaktor yang memegang kelemahannya.

"Maaf, pak. Saya gak fokus."

Husen menunduk, dia lebih kesal melihat wajah tengil bosnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Husen menunduk, dia lebih kesal melihat wajah tengil bosnya itu.

"Kamu baik-baik aja kan semalem?"

Husen menatap bingung wajah sok baik Marshall. Mau muntah rasanya.

"I-iya. Saya permisi pak!" Husen berlalu ke kubikel sebelum harus berdialog mesra lagi.

"Dih si Marstod sakit napa?"

Husen langsung mengambil posisi ke kubikelnya, merapikan tas yang dibawa serta mulai membuka komputer.

Dari jauh tampak si bos memperhatikan Husen yang sepertinya tidak menyadari. Sesekali Marshall membalas sapaan dari pegawai yang lewat berpapasan dengannya. Hingga masuk ke ruangan pribadinya, si bos masih menatap Husen sesekali sambil mulai menghidupkan komputer.

Cedric yang berada di seberang ujung kubikel Husen memperhatikan adegan itu dari tadi.

"Pssst! Husen!" Panggil Cedric yang mengacaukan fokus Husen ke filenya.

Husen menoleh dengan memicingkan mata karena pekerjaannya diganggu. Dia memberi gestur bertanya membiarkan Cedric bertanya lagi.

"Lo ada apa sama si bos? Mandangin lo mulu tadi."

Lagi, Husen mendelik sebal mendengar objek yang Cedric pertanyakan.

"Gak ada-"

"Serius? Dia natap lo mulu."

Husen menggulirkan bola matanya malas. Cedric ini kepo abis, padahal masih pagi hari tapi hasrat gosipnya lumayan tinggi.

"Mjb nih, iya tuh Sen. Pak Marshall nyuri pandang ke lo mulu. Curigay~" Tambah seorang karyawan di samping kubikel Husen yang ikut nimbrung di percakapan itu.

Cedric menunjuk wanita itu. Dia mengangguk kuat.

"Nah! Si Rena aja sadar. Jujur aja ada apa-apaan gak sama kalian berdua."

"Ekhem! Apaan maksudnya, Wirawan?"

Suara tegas yang tiba-tiba menyahur tepat berada di ujung baris kubikel ketiganya yang langsung terdiam. Apalagi dua orang yang menggibahi objek ini dan Husen, tak lain tak bukan adalah Pak Marshall, si bos.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Someshoot] Corporate Wedding - Markhyuck Local Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang