chapter 3 kenangan bersamanya

16 8 10
                                    

Langit hari ini cukup cantik dihias dengan warna jingganya beberapa menit lagi matahari akan tenggelam dan digantikan oleh gelapnya malam. Angin berhasil menyapu rambut seorang gadis yang sedang terduduk di pinggir pantai dia sedang menikmati momen indah itu ditemani dengan sebuah kamera tua, tangganya sendari tadi sudah sibuk mengatur kameranya agar foto yang didapatkan mirip dengan yang ia lihat syukur-syukur lebih. Momen itu berhasil ia abadikan walau hasilnya tidak jauh lebih indah dari keinginan tapi itu sudah cukup mirip dengan aslinya. Matahari sudah lenyap dan ketika itu juga dia mendapatkan telepon.

"hallo. Udh-" belum sempat orang di sebrang sana menyelesaikan pembicaraannya sudah dipotong saja

"hallo, iya Mah aku pulang," Tidak sopan, dia langsung mematikan sambungan itu. Dia bersiap untuk pulang dengan mengendarai sepeda warna biru muda kesayangannya. Sepeda itu terus ia kayuh hingga tinggal setengah jalan lagi menuju rumahnya tapi dia menghentikan goesannya, termenung beberapa menit lalu tanpa terasa ada tetesan bening dipipinya ia menangis entah apa yang membuatnya menangis. Lalu ia melanjutkan perjalanannya sampailah ia di halaman rumahnya sang ibu telah mengungu sendari tadi dengan cemas.

"Kamu pulang juga." Ucap sang ibu dengan lembut "ayo kamu bersihkan tubuh, lalu kita makan malam." Lanjutnya sembari membelai rambut berwarna coklat terang itu atau nama yang populer digunakan adalah milk tea dengan penuh kasih sayang.

"iya Mah, aku mandi dulu." Tanpa disuruh dua kali gadis yang bernama Safreena itu langsung melaksanakan perintah sang Ibu.

Seperti biasa suasana di meja makan sepi hanya terdiri dari dua orang perempuan sang anak dan ibu. Hampa tanpa obrolan hanya ada suara sendok dengan piring yang beradu.

"Saf, mamah mau bicara serius." Ucap sang mamah yang mampu mencarikan keheningan.

"Iya mah mau ngomong apa?"

"lanjutkan dulu aja makannya," tak ingin anaknya malah kehilangan selera makan lebih baik ia menunggu sampai makanannya habis.

"Iya mah." Safreena dengan cepat.

"Ga usah buru-buru gitu juga naa." Ujar sang ibu m baru saja diberi tahu Safreena malah tersedak.

"nih minum dulu." Disodorkan segelas air putih yang baru saja dituangkan olehnya.

"makasih ya mah." Diterimanya air digelas itu, dan tak terasa acara makan malam pun telah usai.

"Alhamdulillah, oh iya mah tadi mau ngomongin apa?"

Terdiam beberapa saat Safreena tak sabar ingin mendengar hal yang akan dibicarakan oleh sang ibu. Sang ibu yang bernama Ayuningtias itu masih mengunci mulutnya.

"Sebenarnya mamah mau ngomongin ini dari beberapa bulan lalu," terhenti beberapa saat "tapi mamah masih mempertimbangkannya, sebenarnya mamah memiliki niatan untuk menikah lagi." Lanjut sang ibu dengan penuh kehati hatian takut sang anak tidak terima akan keputusannya.

Safreena melotot, kaget akan ucapan mamahnya pasalnya dia tidak menduga sang ibu tercinta akan melakukan hal ini. Safreena tau itu adalah hak ibunya tapi...Ah sudahlah! Sudah hampir beberapa menit Safreena belum juga memberikan. Akhirnya satu hembusan nafas panjang berhasil Safreena keluarkan tiga kali dia mengambil nafas berusaha untuk menenangkan dirinya, berusaha berpikir positif. "me- menikah lagi?"

Ayuningtias tahu betul ini akan sangat mengagetkan sang buah hati tapi ini adalah yang terbaik menurut Ayuningtias.

"iya nak, mamah mau menikah lagi, bukan berarti mamah sudah tidak sayang lagi pada papamu" terjeda beberapa saat "tapi...menurut mamah ini yang terbaik untuk kita." Jelas sang mamah berharap anaknya akan paham dan setuju atas permintaannya.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang