Prolog

47 18 6
                                    

Pagi hari yang cerah dan semangat yang membara muncul di setiap makhluk hidup.

Saat itu juga, ada dua orang wanita yang berada di Taman Kanak-kanak, sedang menunggu di depan pagar sekolah sampai anak-anak mereka pulang.

Obrolan mereka yang asyik terhenti ketika seorang anak laki-laki datang pada mereka dengan berlarian. Sepertinya ia sedang panik dan ketakutan akan suatu hal.

Anak itu menghampiri ibunya dan bersembunyi di belakang kaki sang ibu. Ia mengintip dengan perasaan takut ketika melihat seorang anak perempuan yang menghampiri ibunya juga.

"Itu anak kamu ya?" Hera, ibu dari anak perempuan tersebut menatap anak laki-laki yang bersembunyi di balik kaki temannya itu.

"Iya, dia anak aku. By the way, namanya Arbaim Keenanda. Kalau di rumah, dipanggilnya Baim," kata Tias sambil tersenyum lembut.

Ia lalu menunduk, melihat putranya yang senang tiasa bersembunyi dibalik kakinya. Hera mengangguk, lalu menyapa Baim dengan ramah. "Hai Baim," sapa nya.

"Oh iya. Kenalin juga anak aku. Ayo disapa tante Tias-nya." Hera menepuk bahu anaknya dan sang anak mengangguk.

"Halo tante Tias! Tante bisa panggil aku Erin." Eriana Maheswari atau yang kerap kali dipanggil Erin itu tersenyum lebar pada Tias. Senyumannya yang terlihat manis itu dibalas oleh Tias.

Erin kembali melihat ke arah Baim yang bersembunyi takut dibalik kaki bundanya.

"Baim nggak mau kenalan sama Erin?" tanya Tias yang dibalas gelengan kepala oleh Baim. "Nggak mau. Dia serem."

"Aku nggak gigit kok! Kamu nggak perlu takut!" Erin mendekat ke arah Baim dan menarik tangannya secara spontan.

Baim keluar dari persembunyiannya, tubuhnya tegang dengan wajah takut dan kaget. Perasaan itu bercampur aduk menjadi satu dan seketika ia menangis dan berteriak histeris. "HUAA BUNDA!"

Tias terkejut, bahkan Hera juga sama terkejutnya. Erin menatap bingung Baim karena respon yang tidak mengenakkan itu. Baim pun langsung ditenangkan bundanya, sedangkan Erin diomeli oleh ibunya.

Setelah kejadian itu, Erin terus berusaha untuk berteman dengan Baim. Berbagai cara ia lakukan untuk dekat dengan pemuda kecil itu, namun hasilnya tetap sama. Baim akan pergi begitu saja dan meninggalkan ia sendirian.

Walaupun hasilnya mengecewakan, Erin tidak putus asa dan dia terus berusaha. Hingga pada suatu hari ....

"Hahaha! Ini adalah boneka terjelek yang pernah aku lihat!" Seorang anak laki-laki tertawa jahat dan merebut paksa boneka beruang dari pelukan Erin.

Bonekanya berhasil direbut dan Erin jatuh terduduk. Ia sedang dibully oleh tiga anak laki-laki nakal di TK tersebut. Gadis kecil itu sesenggukan dan menangis sambil meminta bonekanya untuk dikembalikan.

Baim yang lewat, tidak sengaja mendengar suara tangisan dari arah taman belakang TK. Karena penasaran, ia berjalan ke tempat itu dan melihat aksi perundungan tersebut.

Ia segera menghampiri Erin dan menegur perbuatan tiga anak laki-laki nakal itu. "Heh! Kalian ngapain disini?" Sampai akhirnya, bu guru lewat dan menegur mereka.

Baim segera mengadukan prihal Erin yang dibully dan ketiga anak itu pun dibawa pergi menjauh dan diomelin bu guru. Setelah sepi, Baim mendekati Erin dan memberikan bonekanya.

Dia tersenyum, lalu berjongkok di depan Erin sambil mengelus lembut rambutnya dan berkata, "Udah ya, jangan nangis. Mereka udah dibawa sama bu guru kok."

Ajaibnya, tangisan Erin berhenti. Dia mengelap air mata yang turun dengan tangan kecilnya. Baim menatap Erin, kemudian berdiri dan mengulurkan tangannya. "Ayo ke kelas."

Senyuman Baim seperti efek sihir, membuat Erin menurut dan meraih tangan Baim. Mereka pun pergi ke kelas mereka.

Sejak saat itu, mereka berdua mulai dekat dan menjadi sahabat. Setiap pulang dari TK, Erin selalu bermain di rumah Baim hingga ibunya menjemputnya pulang.

Kalau di hari libur, Baim selalu menghampiri Erin menggunakan sepeda roda tiga miliknya untuk bermain bersama di taman dekat perumahan mereka.

Waktu terus berjalan, hubungan keduanya menjadi agak renggang karena mereka sama-sama memiliki teman baru di SD dan Erin juga terkadang sibuk dengan drumband. Baim pernah mencoba ikut drumband dan ternyata dia terlalu kaku untuk bermain drum.

Akan tetapi, Baim sudah mengikuti taekwondo sejak kelas 1 SD, jadi mereka berdua sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Erin terkadang bermain di rumah Baim saat pulang sekolah karena perumahan Erin dan arah jalan SD mereka melewati perumahan Baim. Mereka juga punya teman baru yang juga menunggu jemputan di rumah Baim. Namanya Zavira, panggil saja Vira.

Entah kenapa hati mungil Erin menjadi aneh saat ia melihat Baim dan Vira bermain dan tertawa bersama. Baim juga suka menjahili salah satu anak perempuan di kelas mereka hingga yang lain beranggapan bahwa mereka berdua adalah pasangan.

Menurut Erin, Baim memang anak yang friendly dan itu sudah menjadi hal yang biasa, tetapi hatinya tidak setuju dengan hal itu.

"Baim sama Melsha sering dicie-cie in sama teman-teman di sekolah dan itu udah biasa. Terus dia sama Vira juga sering dicie-cie in. Tapi kenapa perasaanku aneh begini?" kata hati Erin.

Karena itu membuat perasaan Erin menjadi kacau, ia jadi semakin lengket dengan Baim. Ketika jam pelajaran berlangsung, Erin akan duduk di samping Baim dan di saat jam istirahat, Erin juga akan mengikutinya pergi membeli jajanan mamang-mamang. Baim bahkan heran dengan sikap Erin yang aneh itu.

"Kamu kenapa nempel terus ke aku?" Dia melirik Erin yang berdiri di sebelah nya.

"Pengen aja sih," balas sang lawan bicara sambil menggelengkan kepalanya dan ia menatap Baim, meyakinkan-nya dengan senyuman manis miliknya.

Baim hanya menatap balik dengan tatapan bingung pada Erin, lalu ia menggelengkan kepalanya dan menghela nafas lelah. "Aneh," batin Baim.

Di sisi lain, Baim juga tidak suka jika ada anak laki-laki yang mendekati Erin atau membuat Erin menjauh darinya. Anak itu akan mendekat dan ikut berbicara saat sahabatnya sedang berbicara dengan anak laki-laki lain di kelasnya.

Saat lomba drumband pun, Baim akan ikut bersama keluarga Erin untuk menonton sahabatnya itu dan mereka bermain di tempat yang menyelenggarakan lomba tersebut.

Seiring berjalannya waktu, mereka tumbuh menjadi anak remaja yang tampan dan cantik. Perasaan Baim yang ingin melindungi dan menyayangi Erin semakin kuat, begitu pula sebaliknya.

Rasa cemburu dan ketidaksukaan Erin terhadap fans Baim membuatnya geram ingin mengatakan bahwa pemuda itu hanya miliknya seorang.

Namun, saat ditegur oleh orang-orang terdekat mereka tentang hubungan keduanya, Baim dan Erin hanya menjawab singkat dan berkata 'sahabat'.

Mereka beralasan bahwa perlakuan yang ditunjukkan kepada satu sama lain adalah bentuk perhatian seorang sahabat. Ketidakpekaan mereka membuat orang lain gemas dan merasa ingin ikut campur dalam hubungan persahabatan itu.

〜Jika kalian suka dengan cerita ini, silahkan tambahkan ke perpustakaan kalian dan jangan lupa tekan bintang serta tinggalkan komen😁〜

Bye-bye 👋✨

Just Friend 【On Going】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang