prologue

46 12 18
                                    

Pantai hari ini cukup ramai oleh pengunjung baik penduduk lokal maupun luar kota, ya mengingat hari ini masih dalam suasana libur hari raya idul fitri yang dimana kebanyakan orang akan memanfaatkan hari liburnya ini untuk berlibur mulai dari tempat wisata terdekat yang ramai dengan wahana, kolam berenang, pantai dan gunung sudah menjadi tuju mereka dari waktu ke waktu. Dan pantai juga menjadi pilihan keluarga kecil itu untuk berlibur sebenarnya mereka sudah sering ke pantai dikarena mereka memang tinggal dekat daerah sini tapi pantai tidak pernah membuat kelurga kecil ini bosan untuk didatanginya.

"Papah kita bikin istana pasir yuk!" Ucap seorang anak perempuan yang usianya masih delapan tahun dengan rambut coklat terang yang dikepang dua membuatnya terlihat lebih manis.

"Ayok papah nanti jadi rajanya ya, mamah ratu dan kamu Safreena jadi princess di kerajaannya." Sang papah sangat bersemangat lalu mengajak anaknya berjalan beberapa langkah menjauh dari sang istri.

"hey, makan dulu nanti baru membuat istana pasir dan bermain air."

"ga mau Inna ga laper."

Sang ibu hanya bisa menghela nafas pasrah karena dia tau sebentar lagi pun mereka akan datang kembali, benar saja mungkin baru sekitar sepuluh menit mereka bermain pasir tapi sudah balik lagi.

"Mamah ayo kita main istana pasir, aku sama papah udah bikin istananya yang gede banget loh mah!" Safreena terus menarik sang ibu agar mau bermain bersamanya Ayuningtias hanya bisa pasrah mengikuti arah kaki mungil anak gadisnya itu, disana terdapat Cello sang suami yang sudah menyelesaikan istana pasir itu dengan kokoh.

Obrolan ketiganya terus berlanjut mereka memerankan perannya dengan sangat baik dengan tawa hangat yang mengiringinya.

"Kerajaan mendapatkan serangan dari musuh, gawat putri tertangkap oleh musuh-"

"Yang mulia....Tolong aku ayah!"

"Putriku! Hey lepaskan putriku itu dia hanyalah anak kecil tak berdosa-"

"Belum sempat sang raja menyelesaikan ucapnya tiba-tiba saja raja mendapatkan serangan yang begitu mendadak dari musuh satu anak pahan berhasil menancap jatuh sang raja yang membuatnya berlumuran darah, dan tak lama sebuh belati beracun telah menebas leher sang Raja dengan begitu saja. Dan pada akhirnya sang yang melindungi putrinya pun harus tewas seketika." Ayuninhtias telah selesai dengan naskah yang ia buat sendiri itu.

"Ayahanda!!!" Safreena berteriak ya dia sangat mendalami perannya.

"Huh! Rajanya lemah!"

"Kamu yang membuatku lemah."

cerita telah selesai walau berujung tragis tapi Safreena selalu suka akan cerita itu dan akan selalu memintanya walau telah diulang berkali-kali.

"Satu, dua, tiga senyum." Ucap Cello lalu mengambil gambar mereka bertiga mengunakan kamera kesayangannya itu.

Semua itu hanya masa lalu, yang terjadi sudah hampir sekitar tujuh tahun lalu saat Safreena masih duduk dikelas tiga sekolah dasar. Dia hanya bisa melihat foto yang waktu itu diambil oleh ayahnya dan mengingat momen menyenangkan itu sebelum akhirnya menjadi mengerikan.

"Safreena, makan malam dulu sayang." Ucap Ayuningtias dari balik pintu kamar anak sematawayangnya itu. Hal itu juga membuat Safreena sadar akan lamunannya.

"Iya mah, sebentar lagi aku turun."

"Baiklah mamah tunggu di meja makan ya sayang." Ayuningtias segera pergi menuju dapur sementara Safreena dia ke kamar mandi mencuci mukanya agar mamahnya tidak tau bahwa tadi dia sedang menangis merindukan sosok ayahnya.


karya by RV
publish 23-April-2024
Karya ini dilindungi undang-undang

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang