satu.

564 110 35
                                    

Di sebuah restoran terlihat dua orang pemuda tampan dan manis sedang duduk bersama, namun bukan untuk makan atau kencan. Meski mereka adalah sepasang kelasih.

"Zhan.." panggil pemuda tampan itu pada pemuda manis yang bernama Zhan atau Xiao Zhan.

"iya" jawab Xiao Zhan, sebenarnya Xiao Zhan tau maksud dari kekasihnya ini mengajaknya bertemu. Namun ia mau mendengarnya secara langsung dari mulut kekasih hatinya itu, bukan hanya dari mulut ke mulut saja.

"besok aku akan menikah" ucap pemuda tampan itu.

Jederrr...

Xiao Zhan sudah menduganya ini pasti akan terjadi, meski ia sudah menyiapkan hatinya yang akan terluka, namun tetap saja rasanya sangat sakit.

"iya, aku tau, selamat iya semoga kau selalu bahagia dengan pilihanmu" ucap Xiao Zhan berusaha tetap tersenyum, walau hatinya saat ini sedang tercabit-cabit sakit.

"ini undangan untukmu" ucap pemuda itu menyodorkan surat undangan itu pada Xiao Zhan.

"maaf Huang aku tidak bisa menerimanya, ku harap kau mengerti, terima kasih dan maaf" ucap Xiao Zhan, beranjak dari duduknya. "oh iya aku juga mau menyampaikan sesuatu padamu sebelum aku pergi" ucap Xiao Zhan, namun tetap berdiri.

"apa?" tanya Huang Dong.

"Huang sebenarnya aku ha-...."

"sayang apa kau sudah selesai?" tanya seorang gadis cantik tiba-tiba datang memotong ucapan Xiao Zhan.

"belum sayang, oh iya Zhan tadi kau mau bilang apa?" tanya Huang Dong memandang Xiao Zhan.

"ooh,,aku lupa, maaf, kalo begitu aku pergi, sekali lagi selamat" ucap Xiao Zhan, berusaha untuk tidak menangis di hadapan Huang Dong dan calon istrinya.

Setelah membungkuk hormat Xiao Zhan pun pergi dari sana.

Begitu Xiao Zhan sampai di dalam mobilnya, barulah ia menangis sejadi-jadinya untuk meluapkan semua rasa sakit di hatinya.

"hiks,,hiks,,semuanya sudah berakhir,,kini hanya tinggal aku seorang diri di dunia ini hiks,,hiks,,hiks,,tidak ada lagi tempatku bermanja tidak ada lagi tempatku untuk pulang hiks,,hiks,,hiks,,semuanya sudah berakhir"

"baiklah Zhan mari kita berjuang meski tanpanya, ayo Zhan kau pasti bisa hiks,,hiks,,hiks,,tapi ini terlalu menyakitkan hiks,,hiks,,hiks,,sangat sakit" tangis Xiao Zhan, memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sesak itu.

"tidak Zhan kau tidak boleh terlihat lemah, mari hadapi semuanya bersama" ucapnya lagi menyemangati dirinya.

"kau pasti bisa Zhan, ingat kau tidak sendiri Zhan masih ada dia yang menemanimu" lanjutnya lagi.

Lalu mulai menghidupkan mobilnya dan pergi dari sana dengan perasaan hancur. Belum lagi ia akan selalu bertemu dengan mantan kekasihnya di kantor.

Hal itu membuat Xiao Zhan harus menyiapkan mental dan juga hatinya, untuk melihat kemesraan mereka setiap hari.

Hah....

Xiao Zhan menghela nafas beratnya, ingin sekali rasanya Xiao Zhan mengundurkan diri dari perusahan itu, namun ia ingat kalo saat ini ada nyawa lain yang membutuhkan banyak biaya untuk ke depannya.

Besoknya.

Xiao Zhan tidak pergi ke kantor ia lebih memilih untuk pergi ke makam kedua orang tuanya. Xiao Zhan mau curhat kepada kedua orang tuanya. Sebenarnya Xiao Zhan adalah anak angkat dari tuan dan nyonya Xiao. Tapi tuan dan nyonya Xiao sudah menganggap Xiao Zhan sudah seperti anaknya sendiri.

Kali ini Xiao Zhan tidak menangis lagi, karena mungkin air matanya sudah kering karena semalam ia terus menangis sampai ia tertidur.

"ayah, ibu, hari ini dia akan menikah, hubungan kami berakhir bu, yah, Zhan sangat sedih bu, Yah, tapi Zhan juga bahagia bu, yah, karena di dalam sini ada satu nyawa yang sedang tumbuh. Bu, yah, doakan Zhan agar kuat menghadapi semuanya" ucap lirih Xiao Zhan kepada Kedua makam ayah dan ibunya.

tegar (yizhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang